Kamis, 03 Juli 2014

Kasih Sayang dan Daya Juang

Kasih sayang orang tua terhadap anak sungguh tak terbantahkan. Sejak anak dalam kandungan, bukan hanya nutrisi ibu yang terjaga, tetapi mental dan spiritual sang ibu sertamerta terjaga demi sang buah hati. Lantunan ayat al-Quran dari sang ibu senantiasa menghiasi kehidupan janin dalam kandungan. Maka ketika terlahir, besar harapan agar sang janin bukan sekedar sebagai kanvas putih. Namun sudah bercorak, sehingga akan lebih mudah untuk memolesnya menjadi bentuk  indah dan utuh.
Anak adalah harapan. Generasi penerus yang akan kita titipkan tongkat estafet perjuangan di tangannya. Kita membutuhkan generasi dengan kualitas tangguh sebagai pengemban amanah besar kelak. Dan generasi yang mampu menjawab tantangan besar di sepanjang zaman. Bentuk kasih sayang orang tua kepada anak yang tak kalah penting yaitu apabila orang tua mampu membangun daya juang anak yang besar dan pertahanan diri yang kokoh. Hal tersebut bukan hanya urusan fisik, tetapi mental dan spiritual seorang anak juga penting. Sebagai orang tua, sudah semestinya membangun itu semua terhadap diri anak.
Berikut ini beberapa upaya kasih sayang orang tua dalam membangun daya juang anak:
1. Orang tua harus membangun terlebih dahulu daya juangnya sendiri.
Tidak ada orang tua sempurna. Tidak ada orang tua ideal. Belajar menjadi orang tua yang baik adalah perjuangan bagi kita. Sebagai orang tua, sepatutnya memiliki tujuan dan target-target apa yang ingin dicapai dalam setiap tahap perkembangan anak. Oleh karena itu, alangkah besar usaha kita apabila menjadikan al-Quran sebagai pembuka cakrawala dalam pengasuhan anak dan pendidikan islami. Kisah-kisah Rasulullah, para nabi dan para sahabat menjadi rujukan yang setiap saat kita gali, pelajari dan teladani.
2. Kenali pribadi sang anak.
Setiap anak memiliki karakter, sifat, daya tangkap atau kecerdasan berbeda. Hal tersebut dapat kita kenali dari hubungan dekat dengan anak. Kedekatan dengan anak bukan hanya fisik melainkan secara verbal melalui berbagai dialog maupun nasehat sehingga melibatkan kedekatan psikis antar anak dan orang tua.
Kenyamanan dalam berkomunikasi menjadi amat penting agar tercipta keterbukaan. Oleh karena itu, kita dapat mengenali masing-masing anak, mengetahui kebutuhannya dan pola pendidikan yang cocok diterapkan untuk membangun daya juangnya. Seorang anak pemalu dan pendiam harus kita gali segala bakat dan kesenangan yang ia miliki. Secara pelan dan perlahan kita bangun keberaniaannya, bukan malah memojokkan, mengejek atau menghardiknya. Dan sesekali kita selipkan kisah heroik sebagai motivasi.
3. Lingkungan kondusif dalam membangun daya juang anak.
Lingkungan kondusif bisa berasal dari dalam rumah maupun luar rumah. Lingkungan rumah yang penuh kekerasan, ancaman dan ketidaknyamanan akan melahirkan anak pemberontak, mudah marah atau sebaliknya menjadi pribadi yang tertutup dan mudah putus asa. Karena emosinya menjadi tidak stabil dan sedikit demi sedikit akan mengikis pikiran positif dalam diri anak.
Lingkungan rumah yang terlalu banyak memberi kemudahan, fasilitas-fasilitas yang berlebihan dan tak terkendali serta kebebasan yang tak terbatas akan melahirkan anak yang lemah daya juangnya, jauh dari kemandirian.
Rumah menjadi tempat pertama bagi anak untuk belajar selayaknya menjadi tempat saling bertukar kasih sayang. Orang tua memberi kontribusi penting dalam menciptakan lingkungan rumah yang kondusif dalam membangun daya juang anak. Sehingga ketika anak berada di luar rumah, pembawaan anak sendirilah yang akan mencari lingkungan yang sesuai dengan dirinya. Bisa jadi menuju lingkungan yang memberi pengaruh baik atau justru pengaruh buruk. Lingkungan di luar rumah sungguh tidak dapat diduga. Anak dengan daya juang yang tinggi tentu akan dapat beradaptasi, mampu membela diri dan tidak mudah terpengaruh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The World Its Mine