Selasa, 01 Oktober 2013

Mengkritik Tanpa Membuat Sakit

Kritik sering kali meninggalkan rasa tidak enak. Baik pada si pemberi kritik ataupun penerimanya. Itu sebabnya, kritik harus disampaikan dengan cara efektif agar tidak menjadi ajang pelampiasan ego si pengritik, atau malah melukai perasaan si penerima kritik.
Seni penyampaian kritik yang benar hendaknya berupa kritik membangun untuk menolong orang yang dikritik melakukan tugas dengan lebih baik. Saya yakin Anda pasti pernah dikritik dan mengeritik. Tapi setidaknya camkanlah maksud dari opini dibawah ini siapa tahu berguna nantinya.

Ada tujuh hal yang harus diperhatikan saat menyampaikan kritik.
1.      Berdua Saja
Hindarkan mengritik seseorang di depan umum. Bahkan, usahakan tidak mengatakan kritikan tersebut bila ada satu saja orang lain di sekitar situ yang mungkin bisa mendengarnya. Karena, hal itu bisa melukai ego orang yang Anda kritik. Padahal, kalau Anda ingin kritikan itu berhasil, jangan membuat ego orang yang Anda kritik melawanPrinsipnya, kritiklah seseorang di punggung umum, dan sampaikan pujian di muka umum.
2.      Awali dengan Pujian
Kata-kata manis dalam bentuk pujian mempunyai pengaruh dalam menciptakan suasana yang bersahabat. Ini akan membuat orang yang akan dikritik merasa senang dan mengendorkan pertahanan dirinya. Pujian membuka pikiran orang terhadap kritik yang diberikan.

3.      Nothing’s Personal
Kritiklah perbuatannya, bukan orangnya. Dengan begitu, Anda tak hanya menjaga perasaan orang yang Anda kritik, tapi juga menyelamatkan egonya. Selain mengarahkan kritik Anda pada perbuatannya, pada saat yang sama Anda bisa memberi pujian dan menguatkan egonya. Anda bisa mengatakan, “Saya tahu dari pengalaman yang lalu bahwa kesalahan ini tidak biasa terjadi pada diri Anda”.
4.       Berikan Jawabannya
Ketika Anda memberi tahu orang lain tentang kesalahannya, Anda pun berkewajiban memberi tahu cara melakukan yang benar. Penekanan dari kritik Anda sesungguhnya bukan pada kesalahannya, tapi pada cara memperbaikinya dan menghindari kesalahan itu terulang kembali. Salah satu keluhan terbesar dari orang yang dikritik adalah “Saya tidak tahu apa yang diharapkan dari saya”.
 
 
 


 
 5.    Jangan Menuntut
Anda akan mendapat kerja sama lebih besar dengan cara meminta daripada menuntut orang yang Anda kritik. Kalimat, ”Bersediakah Anda memperbaikinya?” jauh terdengar lebih enak di telinga dan tak menimbulkan rasa kesal, ketimbang Anda mengatakan, “Kerjakan sekali lagi dan kali ini saya ingin Anda mengerjakannya dengan benar!” Anda akan mendapatkan banyak hal positif jika merangsang keinginan orang yang Anda kritik untuk berubah, daripada mengeluarkan perintah agar ia berubah.
6.      Tak Perlu Merembet
Meminta perhatian atas suatu kesalahan hanya dapat dibenarkan satu kali. Maksudnya, kritiklah sekali saja. Dua kali tidak perlu, tiga kali sudah mengganggu. Ingatlah tujuan Anda mengkritik adalah untuk menyelesaikan pekerjaan, bukan untuk memenangkan pertarungan ego. Bila Anda tergoda untuk mengungkit-ungkit masalah lama atau kesalahan yang sudah lewat dan sudah selesai, ingatlah bahwa cara yang Anda lakukan tidak efektif.
7.      Cara Bersahabat
Persoalan belum tuntas jika belum diselesaikan dengan baik dan dengan cara bersahabat. Jangan biarkan persoalan menggantung dan baru dibahas lagi di kemudian hari. Selesaikanlah.Akhirilah dengan pernyataan, “Ok, sepertinya kita bisa ya, mengatasi persoalan ini. Anda pasti bisa, dan saya pasti membantu”. Atau, “Saya tahu saya bisa mengandalkan Anda.” Ini adalah aturan paling penting dari tujuh point tadi.

HIDUP ADALAH BELAJAR (sampai mati) ..

Semenjak sepasang kaki ini telah mampu berpijak,

Semenjak tangan-tangan ini telah mampu menggapai menyentuh dan menggenggam,

Semenjak kedua mata ini mampu menyaksikan segala keindahan yang ada,

Semenjak hidung yang bertengger di wajah ini telah mampu membaui,

Semenjak kedua telinga ini telah dapat mendengar,

Semenjak otak yang mengisi ruang kepala telah mampu memainkan logika..berpikir dan mencari alasan untuk segala perbuatan,

Semenjak hati nurani telah mampu bergetar, tergerak, merasakan, memainkan perananannya,

Ya... Semenjak manusia memiliki hati...


Semenjak itulah pelajaran dimulai.Dan semestinya, semenjak itu juga setiap manusia mengambil hikmah dari apa yang telah dilaluinya.

Belajar..., sesungguhnya adalah mencoba memahami dan mengambil hikmah dari semua peristiwa yang terlintas, terekam dan terjadi. Karena hidup adalah belajar sepanjang hembusan nafas. Hidup adalah belajar setiap saat, kapanpun dan dimanapun kita berada juga diposisi mana kita ditempatkan. Dan belajar itu pun terkadang butuh tegas, butuh keras, butuh mengalah, butuh sabar, butuh menangis juga butuh memotivasi dan dimotivasi. 
Hidup adalah belajar. Belajar untuk menyelesaikan setiap teka-teki yang sudah disiapkan Allah buat kita. Belajar untuk bisa iqro’ bukan hanya ABCD atau abatatsa, tapi juga iqro’ atau membaca semua hal yang ada disekitar kita. Dan belajar berarti sebuah proses. Diperlukan kesabaran, keikhlasan dan sebuah perjuangan.. dan lagi-lagi kita harus kembali belajar. 

Hmm… lalu bagaimana jika terjatuh? Bagaimana kalau kesandung dan lain sebagainya? Jatuh bukan berarti gagal karena jatuh, kesandung dan kawan-kawannya menurutku juga bagian dari proses belajar. Masih ada harapan yang membentang, masih ada kesempatan yang membujur panjang bila kita mau untuk bangkit. Ketika hati terketuk saja untuk kembali bangkit, kemudian diikuti jerih payah gerakan fisik untuk kembali bangkit, maka itu adalah bagian dari kemenangan selanjutnya. Dan artinya kita sedang belajar,dan kembali belajar…

Jadi ingat lirik lagu… “Hidupmu indah bila kau tahu..jalan mana yang benar.. harapan ada harapan ada bila kau percaya…”, Ada betulnya lirik itu.. sekali lagi hidup adalah belajar. Belajar bagaimana memilih jalan kita. Mau dibikin indah atau tidak, manusialah yang memilih. Manusialah yang mau tahu atau tidak mau tahu. Bahkan Alloh pun telah memberikan kita pilihan dan mengajarkan kita untuk belajar memilih. Seperti dalam firmanNya di qur’an surah Asy Syams ayat 8.

Dan sungguh hadiah terindah dari Yang Maha Bijaksana ketika kita bisa merasakan lapis demi lapis kehidupan dan proses belajar…ketika kita sadar bahwa hidup ini indah..karena hidup adalah belajar.. hingga sampai pada peraduan terakhir yang menjadi tujuan perjalanan.

Belajar (Karakter) Kung Fu

Film Kung Fu Panda 2 sudah mulai ditayangkan. Meskipun belum menonton, saya percaya film ini jugamemiliki nilai-nilai inspiratif seperti film sekuel sebelumnya, Kung Fu Panda. Tiba-tiba saja saya teringat tulisan yang pernah saya bikin tentang Kung Fu ini. Yuk simak….
Pagi ini saya mendengar talkshow di salah satu radio terkemuka di kota kota Semarang. Pembicara talkshow adalah Anthony Dio Martin (Managing Director HR Excellency,www.hrexcellency.com) yang juga dikenal sebagai penulis buku best seller dan trainer sukses di Indonesia. Topik talkshow adalah tentang “Kung Fu Emosi”. Pak Anthony memang pakarnya topik emosi. Salah satu bukunya Emotional Quality Management pernah menjadi best seller.
Menarik sekali isi talkshow ini, meskipun saya cuma mendengarnya sekitar 15 menit. Bahasannya seputar esensi Kung Fu yang bisa diaplikasikan untuk mengelola emosi. Terinspirasi dari film Kung Fu Panda? Pasti iya. Toh dari film Kung Fu Panda banyak sekali pelajaran yang bisa kita peroleh.
Tulisan ini dibuat buat juga terinspirasi dari talkshow tersebut, yaitu esensi karakter Kung Fu untuk kehidupan kita.
Apa sih Kung Fu itu? Sebagian dari kita yang sudah menonton film Kung Fu Panda, bisa jadi langsung ingat dengan Po –si panda gemuk tanpa keahlian kung fu yang kemudian dinobatkan menjadi Pendekar Naga dan kemudian berhasil mengalahkan Tai Lung-
Kungfu (gong fu) artinya “ketrampilan”. Kung Fu adalah seni bela diri dari Tiongkok. Sebenarnya Kung Fu lebih dari sekedar seni bela diri. Kung Fu juga sarana untuk menjaga kebugaran jasmani, melatih dan membentuk karakter. Inti Kung Fu adalah pengenalan diri dan batas diri, kemudian melampauinya. Dalam skala yang lebih luas, Kung Fu adalah “way of life”. Kenapa disebut “way of life”? karena tujuan akhir yang dapat dicapai setelah mempelajari Kung Fu adalah menaklukan diri sendiri.
Karakter yang dibentuk dari belajar Kung Fu adalah :
 1. Loyalitas
Mahir dalam Kung Fu tidak bisa diperoleh dalam hitungan jam atau hari. Loyalitas dan kesabaran-lah yang dapat membuat orang bertahan untuk bisa mahir menguasai seni Kung Fu ini. Demikian juga dalam kehidupan. Loyalitas membuat kita memiliki passionmemiliki harapan dan memiliki keinginan untuk mencapai yang lebih baik. Loyalitas tidak semata diukur dari durasi tahun atau keberadaan secara fisik. Lebih dari itu, loyalitas adalah apa yang kita berikan selama waktu yang dilalui. Meliputi segala upaya, karya dan pemikiran kita yang terbaik yang kita berikan dengan penuh ketulusan.

2. Kepercayaan
Guru Kung Fu akan memberikan kepercayaan kepada murid yang belajar Kung Fu agar kepercayaan diri si murid terbentuk. Demikian pula kepercayaan terhadap diri sendiri dan tujuan belajar Kung Fu akan menambah keyakinan terhadap manfaat Kung Fu.Kepercayaan memang tidak mudah dibentuk, namun bisa diruntuhkan dalam hitungan detik. Menjadi orang yang bisa dipercaya adalah usaha yang sama dengan memberi kepercayaan bagi orang lain, untuk mereka yang sulit menaruh kepercayaan. Kepercayaan membuat kita semakin optimal karena kita tahu bahwa yang ada dalam diri kita dapat memberikan rasa aman dan keyakinan bagi orang yang memberi kepercayaan.
3. Hormat kepada yang lebih senior
Murid belajar Kung Fu dari yang sudah mahir dan sudah banyak pengalaman. Tanpa rasa hormat, bisa jadi setelah kita banyak belajar dan mumpuni, kita menjadi lupa diri, lupa bahwa segala yang telah kita miliki adalah hasil dari kebaikan hati dan ketulusan dari senior kita yang sudah mengajarkan kita segalanya. Yang sederhana dari pelajaran karakter ini adalah : hormatilah orang lain seperti kita ingin dihormati. Kitapun akan menjadi yang ‘senior’ kelak.
4. Melindungi dan bertanggung-jawab terhadap yang lebih yunior
Yunior yang masih belum mahir, patut untuk dilindungi dan dijaga dari segala bahaya. Yang senior melindungi yang yunior, sebaliknya yunior menghormati senior. Ada beberapa bagian dari kehidupan yang tidak membedakan antara yunioritas dan senioritas ini. Bagaimanapun juga, yang masih lemah dan belum bisa berdiri diatas kaki sendiri perlu dilindungi dan dijaga, sembari dilatih untuk menjadi mandiri.
5. Sopan santun
Kalau kita lihat di film-flm Kung Fu, cara menunjukkan rasa hormat adalah dengan membungkukkan badan, atau memberikan salam hormat dengan kedua telapak tangan disatukan di depan wajah. Sopan santun dan rasa hormat akan menjaga kita untuk selalu bisa menahan diri lebih baik dan lebih baik lagi. Sopan santun tidak diartikan sebagai sebuah kekakuan sikap. Namun sebuah kebebasan (untuk menjadi diri sendiri) yang tetap mengingatkan kita untuk bisa menahan diri.
6. Rendah hati
Makin tinggi ilmu Kung Fu yang dikuasai bisa membuat murid menjadi sombong dan merasa sudah pintar segalanya. Kerendahan hati dalam belajar ilmu Kung Fu diperlukan untuk membentuk pola pikir bahwa ‘diatas langit masih ada langit’. Rendah hati memotivasi kita untuk selalu belajar banyak hal, mengasah potensi dan mengetahui bahwa masih banyak talenta dari diri kita yang bisa dikembangkan.
7. Memiliki rasa malu (bila berbuat salah)
Kung Fu tidak mengajarkan rasa malu ketika kalah. Namun ketika berbuat salah.Kesalahan membuat kita belajar bahwa ada sesuatu yang harus diperbaiki. Selalu ada kesempatan untuk mengubah kesalahan yang pernah kita perbuat.  Rasa malu untuk membuat kita sadar, bukan untuk menarik diri, apalagi membatalkan niatan diri untuk menjadi lebih baik lagi.
Selain karakter diatas, dan bisa jadi masih banyak lagi karakter yang bisa digali dari filosofi belajar kungfu, sejatinya dalam Kung Fu ada point of view yang menarik.Kemenangan sejati tercapai apabila kita dapat merubah dan atau menghilangkan keinginan lawan untuk berkelahi. Apabila kita berhasil menghilangkan keinginan musuh untuk berkelahi, kemenangan yang hakiki sudah kita miliki.
Mungkin kita tidak ada waktu untuk tidak belajar Kung Fu. Tapi belajar dan mempraktikkan karakter Kung Fu niscaya membuat kita menjadi pemenang (hidup) sejati.
Selamat berlatih (karakter) Kung Fu!

Daun dan Kerendahan Hati

Di pulau Madura hiduplah seorang Ibu yang sudah tua, dengan kondisi ekonomi yang minim. Ibu tua ini sehari-hari mencukupkan kebutuhannya dengan berjualan bunga. Beberapa bulan belakangan, Ibu tua ini setiap siang ketika waktu sholat dzuhur datang ke masjid Agung. Selesai menunaikan sholat di masjid, dia keluar dan memungut satu per satu daun daun yang jatuh di halaman masjid dan membuangnya di tempat sampah. Meskipun kelihatan lelah karena sangat terik dan harus membungkukkan badannya yang kurus, namun Ibu ini saja melakukannya. Kejadian ini sudah berlangsung sekitar satu minggu lamanya.
 Pengurus masjid Agung memperhatikan apa yang dikerjakan Ibu tua tersebut. Mereka kasihan dan kemudian berunding bersama. Pengurus masjid memutuskan supaya petugas yang membersihkan halaman masjid menyapu halaman masjid sampai bersih sebelum Ibu tua itu datang. Ya, halaman masjid harus bersih sehingga tidak ada satu daun pun yang tercecer di halaman.
Suatu hari, setelah selesai sholat dzuhur Ibu tua menuju halaman masjid dan dia terkejut karena melihat halaman masjid sudah bersih. Tidak nampak satu daun pun tercecer di halaman. Ibu ini terlihat kecewa dan kemudian pulang. Keesokan harinya pun demikian. Melihat halaman masjid yang sudah bersih  Ibu ini pun sedih dan pulang. Hari ketiga, pengurus masjid sengaja menunggu Ibu tua ini. Setelah selesai sholat dzuhur dia memandang halaman masjid yang bersih. Kali ini dia menangis.
Seorang ulama di masjid Agung tersebut menghampiri Ibu tersebut. ”Ibu mengapa menangis?”, tanya ulama masjid. ”Kenapa halaman masjid ini sudah bersih? Saya kesini ingin memunguti daun daun yang jatuh di halaman,” jawab Ibu sambil sesenggukan. ”Kami memang menyuruh petugas kebersihan masjid untuk menyapu halaman sebelum Ibu datang, sehingga Ibu tidak perlu lagi memunguti daun daun tersebut. Ibu sudah tua, tidak selayaknya Ibu melakukannya. Biarlah petugas kebersihan yang melakukannya, Bu,” jawab ulama dengan pelan.
Namun Ibu ini malah menangis lebih keras. ”Kenapa Ibu menangis?,” tanya ulama dengan heran. Ibu itu diajaknya masuk ke dalam masjid. ”Pak, saya ingin menceritakan rahasia, tapi ada 2 syarat. Pertama, Bapak tidak boleh menceritakan kepada siapapun apa yang akan saya katakan ini. Kedua, Bapak boleh menceritakan hal ini ketika saya sudah meninggal.” ”Baiklah, saya akan penuhi syarat Ibu,” jawab ulama tersebut dengan berat hati.
Keesokan harinya, petugas kebersihan masjid dilarang menyapu halaman sebelum Ibu tua itu datang. Dan ketika Ibu tua datang dan menyelesaikan sholat dzuhur-nya, dia pun kembali memunguti daun daun dan membuangnya di tempat sampah. Kejadian ini terus menerus dilakukan selama tiga bulan tanpa pernah luput satu hari pun. Dan kemudian terdengar berita Ibu tua ini meninggal dunia.
Ulama masjid Agung yang pernah mendatangi Ibu tua itu pun memenuhi janjinya. Dia menceritakan kepada jamaah di masjid itu tentang rahasia yang disampaikan Ibu tua itu tiga bulan lalu. Ternyata, Ibu tua yang sudah sakit-sakitan itu merasa hidupnya tidak ada lama lagi. Meskipun hidup miskin, namun Ibu tua ini tidak lupa bersyukur atas kehidupan yang sudah diberikan Tuhan kepadanya. Sambil memungut daun daun yang jatuh, Ibu ini memanjatkan syukur dan memohonkan doa untuk keluarga dan saudara-saudaranya. Satu daun yang dipungutnya mewakili ucapan syukur dan doa pemohonan. Demikian ucapan syukur dan doa dipanjatkan sampai daun yang tercecer di halaman habis tidak tersisa. Ibu ini memilih melakukan pekerjaan yang nampaknya bodoh dan hina, namun menghasilkan kepuasan tersediri ketika melihat halaman masjid menjadi bersih karena pekerjaan tangannya sendiri. Setiap selesai memunguti daun, ia merasa tenang dan memiliki hati penuh syukur. Ia merendahkan dirinya karena sangat mengagumi kebesaran dan kerahiman Tuhan atas kehidupannya, meskipun dengan kehidupannya yang sederhana.

Belajar dari Tujuh Hukum Alam Semesta

Alam semesta ternyata banyak memberikan kita pembelajaran. Mencermati pola-pola dan hukum yang terjadi di alam ini, membuat kita dapat mengambil makna kehidupan yang penting untuk pengembangan diri kita sendiri maupun orang lain. Tidak heran jika sekarang banyak berkembang ilmu-ilmu baru yang semuanya bermuara pada back to basicback to natureback to the essentials.
Berikut ini Tujuh Hukum Alam Semesta yang penting untuk kita ketahui, disarikan dari salah satu bab dari buku The Eureka Principle karangan Colin Turner (pengarang buku bestseller Born to Succeed)

1. Hukum Sebab dan Akibat
Hukum ini merupakan hukum kehidupan yang fundamental. Segala sesuatu yang terjadi pada diri kita memiliki sebab khusus. Pemikiran adalah sebab, dan kondisi adalah akibatnya. Maka apapun pemikiran yang Anda tebarkan akan berkulminasi pada suatu tindakan yang menimbulkan akibat. Inilah padanan mental dari hukum fisika Newton bahwa “setiap aksi akan menimbulkan reaksi yang sebanding dan berkebalikan”, dan hukum ini berlaku dengan prinsip yang sama.
Karena hukum alam tidak bisa dipastikan, maka penting bagi Anda untuk mengingat apa yang Anda inginkan dan bukan apa yang tidak Anda inginkan. Kualitas berbagai hubungan, misalnya, merupakan hasil dari apa yang telah Anda tebarkan dalam hubungan-hubungan tersebut.
2. Hukum Daya Tarik
Apa yang secara dominan Anda pikirkan akan menarik orang-orang dan lingkungan yang harmonis dengan pikiran-pikiran itu ke dalam kehidupan (seperti yang dikatakan dalam Law of Attraction). Secara metafisik, makin besar vibrasi yang Anda keluarkan, makin besar daya tariknya. Proses ini mirip dengan Hukum Resonansi.
Anda selalu menarik semua hal yang Anda pikirkan, baik itu positif maupun negatif. Akal sehat senantiasa mengatakan apa yang sebaiknya Anda kerjakan, meskipun seringkali terdapat kesepakatan yang mencegah Anda untuk melakukannya.
3. Hukum Kreativitas
Di luar dua energi interaktif, yin dan yang, jantan dan betina, muncul energi yang ketiga. Terdapat pasokan ide yang melimpah ruah, yang siap untuk Anda ubah, dan seluruhnya secara dramatis akan mengembangkan potensi, kebahagiaan, dan sukses Anda. Segala hal yang tercipta di dunia ini adalah hasil interaksi kedua energi yang saling bertentangan, tapi saling melengkapi.Keduanya berada dalam diri kita, tapi hanya akan efektif jika dimanfaatkan dan diseimbangkan.
4. Hukum Substitusi
Anda tidak bisa sekadar berhenti melakukan sesuatu. Keinginan kuat atau ketetapan hati sebesar apapun tidak akan tahan dengan kekosongan atau kevakuman yang terjadi terus- menerus. Untuk menghentikan suatu kebiasaan atau sikap, Anda mesti mencari penggantinya. Gantikan pemikiran tentang apa yang tidak Anda inginkan dengan pemikiran tentang apa yang Anda inginkan. Tidak ada sesuatu yang bisa menghilang sama sekali: sesuatu tersebut harus digantikan atau disalurkan ulang dengan substitusi.
5. Hukum Pelayanan
Berhentilah melayani orang lain dengan cara yang sebenarnya tidak Anda inginkan, karena imbalan yang Anda peroleh akan selalu sama dengan pelayanan Anda. Memberi perlakuan kepada orang lain di balik meja dengan cara yang sama dengan di depan meja, pada akhirnya akan berlangsung dengan prinsip yang sama. Anda akan selalu diimbali dengan proporsi yang persis sama dengan nilai dari layanan Anda kepada orang lain.
6. Hukum Penggunaan
Kekuatan alami apapun, bakat atau talenta, akan mengalami kemandekan jika tidak digunakan. Sebaliknya, akan menjadi semakin kuat jika makin sering dimanfaatkan.
Ilustrasi yang sangat baik digambarkan dalam kisah seorang tua yang memperlihatkan kepada Rossetti -si pelukis terkenal- beberapa lukisan yang baru saja dibuatnya pada masa pensiun. Rossetti dengan sopan menjawab bahwa lukisan-lukisan itu biasa-biasa saja. Si lelaki tua kemudian memperlihatkan beberapa lukisan lain yang dibuat oleh seseorang yang lebih muda. Rossetti langsung memuji dan mengatakan bahwa di pelukis ini tentu sangat berbakat. Melihat orang tua itu memperlihatkan gejolak emosi, Rossetti pun bertanya apakah yang melukis itu anaknya. “Bukan. Itu lukisan saya sendiri sewaktu muda. Tapi saya tergoda untuk melakukan hal yang lain dan melupakan bakat melukis saya”, jawab si lelaki tua.
Bakat si lelaki tua telah melenyap. Manfaatkanlah, atau Anda akan kehilangan kekuatan alami itu.
7. Hukum Tujuh
Urut-urutan kejadian berjalan mengikuti Hukum Tujuh atau Hukum Oktaf. Saat not atau nada dasar dimainkan, setiap not diulang bunyinya beberapa kali dan kemudian menghilang intensitasnya. Hukum Tujuh berarti bahwa tidak ada kekuatan yang terus-menerus bekerja dengan arah yang sama. Setiap kekuatan bekerja dalam kurun waktu tertentu, kemudian menghilang intensitasnya, lalu berubah arah atau mengalami perubahan internal.
Tidak satu pun di alam ini yang berkembang mengikuti garis yang lurus. Dan demikian pula dengan kehidupan Anda. Tapi setelah Anda bisa menyesuaikan diri dengan prinsip-prinsip i tu, Anda mengalir mengikuti arusnya, bukannya berlawanan.
Hukum Tujuh memperlihatkan bahwa tak ada satu pun kekuatan yang cuma berkembang ke satu arah, dan bahwa energi terus berkembang bahkan di tengah rintangan dan interval. Sebagaimana oktaf, segala sesuatu dalam kehidupan ini berjalan dengan vibrasi. Tanpa vibrasi takkan ada gerakan, dan dengan demikian tak ada aktivitas yang bisa berjalan dengan cara apa pun juga.
Nah, saatnya kita memanfaatkan keinginan, potensi, bakat dan talenta diri kita untuk mencapai hidup yang sepenuhnya… dengan belajar dari hukum dan prinsip-prinsip yang sudah diajarkan sendiri oleh alam semesta ini.

The World Its Mine