Jumat, 03 Februari 2017

Kala Rabi Yahudi Ikut Berhijab ..

Muslimah Bosnia berbicara dengan rekannya di sela peringatan World Hijab Day di Sarajevo Bosnia, Rabu (1/2). Setiap 1 Februari diperingati sebagai hari Hijab se-Dunia sejak 2012.
Muslimah Bosnia berbicara dengan rekannya di sela peringatan World Hijab Day di Sarajevo Bosnia, Rabu (1/2). Setiap 1 Februari diperingati sebagai hari Hijab se-Dunia sejak 2012.

Pengujung Januari 2017, umat Islam di seluruh jagat, dikejutkan dengan rentetan peristiwa yang terjadi di Amerika Utara. Pada Sabtu (28/1) pagi waktu setempat, sebuah masjid di Texas, Amerika Serikat, dibakar hingga rata dengan tanah.

Sehari berselang, Alexandre Bissonnette, seorang mahasiswa bersenjata AK-47, dengan membabi buta menembaki jamaah Shalat 'Isya di Masjid Quebec, Kanada.

Puncaknya tentu saat Presiden Amerika Serikat Donald Trump menandatangani Perintah Eksekutif yang berisi pelarangan masuk bagi warga yang berasal dari negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim. Rentetan peristiwa tersebut jelas menghadirkan ketakutan bagi komunitas umat Islam di AS maupun Kanada. Tidak terkecuali di Charlotte, sebuah kota di North Carolina, AS.

“Saya memperoleh pesan dari orang tua dan jamaah perihal pengamanan ekstra,” ujar Atif Chaudry, seorang imam di Islamic Society of Greater Charlotte. Komunitas itu terdiri atas kurang lebih 1.000 anggota. Meskipun demikian, Muslim setempat juga terenyuh lantaran dukungan demi dukungan hadir dari komunitas nonmuslim.

Sepanjang akhir pekan, banyak umat non-Islam, termasuk beberapa pendeta Nasrani, berkumpul di dekat Bandara Charlotte. Tujuan mereka adalah memprotes perintah eksekutif Trump. Pada saat yang sama, seorang rabi (pendeta Yahudi) perempuan bernama Judy Schindler bersama rekan-rekannya mendorong perempuan nonmuslim untuk menunjukkan solidaritas mereka kepada wanita Islam.

Caranya dengan mengenakan hijab pada Rabu (1/2), bertepatan dengan World Hijab Day. Schindler, yang kini memimpin Stan Greenspon Center for Peace and Social Justice di Queens University of Charlotte, mengatakan dia ingin melakukan sesuatu sebagai tanda dukungannya kepada umat Islam di Charlotte.

Solidaritas juga ingin dia tujukan untuk pengungsi Muslim yang dilarang memasuki Negeri Paman Sam akibat kebijakan Trump. “Sebagai seorang Yahudi, saya merasa itu adalah kewajiban saya untuk bertindak mendukung minoritas lainnya,” ujar Schindler seperti dilansir Charlotte Observer,” Rabu (1/2).

Schindler, rabi di Temple Beth El Charlotte, telah mem-posting foto dirinya sedang mengenakan hijab di website pribadi dan akun Facebook-nya. Ia kemudian meminta para perempuan non-Islam untuk mengenakan hijab. “Mari kita renungkan apa yang akan terjadi apabila kita bepergian menggunakan hijab. Pasti akan lebih menakutkan,” kata Schindler.

Pada Senin (30/1), President of Muslim Women of the Carolina, Rose Hamid, mem-posting foto Schindler yang mengenakan hijab di akun Facebook-nya. Hamid menulis, “Hal ini menghadirkan suka cita bagi saya. Teman saya, Rabi Judy Schindler mendukung World Hijab Day.” Sebelumnya pada Sabtu (28/1), kelompok Hamid mensponsori gerakan muslim connection untuk mengajak perempuan nonmuslim untuk berkumpul.
Even yang diselenggarakan di sebuah kafe itu didesain untuk menjadi forum berbagi dari hati-hati antara perempuan Islam dan non-Islam. Hamid memperkirakan hanya sekitar 30 orang hadir. Akan tetapi, ternyata lebih dari 100 orang yang datang. Seorang perempuan nonmuslim kemudian berkata, “Kami mendukung saudara dan saudari Muslim.”

Chaudry, imam di Islamic Society of Greater Charlotte, mengaku dia mendapat dukungan beberapa hari belakangan dari Rabi Schindler dan pendeta dari Gereja Presbiterian.

“Terlepas dari semua hal negatif (dalam berita), kami masih sangat bersyukur,” ujar Chaudry. “Sebab, begitu banyak positive feedback dari organisasi-organisasi berbasis agama yang berdiri untuk kesetaraan dan inklusivitas,” lanjut dia.

Pada World Hijab Day, Rabu (1/2), Masjid Charlotte mengadakan “World Hijab Day Debriefing”. Bersama komunitas perempuan Muslim setempat, masjid yang berlokasi di 4301 Shamrock Drive itu, mengundang perempuan untuk datang, mengenakan hijab, sekaligus berbagi pengalaman mereka. Selain itu, aksi damai juga digelar di Romare Bearden Park, untuk mendukung perempuan Muslim yang mengenakan hijab maupun tidak.
Dukungan pun datang dari umat Yahudi AS lainnya, Talya Leodari. Ia mengaku akan terus berpartisipasi dalam World Hijab Day setiap tahunnya. Leodari tinggal di sebuah kota yang sangat kecil dan didominasi umat Nasrani.

Dia membenarkan dia sempat dipandang aneh oleh warga sekitar karena berbeda dan berbicara menggunakan bahasa Inggris. Untuk itu, dengan adanya World Hijab Day, maka akan memberi kesempatan bagi Leodari untuk berbicara dengan anak-anak perihal rasa hormat, perbedaan, dan perdamaian.

Tahun ini, World Hijab Day yang diperingati setiap 1 Februari telah memasuki tahun kelima. Dengan adanya peringatan ini, maka diharapkan seluruh masyarakat dunia, dari semua agama menyadari pentingnya solidaritas untuk perempuan Muslim di seluruh dunia. World Hijab Day diinisiasi oleh penduduk asli New York, Nazma Khan.

Ia memulai gerakan ini dengan maksud untuk memberikan kesadaran kepada seluruh masyarakat dunia tentang keberadaan jutaan perempuan Muslim di seluruh dunia. Saat tumbuh di NYC, Nazma mengaku sering memperoleh pelecehan secara fisik dan emosional pada berbagai kesempatan. Diskriminasi terhadap perempuan berhijab semakin meningkat setelah peristiwa 9/11.

Nazma membagi pengalamannya kepada perempuan Muslim lain dengan harapan tidak ada lagi perempuan yang mengalami nasib serupa dengan dirinya. Untuk itu, pada 1 Februari 2013, dia meminta perempuan dari semua agama di seluruh dunia untuk mengenakan hijab selama satu hari. Dalam waktu delapan hari, Nazma mendapat tanggapan dari berbagai perempuan dengan latar belakang agama yang berbeda dari 67 negara.
“Persepsi negatif terhadap hijab memungkinkan orang untuk bertindak atas ketakutan mereka dan menyakiti perempuan yang tidak bersalah tanpa ancaman nyata. World Hijab Day memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk belajar tentang hijab dan pentingnya hijab dalam agama Islam tanpa mengabadikan generalisasi negatif di masyarakat saat ini,” kata Nazma.

Anggota Parlemen New York David Weprin memberikan dukungannya terhadap peringatan ini. Menurut Weprin, dengan meningkatnya insiden kejahatan maupun kebencian terhadap Muslim AS sepanjang 2016, maka menjadi penting bagi setiap orang untuk menyatakan dukungannya pada World Hijab Day. Ia menjelaskan, berdasarkan prinsip-prinsip kebebasan beragama di Negeri Paman Sam, maka gerakan ini berusaha untuk mengakhiri diskriminasi dan penghakiman bagi perempuan yang mengenakan hijab.

Rep: muhammad iqbal/marniati/ Red: Fitriyan Zamzami

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The World Its Mine