Selasa, 05 Agustus 2014

Beri Kesempatan Anak memilih

HARI itu saya bersyukur bisa dipertemukan dengan seorang ibu. Pengalaman beliau mendidik anak membuat saya semakin mantap bahwa betapa pentingnya belajar menjadi orangtua. Beliau mulai menceritakan bagaimana mendidik anaknya ketika kecil dulu.

“Bangun, Nak. Saatnya mandi.Ibu sudah siapkan baju gantinya”, ujar sang ibu. Anak pertamanya ini bangun lalu menuju ke kamar mandi. Setelah mandi, lantas anak ini berganti baju.

“Ayo makan, Ibu sudah siapkan nasi goreng,” seru ibu seraya mengambilkan piring untuk anaknya. Hal demikian terus dilakukan ibu sejak anak pertamanya kecil hingga dewasa. Tak ada pilihan yang ditawarkan pada anaknya. Keputusan sudah dibuat ibu dan bapak.

“Dari mulai bangun tidur sampai anak ibu yang pertama ini tidur lagi, semua kegiatannya sudah ibu urus sedemikian rupa. Memang sejak kecil anak pertama ibu ini adalah anak yang baik. Penurut sekali kepada orangtua,” dengan suara lirih ia melanjutkan cerita.“Semua yang ibu dan bapak katakan selalu dia turuti.

Namun, ibu baru menyadari ternyata setelah ia dewasa ibu malah semakin khawatir padanya.”

“Apa yang membuat Ibu khawatir?” saya bertanya padanya.

“Setelah dewasa anak ibu ini tetap penurut.Terhadap istrinya penurut.Dikantornya juga penurut baik kepada atasan maupun teman, kayaknya dia tidak bisa mengungkapkan apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Sekarang ibu dan bapak menyesal ternyata ada yang salah dengan anak saya dan itu adalah kesalahan kami orangtua mendidik,” suaranya bergetar menahan kesedihan, penyesalan kepada anak pertamanya.

Begitulah. Orangtua dengan dalih begitu menyayangi anaknya, hingga segala sesuatunya orangtua yang pilihkan. Tanpa memberikan kesempatan kepada anak untuk bisa belajar menentukan pilihannya sendiri.

Sederhananya, memilih bajunya sendiri. Orangtua bisa menyiapkan beberapa baju, kemuadian keputusan baju mana yang akan dipakai diberikan kepada anak. Memilih makanan. Memang repot, orangtua mesti menyiapkan beberapa jenis makanan. Biarkan anak memilih makanan apa yang akan dimakan.

Memperlakukan anak sebagai human being itu penting. Jika sejak dini kita ajarkan pada anak mealui kegiatan hari-hari bahwa hidup adalah pilihan. Maka ketika dewasa ia akan belajar membuat keputusan mana pilihan yang akan diambilnya. Anak juga manusia. Bukan benda yang tidak tahu apa-apa. Sehingga semua keputusan ada ditangan orangtua. Anak bukan juga orang dewasa mini yang bisa bersikap sama sesuai keinginan orangtua.

Ketika orangtua memahami bahwa anak adalah manusia, maka orangtua akan memberikan informasi bahwa hidup kita ada aturannya. Anak boleh memilih segala sesuatu dalam hidupnya yang sesuai dengan aturan yang sudah disiapkan Allah Sang Maha Pencipta.

Anak akan memahami bahwa dengan aturan maka hidupnya akan aman dan nyaman. Aturan hidup bagi seorang muslim adala Al-Quran. Dari Abi Hurairah RA, Nabi SAW bersabda “Sesungguhnya kewajiban orangtua dalam memenuhi hak anak itu ada tiga, yakni : pertama, memberi nama ketika lahir. Kedua, mendidiknya dengan Al-Quran dan ketiga mengawinkan ketika menginjak dewasa.”

Membiarkan anak untuk memilih sejak kecil adalah sebuah keharusan. Kita sebagai orang tua berada di garis belakang untuk terus melihat dan memberikan perspektif akan pilihan-pilihannya hingga ia sendiri yang akan menentukan sendiri; apakah pilihannya pas atau tidak untuk dirinya. Allahu alam,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The World Its Mine