Senin, 28 September 2015

Sembilan Watak Jelek Orang Yahudi ..



jepang-yahudi2
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Berikut beberapa watak Yahudi yang sudah semestinya diketahui seorang muslim sehingga bisa diketahui siapakah mereka sebenarnya.
Watak Yahudi Pertama: Mereka tidaklah pernah ridho dengan kita umat Islam sampai kita mau melepaskan agama kita.
Perhatikanlah firman Allah Ta’ala berikut.
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. (QS. Al Baqarah: 120)
Perhatikanlah saudaraku. Janganlah engkau terpengaruh dengan kaum sekuler yang keliru dalam memahami ayat ini. Kaum sekuler berpendapat bahwa ayat ini ditujukan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saja ketika beliau masih hidup. Yahudi dan Nashrani pada zaman ini berbeda dengan yang dulu. Benarkah demikian?
Ini sungguh kekeliruan yang sangat besar yang berasal dari orang yang ingin mengaburkan ajaran Islam. Ketahuilah bahwa ayat ini memang ditujukan pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tetapi pembicaraan ini juga mencakup umatnya karena yang menjadi hukum adalah keumuman dan bukan hanya orang yang diajak bicara. Itulah yang dipahami oleh ulama Ahlus Sunnah (semacam Syaikh As Sa’di dalam tafsirnya), berbeda dengan mereka yang sudah diracuni dengan pemikiran orang barat yang kafir.
Berdasarkan ayat di atas sangat jelas sekali bahwa Yahudi dan Nashrani tidak akan ridho kepada kita selamanya. Inilah watak orang Yahudi dan Nashrani sampai hari kiamat. Dari watak jelek mereka yang pertama ini, sekarang kita akan melihat watak mereka yang lainnya.
Watak Yahudi Kedua: Orang Yahudi selalu menyembunyikan kebenaran
Mereka kaum Yahudi sebenarnya tahu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus sebagai penutup para rasul di akhir zaman ini, tetapi mereka selalu menyembunyikan kebenaran ini. Allah Ta’ala berfirman,
الَّذِينَ آَتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 146)
Al Qurtubhi mengatakan: Diriwayatkan  bahwasanya Umar berkata pada Abdullah bin Salam, “Apakah engkau (sebelum masuk Islam) mengenal Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana engkau mengenal anak-anakmu sendiri? Abdullah pun menjawab, “Ya, bahkan lebih dari itu. ”
Ibnu Katsir mengatakan bahwa kadang pula maksud ‘seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri’ adalah mereka mengenal sekumpulan  anak-anak manusia lalu mereka tidak merasa ragu sedikit pun untuk mengenal anak mereka sendiri jika mereka melihatnya di antara sekumpulan anak tadi.
Walaupun mereka sudah mengenal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sangat yakinnya, namun Allah katakana, “sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran”. Maksudnya adalah mereka menyembunyikan sifat nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ada pada kitab mereka pada manusia padahal mereka mengetahuinya. (Lihat Tafsir Al Qur’anil Azhim, pada tafsir surat Al Baqarah ayat 146).
Watak Yahudi Ketiga: Tokoh agama Yahudi sangat sulit menerima kebenaran Islam
Dalam shohih Muslim, dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ تَابَعَنِى عَشْرَةٌ مِنَ الْيَهُودِ لَمْ يَبْقَ عَلَى ظَهْرِهَا يَهُودِىٌّ إِلاَّ أَسْلَمَ
Seandainya sepuluh (pemuka agama) Yahudi mengikuti agamaku, maka sungguh tidak akan tersisa lagi orang Yahudi di muka bumi ini kecuali dalam keadaan Islam.” (HR. Muslim no. 2793)
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ آمَنَ بِى عَشْرَةٌ مِنْ أَحْبَارِ الْيَهُودِ لآمَنَ بِى كُلُّ يَهُودِىٍّ عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ
Seandainya sepuluh pemuka agama Yahudi beriman kepadaku, sungguh semua orang Yahudi di muka bumi ini akan turut beriman padaku.” (HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shohih ligoirihi, yaitu shohih dilihat dari jalur lainnya)
Watak Yahudi Keempat: Orang Yahudi menyembah pemuka agamanya sendiri
Perhatikanlah firman Allah Ta’ala berikut ini,
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai Rabb selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; Tidak ada Rabb yang berhak disembah selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At Taubah : 31)
Hudzaifah ibnul Yaman, Abdullah bin ‘Abbas dan selainnya mengatakan mengenai tafsir ‘Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai Rabb selain Allah’, maksudnya adalah mereka mengikuti pemuka agama mereka dalam menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Itulah yang disebut dengan menyembah mereka sebagaimana dimaksudkan dalam hadits dari ‘Adi bin Hatim. (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, tafsir surat At Taubah ayat 31)
Watak Yahudi Kelima: Orang Yahudi pernah menyihir Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Dalam shohih Muslim pada Bab Sihir, ‘Aisyah berkata,
سَحَرَ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَهُودِىٌّ مِنْ يَهُودِ بَنِى زُرَيْقٍ يُقَالُ لَهُ لَبِيدُ بْنُ الأَعْصَمِ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah disihir oleh seorang Yahudi dari Bani Zuraiq yang bernama Lubaid bin Al A’shom.” (HR. Muslim no. 2189)
Watak Yahudi Keenam: Wanita Yahudi pernah meracuni Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan,
أَنَّ امْرَأَةً يَهُودِيَّةً أَتَتْ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِشَاةٍ مَسْمُومَةٍ فَأَكَلَ مِنْهَا فَجِىءَ بِهَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَسَأَلَهَا عَنْ ذَلِكَ فَقَالَتْ أَرَدْتُ لأَقْتُلَكَ. قَالَ « مَا كَانَ اللَّهُ لِيُسَلِّطَكِ عَلَى ذَاكِ ». قَالَ أَوْ قَالَ « عَلَىَّ ». قَالَ قَالُوا أَلاَ نَقْتُلُهَا قَالَ « لاَ ». قَالَ فَمَا زِلْتُ أَعْرِفُهَا فِى لَهَوَاتِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.
“Sesungguhnya seorang wanita Yahudi pernah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membawa daging kambing yang sudah diracuni. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memakan daging tersebut. Lalu wanita tadi dipanggil untuk menghadap beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya tentang perbuatan wanita tersebut tadi. Wanita tersebut pun berkata, “Aku ingin membunuhmu.” Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Allah tidaklah memberimu kekuatan untuk maksudmu tadi.” (Periwayat hadits ini ada yang mengatakan), “(Allah tidaklah memberimu kekuatan) untuk mencelakakanku.” Lantas para sahabat berkata, “Apakah sebaiknya dia dibunuh saja?” (HR. Bukhari no. 2617 dan Muslim no. 2190)
Watak Yahudi Ketujuh: Orang Yahudi berusaha memurtadkan kaum muslimin
Allah Ta’ala berfirman,
وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ فَاعْفُوا وَاصْفَحُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma’afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya . Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al Baqarah: 109)
Watak Yahudi Kedelapan: Orang Yahudi berusaha menyesatkan kaum muslimin
Allah Ta’ala berfirman,
وَدَّتْ طَائِفَةٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يُضِلُّونَكُمْ وَمَا يُضِلُّونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ
Segolongan dari Ahli Kitab ingin menyesatkan kamu, padahal mereka (sebenarnya) tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak menyadarinya.” (QS. Ali Imran: 69)
Watak Yahudi Kesembilan: Mendoakan celaka atau mati bila bertemu dengan kaum muslimin
Dari Abdullah bin Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا سَلَّمَ عَلَيْكُمُ الْيَهُودُ فَإِنَّمَا يَقُولُ أَحَدُهُمُ السَّامُ عَلَيْكَ . فَقُلْ وَعَلَيْكَ
Jika seorang Yahudi memberi salam padamu dengan mengatakan ‘Assaamu ‘alaikum’ (semoga kamu mati), maka jawablah ‘wa ‘alaika’ (semoga do’a tadi kembali padamu).” (HR. Bukhari no. 6257)
Setelah kita mengetahui sebagian watak jelek Yahudi, masihkan ada rasa simpati pada perlakuan dan tindak tanduk mereka?!
-Hanya Allah yang beri taufik –

Ini 6 Dandanan Haram untuk Muslimah ..

ukhtii
TIDAK semua dandanan dan hiasan bagi suami itu halal, ada cara dandan yang haram dan bertentangan dengan Islam. Misalnya mengikuti cara berdandan wanita kafir yang tidak pernas shalat, wudhu, dan tidak menjalankan hukum syariat.
Wanita muslimah yang menghormati dirinya sendiri pasti takkan sudi menyerupai wanita-wanita kafir dan fasik. Dia akan konsisten menjaga agama dan dirinya yang telah dimuliakan oleh Islam. Wanita muslimah wajahnya akan terlihat bersinar dengan air wudhu yang digunakannya untuk beribadah.
Oleh karena itu, dia akan memilih dandanan dengan hiasan yang dibolehkan dan sesuai dengan sosoknya sebagai seorang muslimah.
Berikut beberapa dandanan dan hiasan yang haram:
Pertama, berlebihan dalam berhias dengan menghabiskan waktu yang cukup lama dan uang yang tidak sedikit untuk mencari kosmetik, pakaian, serta ornamen hiasan terbaru yang diluncurkan ke pasaran.
“Sesungguhnya pemborosan itu adalah saudar setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya,” (QS. Al-Israa ayat 27).
Kedua, menghabiskan banyak waktu di depan cermin guna memoleskan berbagai macam kosmetik. Sebab segala sesuatu yang berlebihan dan melampaui batas, akan menjadikan hal yang negatif.
Ketiga, Rasulullah SAW bersabda, “Allah melaknat wanita yang membuat tato dan meminta ditato, yang mencabut bulu alis dan meminta dicabut, yang merenggangkan gigi dan memperindahnya, serta wanita-wanita yang mengubah ciptaan Allah.” (HR. Al-Jami ash-Shaghir).
Keempat, Rasulullah SAW bersabda, “Allah melaknat wanita yang menyambung rambut dan meminta disambungkan rambutnya.” (HR. Al-Jami’ ash-Shaghir).
Kelima,  Rasulullah SAW bersabda, “Allah melaknat wanita yang menyerupai laki-laki.” (HR. Al-Jami ash-Shaghir).
Keenam, Rasulullah SAW bersabda, “Laki-laki tidak boleh melihat aurat laki-laki lain, dan wanita tidak bboleh melihat aurat wanita yang lain,” (HR. Muslim).
Sudah jelas bukan bahwa berdandan dengan berlebihan hanya akan membuatmu melanggar aturan-aturan Allah, untuk itu taatilah perintah Allah dan berdoalah supaya hati tetap istiqomah di jalan-Nya. Dan Allah menjadikan kita wanita muslimah yang seutuhnya.

5 Hal yang Tidak Akan Pernah Diceritakan Ibumu Kepadamu Ataupun Kepada Orang Lain ..

Ibu adalah orangtua kita yang paling harus kita hormati. Bahkan, Rasulullah mengatakan bahwa kita harus menghormati ibu 3x lipat daripada menghormati ayah.
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)
Namun, ada 5 hal yang tidak akan pernah diceritakan ibumu kepadamu. Abi dan Ummi yang membaca ini mungkin memang tidak akan pernah menceritakan hal ini kepada orang lain. Bukan untuk apa-apa, ia tidak ingin menyakitimu. Maka, mengapa kamu terus saja durhaka kepadanya?
Inilah 5 hal itu :
1. Dia sering menangis karena dirimu. Dia menangis ketika dia hamil. Dia menangis ketika melahirkanmu. Dia menangis ketika pertama kali menggendongmu. DIa menangis ketika kamu pertama kali ke sekolah. Dia menangis ketika kamu pertama kali bertemu pujaan hatimu. Dia menangis ketika kamu meninggalkan dia untuk merantau. Dia menangis ketika kamu sering menyakiti hatinya. Dia menangis ketika kamu mengabaikannya.
2. Dia tidak jadi makan. Ibumu sebenarnya suka cokelat. Namun, dia melihat matamu yang bulat itu. Kamu mengatakan bahwa kamu suka cokelat. Maka, untuk membuatmu bahagia, dia memberikan cokelat nya untukmu sehingga dia sendiri tidak jadi makan makanan yang disukainya. Tapi, tentu saja ibumu akan berbohong kepadamu. Dia akan mengatakan bahwa dia tidak suka cokelat..
3. Mengurusmu itu menyakitkan. Dia membawamu dalam perutnya selama 9 bulan dalam kehamilan, tentu saja itu menyakitkan. Dia juga menggendongmu terus-terusan saat kamu masih bayi, itu tentu saja merepotkan. Kamu menangis kelaparan dan tentu saja itu membuat ibumu kerepotan. Walaupun begitu, ibumu tidak akan pernah tega mengatakan itu kepadamu.
4. Dia selalu takut. Dia takut kamu salah makan. Dia takut kamu jatuh sakit. Dia takut kamu ditipu oleh lelaki jahat. Dia takut kamu ditipu oleh cewek matre. Dia takut kamu kelaparan. Dia takut kamu tidak bisa lulus sekolah. Dia takut dirinya tidak bisa memberikan kebahagiaan kepadamu. Tapi, dia tidak akan pernah memberitahukan dirimu hal ini. Karena dia tahu, dia tidak boleh terlihat takut. Dia harus terlihat kuat di depan kamu.
5. Dia akan melakukan segalanya untukmu. Menjadi seorang ibu adalah tugas berat, mungkin itu tugas terberat di dunia. Ia akan kekurangan tidur, mungkin jatah makannya berkurang. Ia juga akan pusing karena harus mengurusmu. Ia menanggung kesakitan karena melahirkanmu dan merelakan semuanya demi dirimu. Kadang kamu menyakitinya dan membuatnya menangis.Kamu juga kadang membentaknya. Namun, apabila saat ini ia diberi pilihan kembali apakah akan melahirkanmu atau tidak, ia pasti akan memilih melahirkanmu. Semua rasa sakit itu, dirinya yang kerepotan karena ulahmu, itu semua tidak sebanding dengan cintanya kepada dirimu. Cintanya mengalahkan itu semua. Dan memang, rasa cinta seorang ibu lah yang membuat semuanya mungkin.
Maka, setelah membaca ini, katakan kepada ibumu bahwa kamu mencintainya. Doakanlah Abi dan Ummi mu doa yang telah diajarkan Al Quran:
.
“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Qs. Al-Ahqaaf : 15)

Kopiah Kang Emil ..


banner yusuf
SUDAH lama simbol orang-orang berilmu tidak mendarat di kepala tepat. Kalaupun masih ada yang memakai, sayang, hanya orang baik selaku rakyat. Bukan pemangku jabatan yang bisa bikin orang lain hidup bergeliat. Yang sering terjadi, si simbol acap jadi ajang pamer para pengkhianat amanat, atau pura-pura lupa akhirat.
Akhirnya, secara karikatural sosial, kopiah melekat kuat di kepala Emil, alias Ridwan Kamil. Mendarat gara-gara lakon tertukar yang jadi bahan canda di jagat maya. Kopiah, bersama kacamata, lebih menjiwai di lingkaran Emil bak penguasa negeri sesungguhnya. Amat jauh bila disandangkan kepada petugas partai, yang bahkan saat memakai aksesori bergaya sunan pun, miskin karisma.
Ah, mungkin orang Jerman yang terlampau jujur menilai itu masuk ke Bandung tanpa screening Revolusi Mental. Gara-gara kepolosannya bercuap, 60 persen orang Indonesia yang kadung sumpek dengan perilaku petugas partai jadi mesem-mesem pahit. Dapat bahan inspirasi mengolok penguasa, sekaligus berasa dapat penguasa mumpuni dengan kopiah kejujurannya. Bukan kopiah besutan petugas mesin citra, yang kini sedang asyik berpesta menikmati hasil memoles Paduka.
Emil, gara-gara lelaki arsitek andal ini, kopiah—fokus: kopiah hitam—jadi bermartabat lagi. Semuanya berkopiah, tapi kopiah tanpa makna. Tidak ada ilmu, yang ada gadungan bentukan para alim intelektual pendamba kuasa.
Kopiah seperti ditinggikan marwahnya kini. Dijadikan kehormatan pada anak muda yang ke depan siap memimpin negeri. Sudah lama kita mencari pemakai kopiah yang tidak hanya berani bercuap saat mengincar kekuasaan. Yang juga dibutuhkan ada pemakai kopiah berilmu dan jujur dalam bersikap.
Soekarno muda gagah dengan kopiahnya; sayang era 1950-an mulai beringas pada kaum sarungan, kecuali yang mendukung ide Nasakomnya. Tapi kita bersyukur ada para alim nan ikhlas dengan kopiah lusuhnya: Natsir, Prawoto, Hamka. Para pengguna kopiah pendusta banyak, bahkan yang berjas palu-arit sekalipun
Era berikutnya, kopiah malah jadi tren di pejabat, bahkan meski bukan dari kalangan Islam. Kopiah hitam, alias peci dan songkok kadung, dianggap busana nasional. Baiklah, tapi jangan lupa akar sosio-historis lahirnya tudung kepala ini. Sayang, Suharto malah perolok kopiah dengan perilaku korupsinya. Ulama juga tidak segan membela kekuasaan dengan kopiahnya.
Era Habibie, kopiah sebenarnya punya harapan. Di kepala lelaki jenius dan kebangsaan baik, kopiah dapat tempat baik. Sayang, ia tak lama di kursi kekuasaan gara-gara banyak kesumat dari para radikalis-sekuler, termasuk yang seagama dengan Habibie di Partai Beringin. Brutus Habibie juga dari para lelaki berkopiah di partai ini.
Kopiah di kepala cucu Kiai Besar punya asa. Tapi, berwibawa di kalangan tertentu saja dan kaum minoritas. Para islamis sering diabaikan oleh si pemakai kopiah, terlebih kopiah yang di bawah disandingkan dengan kippah, peci milik Yahudi. Sebuah simbol ambisinya merapatkan Jakarta ke Tel Aviv.
Kopiah nyaris istirahat di kekuasaan anak Soekarno. Hanya dipakai para penjual aset negara apa pun latar agamanya. Lagi-lagi kopiah terpuruk dalam politik simbol. Kopiah tak lebih omong kosong jargon busana bangsa.
Di lelaki gagah itu, kopiah memang tampak sepadan. Awal yang baik, sayang di tengah dan akhir kuasa, banyak para lelaki berkopiah—termasuk sang penguasa—malah hinakannya. Orang baik terjerembab harta dan tahta hingga membuat olok-olok partai-partai bersendi Islam.
Para pengolok itu kini berhimpun dalam jamaah di bawah imam pemakai busana sunan, yang oleh si turis Jeman pekan lalu dianggap bukan siapa-siapa.
Kopiah, ke depan, semoga jauh lebih pas; sepas amatan turis Jerman. Tidak perlu bergegas mengharap Kang Emil mengisi potret yang dipampang di ruang sekolah, kantor, hingga kantor kedutaan kita. Yang paling penting adalah mulai sekarang menjadi kopiah betul-betul sesuai makna filosofinya: melindungi kepala si empu agar tidak berlaku besar kepala. Di kepala yang tepat, kopiah tidak semata hadirkan karisma; yang lebih penting lagi adalah serasinya dengan tindakan. Maka, mari doakan ke depan para pemakai kopiah nomor satu di negeri ini adalah figur yang konsisten jujur, berkata baik, amanat, dan hanya menyampaikan kebenaran.

Gara-gara Prabowo! ..

banner yusuf
BERISIK benar suara-suara para pendukung penguasa
Berkoar-koar gaduh memprotes putusan sosok idaman tercinta
yang, katanya, disetir ibu majikan dari seberang istana
Bising amat celotehan peneriak presiden idola
Memprotes kebijakan yang tidak bijak juga menyiksa
nurani rakyat bawah, katanya
Padahal, Tuan Presiden berkata berbuat apa saja
Mereka acap menafsiri ceria, apatah lagi bila ditulis media
Berisik, gaduh, bising, hiruk pikuk di mana-mana
Yang berantem bukan lagi politisi, tapi institusi negara
Digadang-gadang cecak berhadapan buaya dalam episode kedua
Save ini dan itu pun ditabuh riuh di jagat maya
Heboh telanjur bergema di langit Nusantara
Ini semua—syahdan—bukan Tuan Presiden selaku dalang gara-gara
Ini pasti ulah Prabowo si pesaing murka
Ah, gara-gara Prabowo negeri ini kian menderita
Disuguhi lakon penguasa karbitan olahan media dan citra
Yang awalnya antipolitik menjadi mendadak cinta
Disebabkan anak Begawan Ekonomi itu, semua kini nestapa
Manusia Indonesia sebagiannya jadi hilang akal dan kata-kata
Ah, gara-gara Prabowo, petugas partai yang pulung bertahta
Di singgasana sangkar emas dilingkari Ibu dan pembusuk durjana
yang bikin sampan kere lawan bak armada berwibawa
Tapi bungkam kala janji stop operasi Frepoort sirna
Dan pemuja penguasa pun hanya bisa simpan gulana
Ah, gara-gara Prabowo, orang-orang pintar jadi manusia peduli bangsa
Atas nama HAM, kemajuan ekonomi hingga terobosan budaya
Orang-orang alim pendaras tahlilan ikut berfatwa
Imam Besar di Amerika ikut berteriak membela
Semua demi dan atas nama bangsa: agar Prabowo tidak berkuasa
Tapi, hari ini, gara-gara Prabowo peduli mereka, cinta mereka
barisan pencinta pemuja penguasa kehilangan rasa
Moral, adab, iman terlempar ke angkasa
Bahkan, malu pun saja entah masih ragu untuk dikata ada
Membelai diri dengan serang ini itu asal marwah diri terjaga
Dan sembah pada penguasa terus berlangsung khidmat sempurna
Asal Prabowo bukan pejabat pertama di bawah panji Garuda
Gara-gara Prabowolah banyak pesohor bak jadi pecundang tiada harga
Gara-gara Prabowolah banyak segerombolan manusia penghasut jadi tak bermuka
Gara-gara Prabowolah banyak sejamaah ulama dan alim beragama patut tolehi iman di dada
Gara-gara Prabowolah banyak insan kampus mesti belajar lagi buku kuliah masa muda
Gara-gara Prabowolah Indonesia harus kehilangan puluhan juta manusia berharga
yang terkecoh manipulasi dan olahan muslihat dan rekayasa
Kalau bukan kau, paling tidak 53 sekian persen muka-muka pendukung penguasa,
hampir 71 juta bibir-bibir penelan janji Tuan Presiden nan mulia
Kudu siap ditanya di alam sana saat masa Itu tiba
Gara-gara Prabowolah, yang memilihnya pun gagal move on untuk cintai Bapak Paduka
Sebab, enggan berpindah untuk cinta propaganda
pada mitos Revolusi Mental yang kadung bak mantera
yang ternyata obat cepat lahirkan manusia tak berotak, pembunuh nurani mulia
Gara-gara Prabowolah, hari ini semua tahu: seperti inilah kualitas kita, Indonesia
Mutu pemenang di bilik suara
yang sempat bikin kita melambung mimpi pongah berkuasa
Padahal, sejatinya rupanya kita jadi permainan dusta
tersebab dia, Tuan Presiden tercinta, fakir karisma!
Gara-gara Prabowo, kita yang kalah dan sering dihina
Kini harus menolong para pendukung pemenang di sana
yang ternyata kini dalam kubangan sesal jadi warga melarat wibawa.

Pesan Kyai Muhsin untuk Presiden RI 2014-2019 ..

prabowo-jokowi
Oleh: Adian Husaini
Orang kampung memanggilnya Kyai Muhsin. Sehari-hari, ia berdagang di pasar kampungnya. Sepeda tuanya terkadang dinaikinya. Tapi lebih sering dituntunnya. Umurnya, diduga 70 tahunan. Hanya, ia belum pernah ia berurusan dengan rumah sakit. Tidak ada catatan resmi hari lahirnya. Kain sarung dan lantunan zikir menjadi ciri utamanya. Mengajar ngaji anak-anak adalah rutinitas kesahariannya. Tak pernah terlihat ia baca koran atau menonton berita. Hanya silaturrahim ke sana-sini menjadi hobinya. Uniknya, ia seperti paham kondisi politik negeri. Sudah jadi tradisi, ia selalu bertanya tentang masalah politik kepada cucu-cucunya jika mereka berlibur dari kuliahnya.
“Sopo Le sing arep dadi Presiden? Jokowi, Prabowo, opo Oma Irama?” Mbah Muhsin bertanya kepada Sikirno, salah satu cucunya, saat liburan dari kuliahnya di Yogya.
Kirno gelagapan. Pertanyaan itulah yang hari-hari ini bergelayut di benaknya. Sebagai aktivis masjid kampus, ia juga diombang-ambingkan oleh berbagai informasi seputar para capres RI 2014-2019. Ia kebingungan, siapa yang seharusnya dipilih. Maka, kesempatan itu pun ia manfaatkan untuk menggali informasi dari kakeknya, yang menurut ibunya, Mbahnya itu kadangkala memiliki pemikiran yang “aneh”, seperti bisa memahami masa depan.
“Bingung Mbah; kalau menurut Mbah siapa yang terbaik yang harus kita pilih?” tanya Kirno. “Kalau kamu pilih siapa?” Mbah Muhsin bertanya balik ke cucunya. “Ya, itu yang saya bingung Mbah. Teman-teman juga bingung. Seorang Ustad di kampus pernah bilang, pokoknya jangan pilih Jokowi, karena ia dikendalikan oleh kekuatan asing dan konglomerat hitam yang dulu merugikan keuangan negara ratusan trilyun. Amerika dan jaringan Yahudi juga katanya lebih mendukung Jokowi. Kalau pilih Prabowo, katanya ia emosional, dan ada adiknya yang misionaris Kristen. Padahal saudaranya itu yang punya uang banyak. Prabowo juga dikabarkan kurang tekun ibadahnya. Tapi, ada beberapa tokoh Islam mengatakan ia suka membela orang Islam. Bagaimana ini Mbah. Bingung milihnya! Padahal, beberapa pengamat bilang, cuma dua calon itu yang kuat? Katanya, dulunya Jokowi diangkat untuk menjegal Prabowo; dan sebaliknya, hanya Prabowo yang bisa membendung Jokowi. Pokoknya, banyak sekali berita yang sulit bagi saya menerima atau menolaknya!”
“Yo, yo,yo…. , ngono yo Le…. wah pancen angel iki,” Mbah Muhsin bergumam sendiri, sambil mengangguk-anggukkan kepalanya; kelihatan sedang merenungkan sesuatu. “ Terus gimana Mbah? Apa tidak usah milih saja?” Kirno mendesak kakeknya. “Kenapa tidak memilih?” tanya Mbah Muhsin. “Ya, karena dua-duanya bisa merugikan Islam, karena mereka sekuler, tidak tulus ikhlas berpihak kepada aspirasi Islam?” “ Kalau kamu tidak milih, apa lalu Presidennya bisa lebih baik?” “Itulah Mbah yang membuat saya dan teman-teman bingung!” “Ya, makanya, jangan memutuskan tidak milih dulu! Dipikir yang baik. Nanti dulu, saya pikir baik-baik. Tunggu sebentar yo Le,” kata Mbah Muhsin yang berucap dalam bahasa Jawa campur bahasa Indonesia.
Kirno tidak tahu, apa yang dikerjakan Mbah Muhsin di dalam kamarnya. Sekitar 15 menit kemudian, Mbah Muhsin kembali menemui Kirno. “Kita ngomong di dalam saja, Kirno…, nggak enak didengar orang.” Kirno menuruti langkah kakeknya. Tanpa diduganya, ia diajak memasuki kamar yang dipenuhi buku. Pemandangan di depannya nyaris membuatnya tak percaya. Kakeknya menyimpan begitu banyak koleksi buku. Penampilan kakeknya pun tak mencerminkan ia seorang peminat buku. Apalagi, tak pernah didengarnya sang kakek membicarakan masalah politik dan keagamaan kontemporer. Orang tuanya juga tidak pernah bercerita tentang hal ini.
“Kirno, sudah saatnya Mbah beritahu kamu satu rahasia. Ini kumpulan tulisan Mbah di sebuah majalah Islam tahun 1950-an. Mbah gunakan nama samaran: Ki Sarmidi. Dulu Mbah aktif menulis tentang pemikiran sekulerisme dan komunisme. Alhamdulillah, nama asli Mbah tidak pernah terbuka. Hanya redaksi saja yang tahu, dan mereka menyembunyikan identitas Mbah, sampai mereka semua meninggal dunia.”
Kirno hanya terdiam, terselimuti rasa takjub. Dibolak-baliknya lembaran-lembaran kliping artikel yang semakin mencoklat warnanya. Ada beberapa bagian sulit dibaca. Tatapannya terhenti pada sebuah artikel berjudul “Jalan Kehancuran Negara Sekuler”. Sambil tetap berdiri, dibacanya pelan-pelan artikel yang sudah buram tulisannya itu. Hatinya takjub. Kalimat demi kalimat yang dibacanya terasa tajam dalam menguliti kekeliruan paham sekulerisme.
Melihat cucunya bersemangat membaca artikelnya, Mbah Muhsin mengambil sebuah diktat lusuh dari tumpukan koleksinya. Diktat itu bertuliskan “Islam Sebagai Dasar Negara: Salinan dari buku Teks Pidato M. Natsir di muka sidang pleno Badan Konstituante, 20 Juli 1957 di Bandung.”
“Ini kamu baca, Mbah tinggal dulu sebentar. Mbah ada perlu. InsyaAllah satu jam lagi kembali. Kita diskusikan isi diktat ini,” kata Mbah Muhsin, sambil bergegas meninggalkan cucunya. Dalam hatinya ia bersyukur, ada diantara garis keturunannya yang berminat memahami sejarah perjuangan Islam. Sudah lama ia menunggu-nunggu saat tepat untuk membuka tabir dirinya.
Sebagai aktivis mahasiswa Islam, Kirno sudah akrab dengan nama Mohammad Natsir, tokoh dan pejuang Islam yang belakangan juga diakui sebagai salah satu Pahlawan Nasional. Namanya sangat harum karena pemikiran dan akhlaknya bisa dijadikan teladan. Namun, Kirno belum membaca secara khusus pemikiran Pak Natsir dalam soal kenegaraan. Kini di tangannya terpampang dengan cukup jelas, uraian-uraian Pak Natsir tentang kekeliruan dan bahaya paham sekulerisme bagi bangsa Indonesia. Uraian itu begitu mempesona dan mudah dipahami. Kalimat demi kalimat isi pidato Pak Natsir itu ia cerna dengan hati-hati:
Pilihan kita, satu dari dua: sekulerisme atau agama…. Sdr. Ketua! “Sejarah manusia umumnya pada tinjauan terakhirnya, memberikan kepada kita pada final analisisnya hanya dua alternatif untuk meletakkan dasar negara dalam sikap asasnya (principle attitude-nya), yaitu: (1) faham sekulerisme (la-dieniyah) tanpa agama, atau (2) faham agama (dieny).
Sdr. Ketua! Apa itu sekulerisme, tanpa agama, la-dieniyah? Sekulerisme adalah suatu cara hidup yang mengandung paham tujuan dan sikap hanya di dalam batas hidup keduniaan. Segala sesuatu dalam kehidupan kaum sekuleris tidak ditujukan kepada apa yang melebihi batas keduniaan. Ia tidak mengenal akhirat, Tuhan, dsb. Walaupun ada kalanya mereka mengakui akan adanya Tuhan, tapi dalam penghidupan perseorangan sehari-hari umpamanya, seorang sekuleris tidak menganggap perlu adanya hubungan jiwa dengan Tuhan, baik dalam sikap, tingkah laku dan tindakan sehari-hari, maupun hubungan jiwa dalam arti doa dan ibadah. Seorang sekuleris tidak mengakui adanya wahyu sebagai salah satu sumber kepercayaan dan pengetahuan. Ia menganggap bahwa kepercayaan dan nilai-nilai moral itu ditimbulkan oleh masyarakat semata-mata. Ia memandang bahwa nilai-nilai itu ditimbulkan oleh sejarah atau pun oleh bekas-bekas kehewanan manusia semata-mata, dan dipusatkan kepada kebahagiaan manusia dalam penghidupan saat ini belaka…
Di lapangan ilmu pengetahuan, Sdr. Ketua, sekulerisme menjadikan ilmu-ilmu terpisah daripada nilai-nilai hidup dan peradaban. Timbullah pandangan bahwa ilmu ekonomi harus dipisahkan dari etika. Ilmu sejarah harus dipisahkan dari etika. Ilmu sosial harus dipisahkan dari norma-norma moral, kultur dan kepercayaan. Demikian juga ilmu jiwa, filsafat, hukum, dsb. Sekedar untuk kepentingan obyektiviteit. Sikap memisahkan etika dari ilmu pengetahuan ada gunanya, tetapi ada batas-batas dimana kita tidak dapat memisahkan ilmu pengetahuan dari etika.
Kemajuan ilmu teknik dapat membuat bom atom. Apakah ahli-ahli ilmu pengetahuan yang turut menyumbangkan tenaga atas pembikinan bom tersebut harus ikut bertanggungjawab atas pemakaiannya atau tidak? Bagi yang memisahkan etika dari ilmu pengetahuan mudah saja untuk melepaskan tanggungjawab atas pemakaian bom itu. Di sini kita lihat betapa jauhnya sekulerisme. Ilmu pengetahuan sudah dijadikan tujuan tersendiri, science for the sake of science.
Di dalam penghidupan perseorangan dan masyarakat, sekulerisme la-dieniyah tidak memberi petunjuk-petunjuk yang tegas. Ukuran-ukuran yang dipakai oleh sekulerisme banyak macamnya. Ada yang berpendapat bahwa hidup bersama laki-laki dan wanita tanpa kawin tidak melanggar kesusilaan. Bagi satu negara menentukan sikap yang tegas terhadap hal ini adalah penting. Sekulerisme dalam hal ini tidak dapat memberi pandangan yang tegas, sedangkan agama dapat memberi keputusan yang terang.
Pengakuan atas hak milik perseorangan, batas-batas yang harus ditentukan antara hak-hak buruh dan majikan, apa yang kita maksud dengan perkataan “adil dan makmur”, ini semua ditentukan oleh kepercayaan kita. Sekulerisme tidak mau menerima sumber ke-Tuhanan untuk menentukan soal-soal ini. Kalau demikian terpaksalah kita melihat sumber paham-paham dan nilai-nilai itu semata dari pertumbuhan masyarakat yang sudah berabad-abad berjalan sebagaimana yang didorongkan oleh sekulerisme. Ini tidak akan memberi pegangan yang teguh. Ada beribu-ribu masyarakat yang melahirkan bermacam-macam nilai. Ambillah, misalnya soal bunuh diri. Ada masyarakat yang mengijinkan dan ada yang melarang. Yang mana yang harus dipakai? Bagi suatu negara mengambil sikap yang menentukan adalah penting, karena hukum-hukum mengenai sikap yang menentukan adalah penting, karena hukum-hukum mengenai persoalan itu akan dipengaruhi oleh sikap tersebut. Lagi, disini sekulerisme tidap dapat memberikan pandangan yang positif.
Jika timbul pertanyaan, apa arti penghidupan ini, sekulerisme tidak dapat menjawab dan tidak merasa perlu menjawabnya. Orang yang kehilangan arti tentang kehidupan, akan mengalami kerontokan rohani. Tidaklah heran, bahwa di dalam penghidupan perseorangan, sekulerisme menyuburkan penyakit syaraf dan rohani. Manusia membutuhkan suatu pegangan hidup yang asasnya tidak berubah. Jika ini hilang, maka mudahlah baginya mengalami taufan rohani. Demikian akibat pemahaman sekulerisme dalam hidup orang perseorangan. Pengaruh agama terhadap kesehatan rohani ini telah diakui oleh ilmu jiwa jaman sekarang….
Ada satu pengaruh sekulerisme yang akibatnya paling berbahaya dibandingkan dengan yang saya telah sabut tadi. Sekuleris, sebagaimana kita telah terangkan, menurunkan sumber-sumber nilai hidup manusia dari taraf ke-Tuhanan kepada taraf kemasyarakatan semata-mata. Ajaran tidak boleh membunuh, kasih sayang sesama manusia, semuanya itu menurut sekulerisme, sumbernya bukan wahyu Ilahi, akan tetapi apa yang dinamakan: Penghidupan masyarakat semata-mata. Umpamanya dahulu kala nenek moyang kita, pada suatu ketika, insaf bahwa jika mereka hidup damai dan tolong menolong tentu akan menguntungkan semua pihak. Maka dari situlah katanya timbul larangan terhadap membunuh dan bermusuhan.
Kita akan lihat betapa berbahayanya akibat pandangan yang demikian. Pertama, dengan menurunkan nulai-nilai adab dan kepercayaan ke taraf perbuatan manusia dalam pergolakan masyarakat, maka pandangan manusia terhadap nilai-nilai tersebut merosot. Dia merasa dirinya lebih tinggi daripada nilai-nilai itu! Ia menganggap nilai-nilai itu bukan sebagai sesuatu yang dijunjung tinggi, tapi sebagai alat semata-mata karena semua itu adalah ciptaan manusia sendiri…
Kirno terpekur merenungkan kalimat demi kalimat sebagian dari isi pidato Pak Natsir itu. Sebagai mahasiswa ilmu budaya, ia sangat akrab dengan pemikiran sekuler yang dikritik secara tajam oleh Pak Natsir. Ia baru paham, mengapa di kampusnya ada Fakultas Ilmu Budaya, tetapi tidak ada Fakultas Ilmu Agama. Itulah sebagian pandangan sekulerisme yang sebenarnya telah menempatkan manusia sebagai “Tuhan”, karena merasa berhak menentukan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang halal dan mana yang haram.
Belum tuntas ia melanjutkan renungannya, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Kakeknya segera menyapanya. “Pidato Pak Natsir itu yang menginspirasi tulisan Mbah tentang sekulerisme. Kamu boleh bawa diktat itu dengan hati-hati dan jangan bercerita kepada siapa pun, termasuk kepada bapak ibumu. Mbah tidak ingin rahasia ini terungkap sampai Mbah meninggal.”
Kirno diam. Hatinya dipenuhi banyak pertanyaan, tetapi ia enggan bertanya lebih jauh. Yang terpikir olehnya, bagaimana ia diijinkan kakeknya untuk membaca koleksi buku-bukunya. Seakan memahami keinginan cucunya, Mbah Muhsin pun berujar, “Kamu saya beri kunci kamar ini. Kapan saja ada waktu kamu boleh membaca di sini. Tapi, jangan sampai ada orang yang tahu. Itu syaratnya.”
Kirno mengangguk. Tapi, ia segera menukas, “Terus Mbah, untuk Presiden Indonesia tahun 2014 ini, pilih siapa? Jokowi, Prabowo, Oma Irama, atau Aburizal Bakrie, atau siapa?”
“Saya ini di kampung. Tidak banyak mendengar informasi politik. Hanya mendengar pembicaraan orang dari pasar dan warung-warung. Tapi kalau melihat informasi yang ada, sebelum memilih, mestinya tokoh-tokoh Islam mendatangi para calon Presiden itu. Semuanya mereka Muslim dan sudah haji. Tanyakan kepada mereka satu-satu, bagaimana komitmennya terhadap apirasi Islam dan khususnya sikap mereka terhadap sekulerisme. Kalau tidak ada yang ideal, maka pilih yang paling kecil mudharatnya bagi umat Islam. Minimal, ia tidak memusuhi dakwah Islam, tidak menindas umat Islam, dan tidak memberikan dukungan kepada kaum misionaris, kapitalis, dan sekuleris.”
“Itu masih terlalu normatif Mbah. Kurang praktis!” “Ijtihad politik bisa berbeda, tergantung informasi yang kita terima, karena calon-calon yang ada tidak secara jelas berlatarbelakang ulama atau aktivis Islam dan mempunyai visi dan misi keislaman yang tersurat, sebagaimana Pak Natsir itu.” “Kalau Oma Irama, Mbah?” “Dari omongan orang, katanya belum pasti Oma Irama akan dimajukan sebagai capres. Mungkin ia selama ini hanya digunakan untuk menarik suara, karena sekarang artis sudah dipuja melebihi ulama. Saya tidak meragukan komitmen Oma Irama terhadap Islam, karena saya tahu sejak tahun 1970-an ia punya komitmen yang tinggi terhadap partai Islam. Banyak lagunya yang bermuatan dakwah dan politik Islam. Nanti kalau sudah pasti siapa capresnya, kamu ke sini lagi.”
“Kalau antara Jokowi dan Prabowo siapa Mbah yang lebih baik dipilih?” “Ada kyai di Solo, murid Pak Natsir yang kenal keduanya. Kamu tanya dia. Ia tokoh terkenal. Mudah mencarinya!” “Saya ingin tahu dari Mbah sendiri. Dari mata batin Mbah sendiri. Siapa yang lebih baik dipilih, andaikan capresnya nanti cuma Jokowi dan Prabowo?”
“Di samping kelemahannya, kelebihan Prabowo itu tegas dan berani serta nekad. Ia sudah kaya raya sejak dulu, sehingga tidak butuh uang. Latar belakang tentaranya mungkin masih diperlukan untuk mengatasi berbagai ancaman separatisme. Saya dengar, ia kenal baik dengan Pak Natsir. Kalau Prabowo berjanji mau mengaji dan mendengar nasehat ulama-ulama yang soleh, itu sangat baik.” “Kalau Jokowi. Mbah?” “Mbah juga dengar, ia orang baik. Ia suka kerja keras dan dekat dengan rakyat. Beratnya, seperti yang kamu ceritakan, di belakang dan sekeliling dia, diberitakan ada orang-orang yang lebih berpihak kepada sekulerisme dan mungkin beberapa diantaranya kepanjangan tangan kepentingan Yahudi dan misionaris Kristen. Saya tidak tahu, apakah Jokowi bisa keluar dari jeratan para pendukungnya itu? Yang berat juga, jika Jokowi jadi Presiden, maka yang jadi Gubernur Jakarta adalah orang kafir! Tentu, itu sangat berat bagi para ulama dan umat Islam yang tidak sekuler dan sadar akan ajaran al-Quran. Sebab, pemimpin dalam Islam itu mempunyai tanggung jawab dunia dan akhirat. Bagaimana jika simbol pemimpin ibukota negara muslim terbesar di dunia adalah seorang kafir! Apakah bumi Jakarta yang dimerdekakan dri penjajah kafir dengan tetesan darah para syuhada itu ridho menerima kepemimpinan orang kafir? Solusinya mudah saja. Gubernur Jakarta mau belajar Islam dengan ikhlas dan membuka pintu hatinya menerima hidayah Allah, bersedia memeluk Islam. Ini bukan untuk kepentingan jabatan, tetapi lebih untuk keselamatan dia sendiri, di dunia dan akhirat. Menurut Islam, kasihan orang kafir, sudah bekerja keras, tetapi amalnya tidak bernilai di mata Allah, seperti fatamorgana. Kamu baca QS 24:39!”
“Wah, kalau Mbah ngomong seperti itu di media massa sekarang, Mbah akan dituduh picik, sektarian, tidak pluralis, tidak berwawasan kebangsaan, dan lain-lain. Pokoknya akan dicemooh habis-habisan, Mbah!” “Ya, Mbah ini orang kuno Le. Hanya bicara dari hati saja. Tidak mau munafik. Terserah orang mau ngomong apa. Tanggung jawab kita di akhirat kan masing-masing. Kita hanya wajib menyampaikan kebenaran. Itu sikap yang harusnya ditunjukkan para politisi Muslim, seperti kamu baca dalam pidato Pak Natsir itu! Kami dulu bangga sekali mempunyai pemimpin seperti Pak Natsir. Pemikirannya hebat,jujur, dan tegas. Bahkan, musuh-musuh ideologis Pak Natsir pun menghormatinya, karena integritas pribadinya yang sangat tinggi.”
“Jadi, Mbah, pilih Jokowi atau Prabowo?” “Kamu kan mahasiswa. Mbah tidak kuliah seperti kamu. Kamu bisa menyimpulkan sendiri apa yang Mbah sampaikan. Sekarang, coba kamu usahakan ketemu Jokowi dan Prabowo! Sampaikan pesan Mbah: “Kalau jadi Presiden, ingat tanggung jawab kepada Allah di akhirat. Jangan mikir dunia saja. Karena mengaku Muslim, maka ikhlaslah untuk menjadikan Nabi Muhammad saw sebagai teladan hidup dan kepemimpinan. Jangan membohongi umat Islam! Hanya dekat saat perlu dukungan mereka, tapi setelah itu mendukung sekulerisme, kemusyrikan dan kemaksiatan. Ingatkan mereka, agar mau belajar dari para pemimpin sebelumnya.Bagaimana nasib mereka yang berani menipu Allah dan Rasul-Nya serta umat Islam!”
“Tapi, Mbah… itu sangat susah Mbah. Bagaimana cara menyampaikannya?” “Berjuang itu memang tidak mudah, Le! Kalau mau yang mudah-mudah terus, ya jangan berjuang!” Kirno ingin terus bertanya, tetapi azan ashar terdengar mengalun. Mbah Muhsin pun mengajak cucunya ke surau sebelah rumah. Kirno menurut, diam. Tapi hatinya bergejolak; tertantang untuk menyampaikan pesan kakeknya itu ke semua capres RI 2014-2019.

Benci dalam Adil Menilai ..

BANNER YUSUF MAULANA
“Crane Timpa Ratusan Jamaah di Makkah, saat Jokowi Mendarat di Jeddah”
“Itu Raja Arab Bukan Akhwat!”
JUDUL berita sebuah laman dikutip seorang rekan yang dikenal publik getol mengkritik Presiden RI. Meski tidak bersimpati pada penguasa, dan terutama orang di lingkaran pembisiknya, saya menilai penyebaran berita dengan judul asosiatif dua kejadian berbeda sebagai kausalitas (sebab-akibat) amatlah rentan. Hanya akan hadirkan kebencian meski sorak dukungan dari kawan sang rekan juga berlimpah. Tapi percayalah, selain ada soal etika, kita sebarkan berita macam itu hanya undang simpati pada figur yang disinisi.
Prinsip propaganda: menyerang lawan harus jeli melihat psikologis publik yang netral. Jangan sampai serangan ke lawan hadirkan simpati pada yang bersangkutan. Kita tanpa sadar malah jadi pemasar popularitasnya dengan menempatkan diri sebagai “korban” kekejian.
Serupa itu, meme soal jabatan tangan Presiden kita dengan Raja Arab hanya bakal hadirkan pemopuleran. Kekocakan di balik foto itu justru bakal undang simpati. Permakluman lebih bisa diterima. Kita malah jadikan canda yang untungkan lawan. Tidak tahu bahwa ini semacam perangkap buat perolok kita karena kegaduhan angle foto dari kejadian yang tidak sepenuhnya demikian.
Memang, sebagian teman sang rekan membela begini: “Dia kan hanya mengutip laman berita, tapi kok kenapa yang di-bully malah dia?” Betul, rekan saya itu hanya menyalin apa adanya berita Merdeka. Tapi berita itu sarat jebakan. Jebakan pertama, untuk menarik keingintahuan pembaca beritanya, khususnya dari kalangan pembenci Presiden. Jebakan kedua, berita itu malah memerangkap sang rekan untuk siap “dihajar” dengan beberapa berita yang “sebetulnya”. Jadilah rekan saya itu yang sekadar menyalin berita malah disangka tukang fitnah.
Banyak di antara kita lupa bagaimana simpati personal begitu mudah diberikan rakyat negeri ini ketimbang menyeriusi ketidakbecusan kebijakan. Nah, ketika soal personal dieksplorasi besar-besaran, yang terjadi malah mengundang simpati pada sang figur. Seolah dia dianiaya, ditindas, dizalimi, tidak diberikan kesempatan bertindak, dan prasangka baik lainnya.
Saya tidak suka Presiden RI saat ini bukan karena personalnya. Dia lemah, memang. Tapi semua ini bisa diatasi kalau orang-orang yang mendukungnya juga disadarkan. Paling tidak diajak untuk mengingatkan atas putusannya menempatkan sosok tidak tepat sebagai penguasa negeri. Para penyokong, pemuja fanatik penguasa, adalah kalangan yang harus diajak sadar. Bukan melulu dengan fakta sebenarnya menurut versi kita. Kadang juga cukup dengan akhlak kita. Sebab, kalangan penyokong penguasa sebetulnya sudah sejak awal idap penyakit sosial yang dengan sendirinya terkuak, yakni senantiasa memungkiri suara hati.
Karena itu, menyerang mereka jangan sampai masuk pada personal subjek idolanya. Ini kontraproduktif dan bahkan hanya lahirkan kecintaan menggebu. Belum lagi rakyat awam yang salah tangkap bahwa penguasanya “dianiaya” oleh orang-orang macam rekan saya. Dalam hal ini, para penyokong taat penguasa adalah piawai memoles duka dan aib menjadi citra kebaikan. Kiranya pengalaman lampau perlu jadi pelajaran.

Al-Quran Diangkat dan Orang Tak Paham Kalimat ‘Lailaha Illallah’ ..


quran
DARI Huzaifah bin al-Yaman Ra. ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda; “Islam akan lenyap seperti hapusnya (warna pakaian yang telah usang), sehingga (sampai suatu masa nanti) orang tidak mengerti apa yang dimaksudkan dengan puasa, apa yang dimaksudkan dengan shalat, apa yang dimaksudkan dengan nusuk (ibadah), dan apa yang dimaksudkan dengan sedekah.
“Al-Qur’an akan hilang semuanya pada suatu malam saja, maka tidak ada yang tertinggal dipermukaan bumi ini darinya walau pun hanya satu ayat. Dan yang ada hanya beberapa kelompok manusia, di antaranya para orang tua, laki -laki dan perempuan.
Mereka hanya dapat berkata, “Kami sempat menemui nenek moyang kami mengucapkan kalimat ‘La ilaha illallah’, lalu kami pun mengucapkannya juga. Maka berkata Shilah (perawi Hadits dari Huzaifah). Apa yang dapat dibuat oleh La ilaha illallah (apa gunanya La ilaha illallah) terhadap mereka, sedangkan mereka sudah tidak memahami apa yang dimaksudkan dengan shalat, puasa, nusuk, dan sedekah?”
Maka Huzaifah memalingkan• muka darinya (Shilah yang bertanya). Kemudian Shilah mengulangi pertanyaan itu tiga kali.
Maka Huzaifah memalingkan mukanya pada setiap kali pertanyaan Shilah itu. Kemudian Shilah bertanya lagi sehingga akhimya Huzaifah menjawab, “Kalimat itu dapat menyelamatkan mereka dari api neraka,” (Huzaifah mengatakan jawaban itu tiga kali). (HR. Thnu Majah).
Hadits di atas menerangkan kepada kita pada suatu zaman nanti akan terjadi:
1. Ilmu tentang Islam akan diangkat.
2. Al-Qur’an juga akan diangkat dari permukaan bumi ini.
3. Orang banyak hanya mengenali beberapa istilah Islam, tetapi mereka tidak memahami apa yang dimaksudkan dengan istilah-istilah itu.
4. Begitu pula mereka hanya dapat mengucapkan kalimat “Lailaha illallah”, tetapi mereka tidak memahami apa tuntutan kalimat suci itu terhadap mereka. Walau bagaimanapun Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan belas kasihan-Nya masih menghargai keimanan mereka yang sedikit itu dan akan memasukkan mereka ke dalam surga.

Umat Islam Akhir Zaman Seperti Buih ..

buih lautan
SEBUAH hadis diriwayatkan daripada Thauban r.a., bahawa Rasulullah SAW bersabda, “Setelah aku wafat, setelah lama aku tinggalkan, umat Islam akan lemah. Di atas kelemahan itu, orang kafir akan menindas mereka bagai orang yang menghadapi piring dan mengajak orang lain makan bersama.”
Maka para sahabat r.a. pun bertanya, “Apakah ketika itu umat Islam telah lemah dan musuh sangat kuat?”
Sabda Baginda SAW: “Bahkan masa itu mereka lebih ramai tetapi tidak berguna, tidak berarti dan tidak menakutkan musuh. Mereka adalah ibarat buih di laut.”
Sahabat bertanya lagi, “Mengapa seramai itu tetapi seperti buih di laut?”Jawab Rasulullah SAW, “Kerana ada dua penyakit, iaitu mereka ditimpa penyakit al-Wahn.”
Sahabat bertanya lagi, “Apakah itu al-Wahn?”
Rasulullah SAW bersabda: “Cintakan dunia dan takut akan kematian.”
Suatu keadaan yang nyata di hadapan kita sekarang, bahwa jumlah umat Islam sudah cukup banyak. Di dunia ini, satu setengah milyar lebih penduduk bumi adalah Muslim. Tetapi kita saksikan bahawa jumlah yang banyak ini belum membawa umat ini keluar dari kesulitan-kesulitannya. Inilah rupanya yang diungkapkan Rasulullah dalam hadis di atas. Patutlah kiranya kita semua, umat Islam melihat ke dalam, seberapa jauh kiranya kita sudah terjangkiti penyakit al-Wahn tersebut, penyakit cinta dunia dan takut akan kematian.
Tentunya ini tak lepas dari kesalahan pandangan umumnya masyarakat Muslim terhadap kehidupan dunia. Mengapa sampai cinta pada dunia dan takut mati? Tentu ini kerana memandang bahwa dunia ini adalah tempatnya segala kesenangan, dan kematian adalah pemutus kesenangan tersebut. Sungguh suatu cara pandang yang sesat dan keliru.

Wanita Berpakaian tapi Telanjang ..

sepatu
JIKA kita keluar rumah, cobalah lihat dan perhatikan tempat-tempat umum seperti pasar, mall, pusat hiburan, terminal, pertokoan atau tempat rekreasi, niscaya kita akan melihat fenomena sebagaimana Rasulullah Saw pernah ucapkan yaitu wanita berpakaian tapi telanjang.
Begitupun pada saat melihat lembaran tabloid, majalah, surat kabar, atau saluran televisi maka pemandangan ini sudah bukan menjadi hal yang asing lagi. Tanpa selipan gambar-gambar wanita berpakaian seksi dan membentuk garis tubuh, sudah pasti media tersebut tidak akan laku di kalangan publik.
Fenomena wanita berpakaian tapi telanjang ini bukan hanya berada di perkotaan, tetapi juga sudah merambah ke daerah atau ke desa-desa terpencil sekalipun. Dengan dalih mengikuti tren dan fesyen masa kini, gadis-gadis belia sudah tidak malu lagi memperlihatkan keindahan tubuh mereka yang seharusnya ditutupi oleh busana yang syar’i. Tidak hanya itu, pada saat ini marak pula istilah jilbab gaul yang membuat kita prihatin. Berjilbab tapi masih menggunakan baju dan celana ketat, jelas ini merupakan perbuatan yang menyimpang.
Rasulullah Saw bersabda:
“Ada dua macam penduduk neraka yang belum pernah kulihat: orang-orang yang membawa cemeti seperti ekor sapi yang mereka gunakan untuk mencambuki manusia dan wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang, yang bergoyang dan membuat orang lain bergoyang, kepala mereka seperti punuk unta yang miring, mereka tidak masuk surga dan tidak mencium baunya, padahal bau surge itu bisa dicium dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim)
Imam An-Nawawi memberikan penjelasan yang beragam tentang makna wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang, yang bergoyang dan membuat orang lain bergoyang.
Pertama; Mereka adalah wanita-wanita yang berpakaian (menggunakan) nikmat Allah, namun telanjang (tidak menggunakan) dari berbuat syukur.
Kedua; Mereka adalah wanita yang berpakaian namun tidak berperilaku taat kepada Allah.
Ketiga; Berpakaian namun hanya sebagian saja yang menutupi tubuhnya, untuk menampakkan kecantikannya.
Keempat; Menggunakan pakaian tipis yang masih memperlihatkan warna kulit dan bentuk tubuhnya.
Sedangkan makna yang bergoyang dan membuat orang lain bergoyang, Imam An-Nawawi menjelaskan:
Pertama; Menyimpang dari ketaatan kepada Allah dan keharusan menjaga kemaluan. Ia juga mendorong wanita lain melakukan perbuatan seperti mereka.
Kedua; Wanita yang memperindah gaya jalannya dan menggoyangkan bahu mereka.
Ketiga; Mengenakan pakaian, perhiasan atau asesoris yang mencirikan seorang pelacur.
Keempat; Wanita yang cenderung memikat laki-laki dengan kecantikan, perhiasan, atau kemolekan anggota tubuh yang mereka perlihatkan.
Apa yang Imam-An-Nawawi kemukakan benar-benar sesuai dengan gambaran wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang, yang bergoyang dan membuat orang lain bergoyang, khususnya pada saat ini. Jika kita melihat wanita foto model, artis, Sales Promotion Girl (SPG), bintang iklan dan penyanyi dangdut yang memamerkan kemolekan tubuhnya, bergoyang diatas panggung dengan pakaian yang minim, sehingga membuat orang-orang bergoyang. Itulah makna ‘dan membuat orang lain bergoyang’, membuat orang berjingkrak ria mengikuti irama musik dan goyangan wanita yang berada di atas panggung.

Bencana Akhir Zaman Terjadi Jika 15 Perkara Ini Sudah Dilakukan ..


pernikahan-gay-banjir140119b
PENJELASAN Rasulullah SAW mengenai bencana sering dikaitkan dengan pra-kondisi sebelum terjadinya bencana tersebut. Hadist riwayat Imam Atturmudzi, dan yang menghimpun hadis ini adalah ulama Alwalial annajdwi yang menghimpun 40 hadis yang menerangkan tentang bencana. Ketika dia metafsirkan hadis ini beliau memberi judul “Lima Kedurhakaan / Kemaksiatan yang Dapat Menyebabkan Datangnya Bencana.”
Dari Ibnu Ali bin Abi Thalib berkata, bahwa Rasulullah telah bersabda : “Bilamana umatku telah mengerjakan 15 perkara ini, maka bala bencana pasti akan turun menimpa mereka.” Sahabat bertanya., “Apa 15 perkara itu ya Rasulullah?” Rasulullah bersabda, “Bala akan datang bilamana :
1. Harta Negara hanya beredar (dipegang) di kalangan orang-orang tertentu.
2. Apabila amanah telah dijadikan sumber keuntungan.
3. Apabila zakat dijadikan hutang.4. Bala akan datang bilamana suami menurut kemauan isteri.
5. Anak durhaka terhadap ibunya.
6. Sedangkan ia berbuat baik kepada teman sebayanya (pada kehidupan keluarga)
7. Menjauhkan diri dari ayahnya.
8. Suara-suara ditinggikan di dalam masjid
9. Pemimpin suatu kaum adalah orang yang terhina diantara mereka.(banyaknya pemimpin yang dipilih dari golonganya sendiri dengan dalih kebenaran menurut golongan mereka sendiri).
10. Seseorang dimuliakan karena ditakuti kejahatannya.
11. Khamer / arak (minuman beralkohol) sudah diminum segala tempat.
12. Kain sutra banyak digunakan oleh kaum laki-laki.
13. Penyanyi disanjung-sanjung.
14. Musik banyak dimainkan.
15. Generasi akhir umat ini melaknat / menyalahkan generasi pertama yakni para sahabat radiallahu anhum ajmain.
Akhir dari sabda Rasulallah SAW adalah : “Maka hendaklah mereka menanti angin merah atau gempa bumi atau mereka dirubah menjadi mahluk yang lain apabila mereka telah melakukan 15 perkara tersebut.”

Renungan 6 ..

Renungan 5 ..

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh ....
Sahabat Fillah....
Perjalanan hidup, tak pernah ada yg tahu.
Inginnya seperti ini,
tapi malah kesitu.
Maunya nanti berakhir di pintu surga
tapi malah lupa berilmu.
.
.
Sesungguhnya aku kini sedang dalam proses,
kamu pun, kalian,
juga dia.
Kita sedang dalam proses menulis sebuah buku yang kelak akan kita baca jika telah tiba saatnya.

50.000 tahun sebelum ada kehidupan di dunia,
Alloh kita telah menuliskan suatu buku besar.
Ada semua benang merah perjalanan hidup seluruh manusia tergambar di dalamnya.
Bukan berarti Alloh pun mengatur
Si fulan masuk surga
Si fulanah masuk neraka.
Tidak.
Dia tidak pilih kasih dalam merancang akhir hidup hambaNya.
Maksudnya,
surga-neraka itu murni ada ditangan manusia.
Pilihan kita untuk menjadi hamba yg lupa karena segala tipu daya dunia
atau
hamba yg selalu ada di jalanNya,
menyadari dunia ini cuma tempat mencari bekal kematian sebanyak-banyaknya.
.
.
Engkau memang tidak bisa memilih dari keluarga seperti apa engkau dilahirkan.
Tak bisa pula memilih siapa & seperti apa takdir yg menempel padamu.
Tapi,
engkau dapat memilih untuk menjadi apa dirimu.
Si pendosa yg kerap berenang didalam kubangan khilaf walau sudah tahu “kolam kesalahan” itu berbau,
hitam dan
mematikan.
Atau
Menjadi pendosa yg sadar akan segala salahnya, lalu segera beranjak ke kolam pensucian yang lebih bening & bersih airnya.
.
.
Sekali lagi,
Surga itu kita sendiri yg mengusahakan, Kawan.
Neraka itu kita sendiri yg menentukan, Sahabat.
Maka,
tulislah bab & sub bab bukumu dengan hal baik.
Jika sudah tertulis yg buruk dengan tinta permanen,
ikhlaskanlah.
Tuliskan kembali lembaran berikutnya dengan tinta emas dari hasil kebajikan & ketaqwaan.
Integrasikan buku tulisanmu dengan buku takdirNya.
Sambutlah Qadha & Qadarmu dengan keikhlasan sebagai seorang hamba.
“Tamat” kan tulisanmu dgn surga sebagai tujuannya.
.
Sadarilah.
Sesungguhnya dirimu sedang menulis sebuah buku kecil perjalanan anak Adam
dengan panduan Alloh sebagai pedoman & takdir sebagai batasan.
Betaqwalah.
Maka kelak engkau takkan termasuk jadi jiwa yg merugi setelah bukumu dibacakan dihadapan Hakim Teradil sepanjang masa,
Alloh Azza Wa Jalla.

Renungan 4 ..

Renungan 3 ..

Renungan 2 ..

Renungan 1 ..

The World Its Mine