Rabu, 06 April 2016

Generasi Penerus dan Suksesi Kepemimpinan ..

Bayi yang baru lahir membutuhkan banyak hal, cermati mana yang perlu agar keuangan tidak lepas kendali.

Oleh Nasrul Zainun

Beberapa ayat Alquran di awal surat Maryam mengisahkan Nabi Zakaria yang mengkhawatirkan generasi di belakangnya. Dengan suara lembut Zakaria bermunajat kepada Allah SWT menuturkan kondisi tulang belulangnya yang telah lemah, rambutnya yang telah bertabur uban, dan istrinya yang mandul. Zakaria menginginkan anak untuk menjadi ahli waris perjuangannya.

Seperti permohonan sebelumnya, permohonannya yang satu inipun dikabulkan Allah SWT. Nabi Zakaria memperoleh seorang anak yang diberi nama Yahya, suatu nama yang belum pernah dipakai orang sebelumnya. Yang artinya hidup, berarti kehidupan Yahya akan melanjutkan kehidupan generasi yang semula diduga akan terputus.

Nabi Zakaria merasa beruntung, karena anaknya Yahya memegang erat Kitab Allah, dia diberi hikmah sejak kecil, memiliki sifat belas kasihan dan kesucian, serta memelihara diri (takwa), berbuat baik kepada ibu bapaknya, jauh dari kesombongan dan kedurhakaan. Yahya memperoleh kesejahteraan di waktu lahir, di hari wafatnya, hingga hari berbangkit nanti.

Kisah Nabi Zakaria di atas menggambarkan sikap semua tokoh Islam yang menginginkan suksesi pemimpin umat. Keinginan mempunyai generasi penerus sebuah jeritan batin yang kadangkala disertai rintihan dan tetesan air mata. Harapan untuk terwujudnya suksesi itu biasanya muncul ketika pemimpin umat telah panjang umur, kulit telah kendur, gigi telah mulai gugur, mata mulai kabur, di kepala uban bertabur, dan sudah hampir ke liang kubur.

Upaya mendapatkan suksesi itu sebaiknya diiringi dengan kegiatan pembinaan dan bimbingan, meliputi pembinaan akidah dan kemauan beramal, seperti yang dicontohkan Nabi Ibrahim kepada anaknya Ismail. Firman-Nya, ''Dan ketika Ibrahim dan Ismail meninggikan sendi Baitullah (keduanya berdoa), 'Oh Tuhan kami! Terimalah dari kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Oh Tuhan kami! Jadikanlah kami berdua orang yang patuh kepada Engkau dan jadikanlah dari keturunan kami umat yang patuh juga kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara beribadah dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Penerima Tobat dan Penyayang'.'' (Al-Baqarah: 127-128).

Kerja keras Ibrahim meletakkan dan meninggikan sendi-sendi Baitullah dengan melibatkan anaknya Ismail adalah sebuah ibadah besar yang berhubungan dengan tauhid, serta berisi dimensi pembinaan dan bimbingan dari seorang pemimpin umat kepada generasi penerusnya. Hingga kini dan insya Allah sampai akhir masa, kerja keras mereka berdua dirasakan bermanfaat besar buat kelangsungan ibadah umat Islam di seluruh penjuru dunia.

Sejalan dengan itu, umat Islam pun diajar memohon kepada Allah untuk mendapatkan suksesi pemimpin umat yang sekaligus merupakan kriteria seorang hamba Allah Tuhan Yang Maha Pengasih.
Firman-Nya, ''Dan mereka (hamba Allah Yang Maha Pengasih) berkata, 'Wahai Tuhan kami, karuniakanlah kepada kami istri dan anak cucu yang menjadi penyejuk mata dan jadikanlah kami pemimpin orang yang bertakwa'.'' (Al-Furqan: 74). Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The World Its Mine