Jumat, 28 Desember 2012

Tong kabawa sakaba-kaba


Dipoyok dilebok. Nya kitu tea ai sipat jalma mah. Moal manggih kasampurnaan.
Remen nyalahkeun batur tinimang ngarumas kana kalakuan diri nu sok dipilampah.
Reseup ngadaleuka’an ka batur. Komo sok cupat ngobrolkeun mah geus jadi kalakuan sapopoe jalma nu teu hideung. Padahal sakola geus ka asup luhur.
Didikan agama nya kitu tea pinter ngaji jeung sajabana. Ngan sipat jeung cupat nya moyok nya dilebok mah eta geus tara katinggaleun. Sigana teh lamun teu kitu, asa teu rame alam dunya ceuk maneha nana mah.
Leuheung lamun moyokan bari ngawangun jeung milu meurenahkeun. Ieu mah kadang kala nya moyok nya ngaruksak. Komo bari dipindingan lamun giliran manehan nana nu dipoyok ku batur.
Apanan estuning teu ngahargaan kana awak sorang kalakuan kitu teh.
Puguh na mah. Urang kudu baris milu silih mika deudeuh jeung mika asih ka sasama. Lamun teu kitu, heug aya cawadeun tapi teu bisa moyok baris ngawangun, nya ngajedog wae tong baris loba nyarita komo bari neupi ka jalma na nyeri hateun mah. Tong hayang nyaritakeun ditukangeun deui ongkoh. Repeuh wae lah. Da masing-masing jalma teh rupa-rupa kahayangna.
Cindeukna mah. Tong loba nyarita nu teu mawa kana kabeneran jeung kahadean balarea. Komo baris jeung peupeulekeuk teu pararuguh mah. Estuning siga jalma burung kitu kalakuan teh.
Mangga ah, urang emutan ku sewang-sewang. Tong ngagugu ku hawa nafsu jeung ngagugu ku ngarasa aing pan unjul na. anggeur ai geus ngarandapan sorangan mah, estuning handeuel pan.

by  Ki Sunda

Sejarah Waduk Cirata


BANGUNAN TENAGA AIR

WADUK CIRATA

UP Cirata merupakan PLTA terbesar di Asia Tenggara, dengan bangunan Power House 4 lantai di bawah tanah yang mengoperasikannya dikendalikan dari ruang kontrol Switchyard berjarak sekitar 2 km dari mesin–mesin pembangkit yang terletak di Power House .
Unit Pembangkitan (UP) Cirata mengoperasikan Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) menggunakan energi air dari waduk (danau) Cirata yang bersumber dari aliran sungai Citarum di Jawa Barat, terletak di Desa Cadas Sari, Kecamatan Tegal Waru, Plered, Purwakarta, Jawa Barat, tepatnya sekitar 60 km sebelah Barat Laut kota Bandung atau 100 km dari kota Jakarta melalui Purwakarta. UP Cirata memiliki 8 unit pembangkit listrik dengan total daya terpasang 1.008 MW dengan produksi energi listrik rata–rata 1.428 GWh per-tahun.
1. Waduk Cirata
Genangan air di waduk cirata ini berasal dari aliran dari waduk saguling yang letaknya lebih tinggi. Sedangkan aliran air waduk cirata nantinya akan menuju waduk jatiluhur. Jadi gambaran proses perjalanan si air ini kurang lebihnya seperti ini. Jadi air dari saguling ini terus menerus dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik. Pertama-tama air memutar turbin PLTA Saguling, jadilah listrik. Lalu air buangan dari PLTA ini masuk waduk cirata dan kemudian memutar turbin PLTA Cirata, jadi listrik lagi. Air buangan dari PLTA Cirata kemudian masuk waduk jatiluhur. Lagi-lagi mereka memutar turbin PLTA Jatiluhur dan menghasilkan energi yang sangat penting di kehidupan manusia modern ini.




Gambar 1. Proses Penyaluran Air









Gambar 2. Waduk Cirata

Waduk Cirata, selain berfungsi sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) danau yang berketinggian sekitar 223 meter di atas permukaan laut

itu, dikelilingi bukit menjadikan keindahan alam yang sangat menarik. Danau Cirata akan dikembangkan menjadi tempat educationol tourism bagi para


pelajar dan mahasiswa dan sarana rekreasi, terutama rekre

asi air seperti halnya Obyek Wisata Jatiluhur

1. Sejarah Pembangunan Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) Cirata

Latar belakang pendirian PLTA ini adalah letak sungai Citarum yang subur, bergunung-gunung dan dianugerahi curah hujan yang tinggi. PLTA Cirata, sejak pertama dioperasikan pada tahun 1988 dikelola oleh PT. PLN (persero) Pembangkitan dan Penyaluran Jawa Bagian Barat (PT. PLN KJB) Sektor Cirata. Pada tahun 1995 terjadi restruktirisasi di PT PLN (Persero) yang mengakibatkan pembentukan 2 anak perusahaan pada tanggal 3 Oktober 1995, yaitu PT. PLN Pembangkit Tenaga Listrik Jawa-Bali (PT. PLN PJB 1) dan PT PLN Pembangkit Tenaga Listrik Jawa-Bali (PT. PLN PJB 11), sehingga Sektor Cirata masuk wilayah kerja PT PLN Pembangkit Tenaga Listrik Jawa-Bali 11. Kemudian pada tahun 1997, Sektor Cirata berubah nama menjadi PT PLN Pembangkit Tenaga Listrik Jawa – Bali 11 Unit Pembangkit CIRATA (UP CIRATA). Pembangunan PLTA Cirata selain dibiaya langsung oleh Pemerintah Indonesia melalui dana APBN dan Non APBN serta dana PLN juga mendapat bantuan pinjaman dari luar negeri, yaitu :

1. IBRD (International Bank for Recontruction and Development)

2. CDC (Commonth Wealth Development Cooperation)
3. SC (Suppliers Credits)
4. Pemerintahan Austria.
Total biaya pembangunan PLTA Cirata meliputi :
· Cirata 1 sebesar $ 565.000.000,00 US Dollars

· Cirata 2 sebesar terdiri :

- Rp. 132.272.182.061,00,-
- SFR 997.291,00,- (nilai kontrak dilaksanakan pada tahun 1993 dan 1994)
- NTD 207.933.845,00
- Yen 2.791.593.431


Gambar 3. Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) Cirata
1. Produksi dan sistem pengoperasian
Kegiatan usaha inti dari PLTA Cirata adalah pembangkit ten
aga listrik dengan total daya terpasang 1.008 Mega Watt (MW), terdiri atas Cirata 1 (4 Unit masing-masing operation daya terpasang 126 MW) yang mulai dioperasikan tahun 1988 dengan total daya terpasang 504 MW, dan Cirata 11 (4 Unit masing-masing 126 MW) yang mulai dioperasikan sejak tahun 1997 dengan daya terpasang 504 MW. Cirata 1 dan 11 mampu memproduksi energi listrik rata- rata 1.428 GWh per tahun yang kemudian disalurkan melalui jaringan transmisi tegangan ekstra tinggi 500 KV ke system interkoneksi Jawa–Bali.
Tabel Kapasitas Daya Listrik dan Tanggal Mulai Beroperasi Masing-masing Unit Pembangkit

Jenis Pembangkit
Mulai Beroperasi
Kapasitas
PLTA Unit 1
25 Mei 1988
126 MW
PLTA Unit 2
29 Februari 1988
126 MW
PLTA Unit 3
30 September 1988
126 MW
PLTA Unit 4
10 Agustus 1988
126 MW
PLTA Unit 5
15 Agustus 1997
126 MW
PLTA Unit 6
15 Agustus 1997
126 MW
PLTA Unit 7
15 April 1998
126 MW
PLTA Unit 8
15 April 1998
126MW
Total
1008 MW
Untuk menghasilkan energi listrik sebesar 1.428 GWh, di oper
asikan 8 buah turbin dengan kapasitas masing–masing 120.000 KW dengan putaran 187,5
RPM. Adapun tinggi air jatuh efektif untuk memutar turbin 112,5 meter dengan debit air meksimum 135 m3/detik. Turbin yang digunakan di waduk Cirata adalah Turbin Francis, spesifikasinya adalah :
Tipe : Francis, Vertical Shaft
Produksi : VOEST-ALPINE
Rate Net Head : 106,8 m
Rated Output : 129,6 MW
Kecepatan : 187,5 rpm
Debit pada kondisi diatas : 132,5 m3/s
Runaaway speed : 400 rpm
Spiral Case inlet diameter : 4300 mm
Draft Tube outlet diameter : 6400 rpm
Diameter Runner : Dth = 3400 m
Jumlah Runner Blade : z = 16
Jumlah Guide Vane : z = 24
Bukaan maksimum Guide Vane : 260 mm
Ketinggian Guide Vane : 980 mm
Jumlah Servomotor : 2
Tekanan normal operasi guide vane : 55 kg/cm2
Tekanan oli minimum guide vane : 38,5 kg/cm2
Langkah servomotor : 440 mm
Diameter piston servomotor : 400 mm
Mengoperasikan unit pembangkit Cirata dapat dilakukan dengan 3 mode system
mengoperasikan :
1. Mode operasi local manual, yaitu sistem pengoperasian yang dilakukan oleh operator secara manual dari panel unit kontrol Power house
2. Mode operasi local auto, yaitu sistem pengoperasian yaitu dilakukan oleh operator secaraautomatic dari panel unit kontrol di ruang Power House.
3. Mode operasi remote, yaitu sistem pengoperasian yang komputerisasi dimana unit dioperasikan dari control desk di ruang kontol Switchyard yang berjarak sekitar 2 Km dari lokasi pembangkit listrik.
Dalam mengoperasikan seluruh unit pembangkit listrik di Cirata, kami mengutamakan menggunakan mode operasi remote untuk mengoperasikan dan mengontrol semua sistem, karena lebih efisien dan efektif. Namun demikian operator dilokasi rumah pembangkit selalu siap dengan mode operasi local automaupun mode operasi local manual.


Gambar 4. Tampilan/Window dari Remote Operation Mode



PLTA Cirata mempunyai 4 bangunan utama yakni waduk atau bendungan sebagai tempat penampungan air, saluran air, powerhouse atau gedung unit pembangkit dan switchyard atau unit transmisi yang akan menyalurkan energi listrik ke konsumen-konsumen. PLTA ini memiliki terowongan sebagai akses jalan menuju powerhouse. Di PLTA Cirata ini, powerhouse terletak didalam perut bukit. Karena itulah dibuatlah terowongan ini sebagai akses jalan menuju powerhouse.




Gambar 5. Terowongan Akses menuju Power House

Power house bawah tanah berbentuk bulat telur dengan panjang 235 meter, lebar 35 meter, tinggi 49 meter, menjadikan power house PLTA cirata sebagai bangunan bawah tanah terbesar di indonesia. Suasana didalam powerhouse sangat lembab dan panas. Suasana siang hari atau malam hari tiada berbeda didalam powerhouse, karena sinar matahari tidak pernah bisa mencapai ruangan tersebut. Dinding-dindingnya penuh dengan mur dan baut dengan ukuran yang sangat besar. Mur dan baut ini adalah penahan dinding dari tekanan air waduk yang pastinya sangat tinggi.

Gambar 6. Power House Bawah Tanah di PLTA Cirata
1. Manajemen Sumber daya Air
Air merupakan sumber energi utama yang digunakan untuk memutar turbin pembangkit tenaga listrik sebanyak 8 unit. Oleh karena itu dibangun Waduk Cirata seluas 62 Km2 dengan elevasi muka air banjir 223 m, elevasi muka air normal 220 m dan elevasi muka air rendah 205 m, sehingga volume air waduk 2.165 juta meter3 dan efektif waduk 796 juta m3. Air waduk ini dikelola dengan baik mencakup jumlah maupun mutunya agar tidak mengganggu atau merusak mesin–mesin.
2. Manfaat Pembangunan PLTA Cirata
Pembangunan PLTA ini ternyata menimbulkan dampak positif yang sangat bermanfaat bagi warga masyarakat maupun pemerintah, diantaranya adalah :
1. Menghasilkan listrik dengan daya terpasang 1008 MW dan energi pertahun 1.428.000.000 kilo watt jam pertahun, sehingga menambah daya dan keandalan pada system kelistrikan di Jawa-Bali khusus di Area 11.
2. Menghemat devisa (bahan bakar minyak) sebesar 428.000 ton pertahun.
3. Meningkatkan keandalan penyediaan air waduk Jati Luhur untuk air minum dan irigasi.
4. Memacu perkembangan industri/perekonomian.
5. Mengembangkan usaha perikanan dan pariwisata.
6. Menyediakan lapangan kerja baru.
3. Pemeliharaan Peralatan
Perawatan di PLTA Cirata dilakukan beberapa perawatan baik rutin, bulanan, maupun tahunan. Perawatan tersebut dibagi mmenjadi 2 jenis, yaitu Maintenance Preventif danMaintenance Inspection.
Maintenance Preventif yaitu pemeliharaan secara rutin dengan visual pemeriksaan dan pengecekan tanpa pengukuran besaran. Pelaksanaan preventif dilakukan satu bulan sekali oleh petugas preventif meliputi pemeriksaan dan pengecekan keadaan fisik peralatan, pemeriksaan parameter, serta kebersihan peralatan dan area.
Maintenance Inspection yaitu pemeliharaan secara periodik tahunan dengan bongkar pasang peralatan untuk mengetahui tanda-tanda peralatan mulai akan rusak dalam hal ini ditekankan pada pengujian dan kalibrasi karakteristik relay proteksi. Pelaksanaaan inspeksi pemeliharaan dilakukan secara periodik yaitu setiap satu tahun sekali oleh tim Inspection (Senior Teknisi Relay Proteksi). 
PLTA Cirata mempunyai 2 jenis alat proteksi (relay) sebagai pengaman jaringan listriknya, yaitu relay electromechanic induction disc dan DRS. Elemen relay electromechanic induction discmempunyai piringan metalik (disk) yang terbuat dari tembaga atau alumunium yang dapat berputar diantara celah-celah elektromagnet. Relay ini tidak dapat digunakan untuk tegangan searah (DC) dan cara kerja relay ini dipengaruhi oleh frekuensi sehingga memakan waktu yang lama untuk men-reset (reset time). DRS merupakan relay berteknologi digital dengan perangkat keras berupa card module kode DRS-VE. Set dan perangkat lunak berupa program khusus untuk sistem produksi yang tersimpan pada EPROM card moduleRelay ini dapat menggunakan tegangan DC dan waktu resetnya relatif cepat.



3 Waduk di Sungai Citarum


Dirilis oleh admin pada Sabtu, 21 Apr 2012
Telah dibaca 464 kali
Sungai Citarum
Air adalah suatu benda yang mutlak dibutuhkan oleh mahluk hidup. Salah satu sumber air di dunia adalah sungai. Sejarah peradaban manusia dimulai dari lembah sungai. Dalam kehidupan, hubungan antara manusia dengan sungai tidak dapat dipisahkan sepanjang masa. Oleh karena ini potensinya perlu dikembangkan dan dilestarikan. Banyak segi kehidupan yang tergantung pada sungai, sebaliknya keganasan sungai dapat mendatangkan penderitaan bagi manusia. Untuk itu perlu sebuah program penegmbangan pengendalian sungai terpadu serta menyeluruh dari bagian paling hulu sampai muara, agar diperoleh manfaat air sungai yang sebesar-besarnya. Dari sini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kita sekarang dengan tanpa merugikan generasi mendatang.
DAS Citarum mempunyai peranan penting dalam mendukung aktivitas ekonomi di Propinsi JawaBarat dan DKI Jakarta. Selain menjadi sumber pemenuhan kebutuhan air untuk sektor irigasi, industri dan air bersih, DAS Citarum juga memberikan kontribusi yang cukup besar dalam menghasilkan energi listrik.
Sungai Citarum dengan tiga bendungan (DAM) telah menjadi tulang punggung produksi energi listrik untuk memenuhi kebutuhan penduduk Jawa dan Bali. Peranan dan potensi pemanfaataan yang cukup besar dari DAS Citarum tersebut belum didukung oleh upaya-upaya yang optimal untuk menjaga keberlanjutan pasokan air di masa yang akan datang.
Terjadinya kerusakan lingkungan, terutama di daerah hulu sungai Citarum, telah menyebabkan terjadinya penurunan kuantitas pasokan air. Padahal DAS Citarum merupakan satu wilayah sungai yang paling tereksploitasi di Propinsi Jawa Barat.
Beban berat yang harus ditanggung oleh DAS Citarum ini disebabkan oleh tingginya pertumbuhan ekonomi dan pesatnya perkembangan penduduk di wilayah yang dilaluinya. Kedua faktor ini menyebabkan beban permintaan air Citarum oleh sektor-sektor pengguna mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ketahun.
Jawa Barat yang memiliki 3 (tiga) Bendungan besar di DAS Citarum (Saguling, Cirata dan Jatiluhur) perlu memperhitungkan serta memberikan pengamanan ekstra ketat terhadap umur ketiga bendungan tersebut. Hal tersebut harus dilakukan mengingat kondisi ketiga bendungan tersebut pada saat sekarang ini masuk dalam kondisi memprihatinkan.
Sebagai contohnya di bendungan Saguling yang masuk ke Wilayah Kabupaten Bandung Barat, adalah merupakan sebuah bendungan yang menjadi filter awal Daerah Aliran Sungai Citarum bagi kedua bendungan yang lainnya (Cirata dan Jatiluhur).
 Waduk Jatiluhur
Lokasi                                                 : Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta
Luas Area                                           : 83 km2
Daya Tampung                                  : 3,5 Ms
Sumber Air                                        : Sungai Citarum
Pengelola                                           : PERUM JASA TIRTA II
Penggunaan Air Irigasi                     : 5,5 milar Ms/tahun
Luas Air Irigasi                                  : 242.000 hektare
Penggunaan Baku Air Minum          : 671,7 juta ms/tahun
Penggunaan Air Perikanan              : 315,4 juta ms/tahun
Pembangunan                                   : 1957 – 1967
Waduk yang dibangun selama sepuluh tahun ini, juga mempunyai nama lain yakni Waduk Ir.H.Djuanda, merupakan waduk terbesar di Indonesia yang mampu menampung hingga 3.500 juta m3 air. Fungsi utama waduk yang sumber airnya dari Sungai Citarum ini adalah sebagai PLTA. Namun, digunakan pula sebagai sarana wisata dan budidaya ikan. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan pada tahun 2000, sedimentasi di waduk mencapai 500 juta m3, namun endapan ini masiih rasional karena tampungan di waduk ini mencapai 900 juta m3, laju endapan waduk jatiluhur tergolong sangat rendah hanya 1 mili per tahun.
Waduk Cirata
Lokasi                                                 : Kecamatan Manis, Kabupaten Bandung Barat
Luas Area                                           : 6.200 hektare
Daya Tampung                                  : 2,156 Ms
Kedalaman                                         : 106 m
Sumber Air                                        : Sungai Citarum
Sejarah Waduk
Waduk dibangun sekitar tahun 1982 sampai dengan 1987memiliki kapasitas 2.165 m3 dan dikelilingi oleh perbukitan. Berdasarkan penelitian air waduk yang dilakukan antara 1980 - 1985 mengalami pencemaran berat (eutrofik). Menurut penelitian tahun 1996  - tahun 2000, waduk ini mengalami sedimentasi di DAS Citarum Tengah. Hingga tahun 2000 endapan di Waduk Cirata sudah mencapai 62,5 juta m3. Sedangkan batas ekstrim yang dirancang di waduk tersebut volumenya 79,3 juta m3. Semakin cepatnya laju sedimentasi di waduk ini akibat dari penggundulan hutan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum.
Waduk Saguling
Lokasi                                                 : Kabupaten Bandung Barat
Luas Area                                           : 53 Km2
Daya Tampung                                  : 609 juta m3
Kedalaman                                         : 92 m
Sumber Air                                        : Sungai Citarum
Sejarah Waduk
Waduk Saguling didirikan sejak Februari 1985, yang berfungsi untuk membendung aliran Sungai Citarum. Awalnya Saguling hanya direncanakan sebagai penghasil listrik, tapi kemudian juga digunakan untuk pariwisata. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahun 1980 – 1995 kualitas air sudah banyak menurun yang diakibatkan oleh pencemaran organic yang dihasilkan dari limbah industri, penduduk, pertanian dan perikanan. Hingga tahun 2008 sedimentasi di Waduk Saguling mencapai 84 juta m3. Laju sedimentasi di Waduk Saguling kini diperkirakan sekitar 4,2 juta m3 per tahun atau 4.819.664 ton per tahun. Sedimentasi akan menurunkan fungsi bendungan dan memperpendek usia operasi PLTA. Limbah industri dan domestic yang terbawa oleh aliran air Sungai Citarum juga memperburuk kondisi endapan waduk.

The World Its Mine