Kamis, 08 Maret 2018

Penyakit Japanese Encephalitis Bisa Sebabkan Kematian ..

Nyamuk menghisap darah. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit Japanese Encephalitis (JE) atau radang otak yang ditularkan oleh nyamuk bisa menyebabkan kematian. Dampak lainnya berupa gangguan fisik bila penderitanya dapat bertahan hidup.

Dalam keterangan pers yang dikutip di laman resmi Kementerian Kesehatan di Jakarta, Senin (5/3), disebutkan, JE bisa menyebabkan kematian dengan angka kematian akibat JE berkisar antara 5 sampai 30 persen di Indonesia.

Angka kematian ini lebih tinggi pada anak, terutama anak berusia kurang dari 10 tahun. Bilapun bertahan hidup, biasanya penderita seringkali mengalami gejala sisa.

Gejala sisa tersebut antara lain gangguan sistem motorik seperti motorik halus, kelumpuhan, gerakan abnormal; gangguan perilaku seperti agresif, emosi tak terkontrol, gangguan perhatian, depresi; gangguan intelektual; atau gangguan fungsi neurologi lain seperti gangguan ingatan atau memori, epilepsi, serta kebutaan.

Tanda dan gejala Ensefalitis biasanya muncul antara empat sampai 14 hari setelah gigitan nyamuk atau istilahnya dalam masa inkubasi.  Gejala utama berupa demam tinggi yang mendadak, perubahan status mental, sakit kepala, disertai perubahan gradual gangguan bicara dan berjalan, ataupun disfungsi motorik lainnya.

Pada anak, gejala awal biasanya berupa demam, iritasi, muntah, diare, dan kejang. Kejadian kejang terjadi pada 75 persen kasus anak. Sedangkan pada penderita dewasa, keluhan yang paling sering muncul adalah sakit kepala.

Sampai saat ini belum ada obat khusus untuk menyembuhkan penyakit JE, tetapi hanya dapat mengurangi gejala yang berfungsi mencegah perburukan kasus.

Oleh karena itu, upaya pencegahan penyakit JE sangat penting dengan pemberian imunisasi dan menghindari gigitan nyamuk culex yang menjadi vektor penular virus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The World Its Mine