Kamis, 09 Juni 2016

Melatih Anak Agar Terbiasa Berpuasa di Bulan Ramadhan ..

Oleh: Farah Octavia, S.Psi*
Bulan Ramadhan sebentar lagi akan datang. Banyak di antara kaum muslimin dan muslimat yang menunggu dan merindukan kehadiran bulan suci yang penuh rahmat, berkah serta pengampunan dari Allah SWT. Salah satu ibadah khusus yang wajib dilaksanakan pada bulan ini adalah ibadah puasa. Menjalankan ibadah puasa bukanlah sesuatu aktivitas baru bagi orang dewasa. Namun bagi anak–anak butuh penyesuaian lebih bagi mereka untuk menjalani ibadah ini dengan jujur dan benar. Di beberapa sekolah biasanya akan ditemui program yang mendukung anak- anak untuk menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan, seperti program pesantren kilat atau mengisi buku agenda di bulan Ramadhan. Akan tetapi tetap saja diperlukan motivasi dan kreativitas dari orang tua baik dalam mempersiapkan dan mendampingi anak selama pelaksanaannya agar anak – anak tetap bersemangat menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan.
Mempersiapkan anak menyambut Ramadhan dapat dimulai dari beberapa hari menjelang Ramadhan.  Hal yang pertama dilakukan yaitu orang tua terlebih dahulu menguatkan kembali aqidah anak dengan menanamkan pikiran kepada anaknya bahwa Allah Sang Maha Pencipta akan ridho kepada hambaNya yang berpuasa, bahkan Allah menjanjikan 1 pintu surga khusus diperuntukkan bagi orang yang berpuasa dengan jujur dan benar yakni pintu surga ArRayyan. Orang tua juga dapat memberitahukan manfaat berpuasa untuk kesehatan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak.
Selanjutnya kegiatan lain yang bisa dilakukan dalam mempersiapkan jiwa anak agar termotivasi berpuasa di bulan Ramadhan yaitu dengan mengajak atau mendukung anak mengikuti pawai menyambut ramadhan (tarhib ramadhan) baik yang diadakan di mesjid lingkungan rumahnya maupun disekolahnya. Hiasi pula rumah dengan spanduk atau tulisan–tulisan yang dapat memotivasi mereka untuk dapat terus berpuasa selama Ramadhan. Dalam prinsip perkembangan anak, lingkungan (nurture) berpengaruh pada perilaku yang ditampilkan anak. Meskipun secara bawaan (nature) anak tersebut adalah anak yang cenderung suka mengkonsumsi makanan dan minuman, namun jika lingkungan di sekelilingnya mengkondisikan dan memotivasi untuk berpuasa maka anak akan cenderung dapat mempertahankan perilaku berpuasa. Hal penting lainnya adalah sebelum memotivasi anak berpuasa, orang tua juga harus meyakini dirinya sendiri terlebih dahulu bahwa anak–anaknya tetap akan sehat jika berpuasa. Dengan ada keyakinan tersebut dapat memotivasi orang tua untuk mengatur menu yang sehat untuk anaknya selama Ramadhan. Keyakinan orang tua yang kuat bahwa anaknya mampu berpuasa akan menularkan keyakinan yang kuat pula bagi anak–anaknya.
Dalam menjalankan ibadah puasa, orang tua dapat membiasakan anak–anak untuk latihan berpuasa dimulai dari usia 4 atau 5 tahun. Sebagai latihan, anak–anak dapat  diajak terlebih dahulu berpuasa sampai waktu zuhur saja. Saat memasuki pertengahan bulan Ramadhan, orang tua dapat memberikan tantangan kepada anaknya dengan menanyakan apakah si anak sanggup untuk berpuasa sampai waktu maghrib. Sebagai langkah awal, tantangan ini dapat diiringi dengan reward/hadiah  untuk keberhasilannya menjalani puasa “full”. Pada usia ini, anak- anak sudah memasuki tahapan kognitif preoperasional akhir dimana mereka sudah mampu menalar secara sederhana bahwa perbuatan baik akan mendapatkan balasan yang baik (reward). Reward yang diberikan bisa berupa ucapan selamat, memberikan menu favorit anak saat berbuka maupun sahur yang sehat atau membelikan barang yang diinginkan anak.
Ketika menjalani ibadah puasa, tak jarang anak akan mengeluh lapar dan haus kepada orang tua. Untuk mengalihkan rasa haus dan lapar anak ,orang tua bisa mengajak anak melakukan kegiatan asyik namun tidak melelahkan seperti mewarnai, bermain puzzle, membuat kreativitas, melibatkan anak membuat masakan dan minuman untuk berbuka, berbagi ta’jil kepada tetangga atau kaum dhuafa di lingkungan rumah, dll. Ajari pula anak untuk membedakan mana hal- hal yang dapat membatalkan puasa dan mengurangi nilai puasa (di antaranya: marah, berbohong, mengejek, menangis karena bertengkar) agar ia dapat menjalankan ibadah puasa dengan benar. Beritahukan kepada anak mengenai pesan Rasulullah saw bahwa banyak orang yang berpuasa akan tetapi tidak mendapatkan pahala apapun melainkan rasa lapar dan haus saja, agar ia turut menjaga perilakunya ketika berpuasa.
Melatih anak berpuasa pada hakikatnya melatih mereka untuk bersabar dan belajar mengendalikan hawa nafsunya. Anak yang sejak dini kita latih ini kelak akan tumbuh menjadi pemuda generasi penerus bangsa dan agama. Hal yang membuat miris yang terjadi dan mencuat di berbagai media dalam beberapa bulan terakhir ini yakni banyaknya penyimpangan sosial dan moral serta kriminalitas yang telah dilakukan baik oleh anak maupun remaja di  Indonesia. Penyimpangan tersebut dilakukan karena akal pikiran mereka tidak mampu mengendalikan hawa nafsu yang ditunggangi syetan sehingga berujung pada kejahatan. Kita semua berharap agar momentum ibadah puasa di bulan suci Ramadhan dapat menjadikan manusia khususnya para anak dan remaja muslim di Indonesia dapat lebih mengendalikan hawa nafsu, mengedepankan akal sehat dan mendengarkan hati nurani.

*Konsultan Psikologi Forum Sahabat Keluarga dan Rise Management & Consulting

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The World Its Mine