Jumat, 28 Desember 2012

Sejarah Waduk Saguling


Waduk Saguling merupakan salah satu waduk buatan yang membendung aliran Sungai Citarum, selain Waduk Jatiluhur dan Cirata. Waduk Saguling terletak di Kabupaten Bandung Barat, dan berada di posisi teratas, yang berarti merupakan pintu pertama bagi aliran Sungai Citarum. Awalnya bendungan ini hanya direncanakan sebagai penghasil energi listrik. Namun, fungsi bendungan semakin berkembang seperti untuk perikanan, agri-akuakultur, pariwisata, bahkan untuk kebutuhan domestik seperti MCK.
Pembangunan Waduk Saguling tak bisa dipisahkan dari adanya gagasan besar seorang insinyur berkebangsaan Belanda, Prof. Ir. W.J. van Blommestein. Ia memiliki ide besar, ingin mengintegrasikan seluruh saluran pengairan di Jawa Barat mulai dari Ciujung, Banten (di ujung barat), hingga Sungai Rambut di perbatasan Jawa Barat dengan Pekalongan, Jawa Tengah.
Kala itu, Blommestein melakukan pengumpulan data di Citarum sejak dekade 1920-an. Pada 1948, muncul makalah Blommestein dengan gagasan awal adanya pembangunan Bendungan Jatiluhur yang dianggap paling mendesak untuk irigasi dan penyedia air baku. Blommestein lalu merencanakan waduk tambahan seiring pertumbuhan penduduk. Salah satunya adalah Waduk Saguling, yang semula direncanakan diberi nama Tarum.
Saguling mulai dibangun pada Agustus 1981, dan menghabiskan dana sebesar 662.968.000 dollar AS. Biaya tersebut termasuk biaya pembebasan lahan yang menenggelamkan 49 desa, yang didominasi lahan pertanian. Sebanyak 12.489 kepala keluarga terpaksa pindah dari desanya, dan sebagian ada yang ditransmigrasikan. Pembangunan Saguling menghabiskan waktu yang cukup lama hingga dapat dioperasikan pada 1985, dan baru diresmikan pada 1986 oleh mantan Presiden RI, Soeharto. Waduk ini kemudian dikelola PT Perusahaan Listrik Negara, untuk memasok listrik kawasan Jawa-Madura-Bali.
Struktur bangunan Waduk Saguling terbuat dari urukan batu dengan inti kedap air. Hal ini dilakukan untuk efisiensi dana dengan memanfaatkan potensi batu dari Gunung Karang yang ada di sekitar Saguling. Waduk Saguling pun dibuat dengan ketinggian muka air maksimum 643 meter sehingga bisa menampung 875 juta meter kubik air. Saguling dipasangi empat turbin pembangkit listrik masing-masing berkapasitas 175,18 MW yang akan menghasilkan 700-720 kilowatts per jam.
Saguling yang berada di posisi teratas secara otomatis menjadi penerima awal gelontoran air dari Citarum Hulu, termasuk segala sedimentasi yang dibawa. Masalah sedimentasi ini menjadi masalah krusial Saguling beberapa tahun terakhir ini.
Saguling yang terletak di daerah perbukitan, menjadi tempat bermuara banyak sumber air yang ada di daerah tersebut. Belum lagi limbah-limbah industri, maupun rumah tangga, ikut berkontribusi pada kualitas air yang tidak memenuhi baku mutu. Saguling yang diperkirakan memiliki masa hidup 59 tahun, akan terus berkurang “usianya”, jika keadaan seperti ini tak cepat diatasi.

1 komentar:

  1. terima kasih atas info yang ada dalam tulisan di atas.... menambah wawasan. izin sadur ya...

    BalasHapus

The World Its Mine