Rabu, 06 April 2016

Seni Mendengarkan ..

Umat Islam mendengarkan ceramah agama di masjid (ilustrasi).

Oleh Ade Masturi

Seorang penyair sufistik terkenal, Jalaluddin Rumi, pernah mengatakan, ''Karena untuk berbicara orang harus lebih dulu mendengarkan, maka belajarlah bicara dengan mendengarkan.'' Mendengarkan sepertinya mudah dilakukan, namun pada kenyataannya tidak semua orang berhasil menjadi pendengar yang baik. Tidak sedikit perselisihan, pertengkaran, bahkan pembunuhan terjadi hanya karena salah dengar.

Dalam dunia komunikasi, kita mengenal ungkapan, seorang pembicara yang baik adalah pendengar yang baik. Cinta, benci, rindu, pengertian, maupun salah pengertian, terbangun lewat bicara dan mendengarkan.
Seluruh kekuatan ikatan persahabatan, percintaan, dan mahligai hidup bersama, kita rangkai dengan bicara dan mendengarkan. Khalifah Ali bin Abi Thalib RA pernah berkata, ''Tuhan menyayangi seseorang yang suka mendengar hikmah atau ucapan yang baik lalu menyimpannya, kemudian ketika dipanggil kepada kebenaran, dia mendekat.''

Kita sering kelihatan seperti mendengarkan tapi sebetulnya tidak. Walaupun mata kita dihadapkan dan wajah kita diarahkan kepada orang yang berbicara, tapi sebenarnya kita tidak mendengarkan.
Padahal, Allah mengingatkan dalam firman-Nya, ''Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya, mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.'' (Az-Zumar[39]:18).

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan bagi orang yang mau menjadi pendengar yang baik. Pertama, bila ingin menguasai teknik mendengarkan yang baik, belajarlah mendengarkan pembicaraan yang tidak menyenangkan hati kita. Mendengarkan pembicaraan yang mengenakkan hati kita itu mudah, tidak perlu dilatih. Untuk mendengarkan perkataan yang tidak mengenakkan, kita perlu melatih kestabilan emosi.
Kedua, belajarlah mendengarkan keluhan orang lain, walaupun tidak menarik bagi kita. Biasanya seseorang sangat antusias jika dia membicarakan masalah dirinya dan menceritakan kesusahannya kepada orang lain. Padahal, boleh jadi orang yang diajak bicara sebenarnya tidak tertarik. Tapi, kalau kita mau mendengarkan baik-baik, kemudian berempati kepadanya, berarti kita sudah berbuat baik kepadanya, dan itu termasuk amal saleh bagi kita.

Menurut para psikolog, banyak penderita gangguan jiwa yang penyakitnya menjadi berkurang ketika menemukan telinga yang mau mendengarkan perkataannya. Jika kita menjadi pendengar bagi orang lain yang membutuhkan saluran untuk mengungkapkan perasaannya, maka kita juga berarti telah membantu meringankan penderitaannya.

Ada juga nasihat bijak yang mengungkapkan bahwa kita dikaruniai oleh Allah SWT dua telinga satu mulut. Ini mengisyaratkan bahwa hendaknya kita harus lebih banyak mendengar daripada bicara. Untuk menjadi pembicara yang baik, maka syarat mutlaknya adalah kita harus terlebih dulu menjadi pendengar yang baik. Khalifah Ali bin Abi Thalib RA berpesan, ''Siapa yang baik mendengarkannya, dialah yang paling cepat memperoleh manfaat.''

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The World Its Mine