Rabu, 03 Oktober 2012

PIWEJANG KARUHUN SUNDA (SANGHIYANG SIKSA KANDANG KARESIAN)

Oleh: Richadiana Kartakusumah

Naskah Sangyang Siksakanda ng Karesian berjumlah 30 lembar, ditulis pada tahun 1440 Saka (1518 M). Naskah ini disimpan di Museum Pusat dengan nomor kode Kropak 630 (Mansukrip Sunda B) Sebagian isi dari naskah dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Dasakerta

Kesejahteraan hidup dapat dicapai bila kita mampu me

melihara 10 bagian tubuh yaitu :
[*]Telinga
[*]Mata
[*]Kulit
[*]Lidah
[*]Hidung
[*]Mulut
[*]Tangan
[*]Kaki
[*]Tumbung (Dubur)
[*]Alat kelamin (Purusa)
Jika 10 bagian tubuh tersebut tidak dijaga dapat mendatangkan musibah (dora bancana) tetapi bila digunakan dengan benar dapat membawa kesejahteraan (dasa kereta). Dahulu para paraji (dukun bayi) selalu membisikan wejangan pada telinga kiri bayi sesudah dimandikan “Ulah sadengena mun lain dengekeunana” (janganlah mendengar apa apa yang tidak pantas di dengar)

2. Dasa Prebakti

Ajaran ini menuntut ketataan seseorang pada orang lain karena kedudukannya, seperti : anak taat pada orangtua, istri taat pada suami, murid taat pada guru. Ini dimaksudkan agar kehidupan bermasyarakat dan bernegara dapat berjalan dengan baik dan lancar.

3. Pancaaksara Guruning Janma

Dalam Siksakandang dituturkan : “Pancaaksara ma byakta nu katongton kawreton, kacakeuh ku indriya” (Pancaaksara adalah kenyataan yang terlihat dan teralami, serta tertangkap oleh indera). Artinya : “Pengalaman harus dijadikan sebagai pelajaran bagi manusia” dimana melalui pengalaman itu akan diperoleh hakikat dari diri manusia dan lingkungannya

4. Darma Mitutur

Wejangan ini berkaitan dengan keharusan untuk seorang untuk belajar dari pengalaman dan dalam menuntut ilmu sesepramg harus memiliki penyikapan untuk tidak memandang waktu, guru dan yang harus digurui dan harus bersikap teliti dan selektif. Darma Pitutur tersebut diuraikan melalui suatu siloka sunda kuno sebagai berikut
Tadaga kang carita hangsa (Ingin tahu tentang telaga, tanyalah angsa
Gajendra carita banen (Ingin tahu tentang hutan, tanyalah gajah)
Matsyanem carita sagarem (Ingin tahu tentang laut, tanyalah ikan)
Puspanen carita bangbarem (Ingin tahu tentang bunga, tanyalah kumbang)

5. Ngawakan Tapa di Nagara

Setiap orang harus memiliki kemampuan dan keahlian, mulai dari seorang penggembala hingga pembesar kerajaan. Pada Naskah ini, disebutkan : “Sing sawatek guna, aya na satya diguna kahuluan; eta kehna turutaneun, kena eta ngawakan tapa di nagara” (Segala keahlian yang dengan setia dilakukan untuk negara, harus ditiru, karena itu berartu melakukan tapa di negara)
Contoh dari pekerjaan dan keahlian yang bermanfaat bagi negara antaralain adalah mentri, bayangkhara, pengalasan, pelukis, pandai emas, pandai besi, penyadap, prajurit, pemanah, pemungut pajak, penangkap ikan, penyelam dll.

6. Tritangtu Di Nu Reya

Merupakan tiga sendi kemenangan dalam masyarakat yang meliputi sikap “teguh, pageuh, tuhu” dalam kebenaran, Sikap ini mutlak dilakukan demi tercapainya kesejahteraan hidup. Bila setiap orang jujur dan benar dalam menjalan tugasnya maka sejahtera di utara-selatan-barat-timur dan dimanapun yang ada dibawah langit.

7. Hidup yang pantas dan bersahaja

Setiap orang dianjurkan untuk selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya yaitu : “
pakeun nu tiwas kala manghurip,
emat-imeut rajeun leukeun, peda predana”
(agar tidak sengsara selama hidup, haruslah hemat dan rajin, cukup pakaian)
Sikap hidup yang bersahaja dan tidak berlebihan ini diuraikan :
“Jaga rang hees tamba tunduh,
nginum twak tamba hanaang,
nyatu tampa ponyo,
ulah urang kajongjonan.
Yatnakeun maring ku hanteu”
(Hendaknya kita tidur sekadar penghilang kantuk, minum tuak sekadar penghilang haus, makan sekadar penghilang lapar, jangan berlebihan. Ingatlah bila suatu saat kita tidak memiliki apa apa)

8. Jangan gila pujian

Dinyatakan, “lamun aya nu muji urang, suita, maka geuning urang guminta pulangkeun ka nu muji, pakeun urang nu kapentingan kku pamuji sakalih. Lamun urang daek dipuji na kadyanggantang galah dawa minambungan tuna”yang artinya : Jika ada orang yang memuji kita, lalu sadarlah, kembalikan kepada pemuji, janganlah sekali kali mengharapkan pujian orang lain. Bila kita senang dipuji, sama halnya dengan galah panjang diberi sambungan sampai tidak dapat digunakan karna terlalu panjang

9. Panca Parisuda

Panca Parisuda memiliki arti Lima Obat Penawar. Ini kaitannya dengan sikap menerima kritik “Lamun aya nu meda urang, aku sapameda sakalih” (Bila ada yang mengkritik kita, terimalah kritik orang lain itu). Anggaplah ibarat kita sedang dekil menemukan air untuk mandi, ibarat sedang lapar ada yang memberi nasi, ibarat sedang dahaga ada yang memberikan minuman. Dengan sikap tersebut dikatakannya
“Kadyangga ning galah cedek tunugalan teka” (Sama halnya dengan sodok dipapas menjadi runcing). Dengan kritik, akal budi kita akan makin kukuh dan tajam.

10. Hidup yang penuh berkah

Pelengkap hidup agar selamat dalam kehidupan dan mendapat berkah dalam hidup harus :
[*]Cermat
[*]Teliti
[*]Rajin
[*]Tekun
[*]Cukup Sandang
[*]Bersemangat
[*]Berpribadi pahlawan
[*]Bijaksana
[*]Berani Berkorban
[*]Dermawan
[*]Gesit
[*]Cekatan

11. Parigeuing dan Dasa pasanta

Dalam kehidupan masyarakat Jawa Barat tradisional ada 3 posisi yang menjadi tonggak kehidupan, yaitu Rama (Pendiri kampung dan Pemimpin masyarakat) Resi (Ulama atau Pendeta) Prabu (Raja yang memiliki kekuasaan) Dalam naskah, dianjuran agar orang berusaha memiliki wibawa seorang prabu, ucapan seorang rama dan tekad seorang resi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The World Its Mine