Kamis, 03 Juli 2014

Mengelola Konflik Keluarga Menjadi Daya Rekat (Bagian ke-2)

Di antara langkah manajemen konflik adalah rasionalisasi antara idealisme dan realisme sehingga tercapai titik temu kompromis yang positif sebagaimana dikatakan oleh Syeikh Musthafa Masyhur: “Kita kompromi untuk mengambil pilihan yang maslahat lebih baik daripada bercerai untuk pilihan yang paling maslahat (ashlah) dan kita kompromi untuk mengambil pilihan yang benar lebih baik daripada kita bertengkar untuk pilihan yang paling benar”.

Di antara metode efektif untuk menunjukkan dan merubah kebiasaan, sikap, persepsi, pikiran dan pendirian orang lain yang salah tanpa menimbulkan kejengkelan, kedongkolan dan ketegangan yaitu:
1. dengan lebih dahulu menunjukkan kebaikan dengan pujian dengan tulus ikhlas
2. dengan menunjukkan kesalahan orang secara tidak langsung sebab banyak orang yang tidak suka digurui dan dikuliahi
3. Dengan membicarakan lebih dahulu kesalahan dan cacat sendiri, sebelum melancarkan kecaman kepada orang lain
4. Memberi perintah dalam bentuk dan nada suatu usulan sebab tidak ada orang yang suka diperintah
5. Mencoba tidak menyinggung perasaan dan titik sensitif orang lain, sebab setiap orang menginginkan tetap terpeliharanya rasa harga dirinya.
6. Memberikan dorongan dengan memuji perbaikan yang telah diusahakan betapapun kecilnya, dan pujian ini dilakukan dengan senang hati dan penuh semangat.
7. memberikan reputasi baik kepada orang lain sebagai kekuatan moral sehingga ia harus mempertahankannya
8. Memuji, membesarkan hati dan menyikapi seolah kesalahan orang lain itu mudah dibetulkan
9. Usahakan agar orang lain suka melakukan apa yang Anda inginkan.

Rumah tangga ibarat tanaman memerlukan siraman, pupuk dan sinar di samping penjagaan dan perawatan dari yang mengganggu pertumbuhannya, maka rasa cinta, perhatian dan simpati merupakan kebutuhannya. Semuanya itu dapat didukung dengan beberapa kiat untuk menambah simpati orang lain dan meningkatkan kebahagiaan rumah tangga di antaranya yaitu:
1. Jangan sering dan cepat merengek. Menurut laporan Boston Post bahwa banyak wanita dunia yang merusak kebahagiaan rumah tangganya dengan rengekan-rengekannya
2. Cintailah dan biarkanlah hidup dengan cara sendiri menurut kecenderungan fitrinya dan jangan mencoba merubah hidup pasangan Anda. Psikolog L.F. Wood dalam Growing Together in the Family menyatakan bahwa sukses dalam perkawinan tidak bisa dicapai dengan menemukan pandangan yang serasi dan hebat, melainkan dicapai dengan menjadi sendiri pasangan yang serasi dan hebat. Demikian pula Prof. Henry James menegaskan bahwa yang pertama-tama diperlukan dalam pergaulan ialah tidak mencampuri cara khusus orang lain dalam mencari dan menemukan kebahagiaannya, asal caranya tidak bertentangan dengan norma dan caranya sendiri dalam menemukan kebahagiaan.
3. Menjauhkan perceraian dengan menghindari banyak cerewet, mengomel dan mengumpat karena berharap yang terlalu banyak pada pasangan secara tidak proporsional dan realistis
4. Berilah secara spontan pujian, terima kasih dan penghargaan terhadap hasil usaha orang lain betapapun kekurangannya
5. Memberikan attensi-attensi kecil kondisional yang dapat meredam potensi konflik. Menurut cerita, George M. Cohan, raja teater di New York sesibuk apapun masih menyempatkan waktu untuk menelpon dua kali sehari kepada keluarganya.

Hal seperti itu juga terjadi pada seorang ulama fiqih di Madinah Dr. Abdullah Az-Zahim yang selalu menelpon istrinya setibanya di kampus untuk menanyakan kabarnya dan memberitahukan kesampaiannya di kampus. Tujuan semua itu ialah untuk membuktikan bahwa Anda ingin menggembirakan pasangan Anda, dan bahwa kebahagiaan, kondisi dan hidupnya sangat berarti bagi Anda dan menjadi perhatian Anda selalu. Para pasangan khususnya kaum wanita sangat memperhatikan hari-hari penting dalam kehidupannya seperti hari kelahiran dan perkawinannya yang sensitif bila dilupakan oleh pasangan. Rayakan bersama secara islami atau minimal berikanlah hadiah atau ucapkanlah selamat ataupun sekadar percakapan kenangan. J. Sabbath, seorang hakim kondang di Chicago telah menyidangkan 40.000 kasus proses perceraian, dan berhasil mendamaikan 200 suami istri. Katanya: “Di antara peredam konflik dalam perkawinan yang paling banyak justru hal-hal remeh. Suatu hal kecil misalnya, jika sang istri melambaikan tangannya ketika suaminya pergi bekerja bisa mencegah perceraian.”)
6. Bersikaplah hormat dan sopan-santun kepada orang lain terlebih pasangan hidup
7. Berusaha mempelajari dan memperbaiki penampilan seksual.
Dr. G.V. Hamilton dalam What is wrong with marriage menyatakan bahwa kebanyakan problem-problem dalam perkawinan timbul karena konflik seksual dan kesesuaian syahwati yang kurang baik. Pendeknya banyak kesukaran dalam perkawinan karena faktor lain yang bisa diabaikan asal hubungan syahwatinya memuaskan. Dr. P. Popenoe, konsultan ahli Lembaga Masalah Perkawinan di Los Angeles menyimpulkan penyebab utama kandasnya perkawinan ialah:
a. tidak ada keserasian syahwati,
b. kurang kompak penggunaan waktu luang,
c. kesulitan keuangan,
d. cacat rohani, jasmani dan perasaan.

Islam mengharuskan setiap muslim agar bersikap adil, baik terhadap orang yang dicintai maupun yang tidak disukai. “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Maidah:8) Implementasi sikap adil ini merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam manajemen konflik untuk mengikis gejala fanatisme dan egoisme serta meredam ketegangan komunikasi

Penutup: Evaluasi dan Introspeksi Bersama dalam Manajemen Konflik

Manajemen konflik ini sangat penting bagi setiap pasangan yang masih peduli arti penting keutuhan rumah tangga dan melanjutkan bahtera keluarga sampai ke tempat tujuan serta menganggap bahwa tiada harta yang paling berharga selain keluarga dan tiada mutiara seindah keluarga sebagaimana pesan theme song sinetron Keluarga Cemara di televisi.

Manajemen konflik ini penting untuk dipelajari dan dibiasakan terutama bagi pasangan yang masih peduli arti kesalehan bukan hanya kesalehan pribadi melainkan juga kesalehan keluarga artinya baik terhadap keluarga dan membawa keluarga kepada yang lebih baik secara lahir dan batin, sebagaimana sabda Nabi saw. : “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik sikapnya terhadap keluarganya dan saya adalah orang yang paling baik terhadap keluarganya.”

Hal ini penting bagi pasangan yang bukan penganut trend keblinger wajarisasi perceraian dan trend single parent sebagaimana yang dialami oleh sederetan artis, kaum selebritis, orang terkenal dan figur publik seolah perceraian merupakan hal yang wajar meskipun bagaimanapun juga sebenarnya sebuah tragedi perjalanan hidup manusia. Yaitu pasangan yang terlibat konflik rumah tangga dan tetap berusaha mencari jalan kompromi, rujuk, berhenti bertengkar dan berselisih serta kembali bekerja sama dengan memaklumi kekurangan dan memaafkan kesalahan masing-masing demi melanjutkan bersama perjalanan bahtera rumah tangga dan masa depan anak-anak.

Sebagai latihan praktis dalam manajemen konflik rumah tangga ada baiknya menggunakan evaluasi di antaranya pertanyaan-pertanyaan kecil ini yang merupakan saduran dari tulisan Emmet Crozier di American Magazine dengan beberapa penyesuaian dan editing mengenai faktor penyebab mengapa perkawinan bisa gagal dan kandas di tengah jalan.

Apakah Anda masih mencumbu pasangan Anda, dan kadang-kadang membawakan makanan atau bunga kepadanya? Apakah Anda memberinya hadiah pada hari lahirnya dan pada hari ulang tahun perkawinan (Hadits Nabi saw. tahadauw tahabbu: Saling memberikan hadiahlah kalian niscaya akan saling mencintai) Apakah Anda memberi attensi yang tak terduga-duga kepadanya atau menunjukkan bukti kasih-sayang Anda? Apakah Anda berusaha tidak mengecam pasangan Anda terutama di depan orang lain? Apakah Anda berusaha memahami berbagai perasaan pasangan Anda dan komit untuk membantunya dalam mengatasi sat-sat kesulitan, keletihan, kegelisahan dan cepat marah? Apakah sedikitnya setengah dari waktu luang Anda gunakan untuk berdekatan dengan pasangan Anda? Apakah Anda sedemikian arif dan bijaksana untuk tidak membanding-bandingkan pasangan Anda dengan orang lain baik dari segi penampilan fisik, pemenuhan kewajiban, pelayanan dan attensi?

Apakah Anda sungguh-sungguh memperhatikan kehidupan intelektual, interaksi sosial, pergaulan perkumpulan dan bacaan pasangan Anda maupun pemikirannya (fikrahnya) tentang berbagai masalah sehingga bisa diskusi dan nyambung? Apakah Anda berusaha mencari alasan untuk memuji dia dan menunjukkan rasa kagum kepadanya? Apakah Anda telah membiasakan diri mengucapkan terima kasih atas hal-hal kecil yang ia lakukan untuk Anda dan juga mengucapkan permohonan maaf untuk setiap kesalahan yang Anda lakukan? Apakah Anda sudah memberikan kemerdekaan penuh kepada pasangan Anda untuk menjalani aktivitas, karier, kehidupan, pilihan-pilihan dalam hidup? Apakah Anda berusaha untuk selalu bersikap sebaik-baiknya, seriang-riangnya, seceria-cerianya bila sedang berkumpul bersama supaya ia ikut riang dan senang? Apakah Anda berusaha menjadikan pelayanan Anda kepadanya bervariatif dan bahkan mengejutkan untuk menghindari kejenuhan dan kebosanan?

Apakah Anda memiliki pengertian tentang pekerjaan yang dilakukan oleh pasangan Anda sehingga dapat membahasnya bersama? Apakah Anda bisa memikul bersama segala kesulitan-kesulitan pasangan Anda dalam menunaikan kewajiban-kewajibannya? Apakah Anda berusaha untuk bisa bergaul sebaik-baiknya dengan keluarga pasangan Anda? Apakah Anda berpakaian dan berpenampilan sesuai dengan selera dan keinginan pasangan Anda? Apakah Anda mengabaikan perbedaan dan perselisihan kecil yang tidak prinsipil demi memelihara keutuhan dan kedamaian rumah tangga? Apakah Anda berusaha mempelajari olahraga, permainan dan hiburan yang disukai oleh pasangan Anda, sehingga Anda pun bisa melakukannya dalam waktu senggang dan bermanfaat bagi semuanya?

Wallahu A’lam

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2009/11/03/4562/mengelola-konflik-keluarga-menjadi-daya-rekat-bagian-ke-2/#ixzz36OBzvRHi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The World Its Mine