Rabu, 01 Juni 2011

FEAR!

“The only thing we have to fear is fear itself ” – FDR*

*FDR / Franklin Delano Roosevelt adalah Presiden ke 32nd Amerika Serikat. FDR adalah satu-satunya
Presiden dalam sejarah Amerika Serikat yang dipilih 4 masa kepresidenan (lainnya tidak pernah lebih dari 2 kali). Inisiator the NEW DEAL, inisiatif nasional untuk memerangi resesi global yang melanda dunia kala itu. “New Deal” menyelenggarakan pekerjaan-pekerjaan publil besar sekaligus membuka lapangan kerja, memperbaiki ekonomi dan perbankan dengan mendirikan FDIC (Federal Deposit Insurance Corporation) dan SEC (Securities & Exchange Commission).

Franklin Delano Roosevelt (FDR) menyampaikan pidato dihadapan publik dengan judul diatas saat pengukuhannya sebagai Presiden Amerika Serikat tahun 1933. Tahun saat resesi perekonomian global memasuki tahun ke 4. Hampir tidak ada optimisme kala itu. Resesi global mengakibatkan jutaan orang kehilangan pekerjaan, ketiadaan barang konsumsi (bahkan pangan sekalipun) yang berdampak pada kelaparan. Terkesan tidak ada pilihan selain membiarkan ketakutan mendominasi kehidupan seluruh lapisan masyarakat. Ketakutan atas pengangguran, ketakutan atas kelaparan dan segala jenis kesusahan hidup.

Indonesia pernah menghadapi situasi yang hampir serupa paling tidak dua kali sejak kita merdeka. Kisruh politik dan kepemimpinan tahun 1965 - 1968 dan krisis ekonomi 1998 saat kejatuhan rezim Orde Baru. Saya yakin banyak diantara pembaca masih ingat kekacauan ’98. Puluhan bank tutup, ratusan perusahaan gulung tikar, jutaan karyawan harus menganggur.

Tiga bulan terakhir kita mengamati kemerosotan drastis indikator-indikator ekonomi. Episentrum gempa ekonomi kali ini ada di Amerika Serikat dan negara-negara maju. Indonesia sedikit banyak juga akan terkena dampaknya. Dunia mungkin (sudah) menghadapi resesi global sekarang. Takut?

I live, I die, all with a purpose...

Kalau ketakutan sudah mendominasi pikiran, reasoning macam apapun tidak akan bermanfaat. Takut nganggur, takut miskin, takut sakit, takut lapar, takut tidak diakui, takut mati dan seterusnya.

Bicara soal karir, ketakutan seringkali mendasari keputusan karir kita. Anda tahu apa yang akan terjadi kalau sudah begini? Resiko menjadi tabu dan harus dihindari at all cost. Status quo adalah comfort zone. Changes become unacceptable. Fokus mutlak hanya pada job / pekerjaan daripada karir. No joy of working. No passion. No life.

Rasa takut adalah wajar. Stop sampai disitu. Jangan pernah membiarkan kita dikendalikan olehnya. Apabila perusahaan global sebesar Lehman Brothers yang sudah beroparasi lebih dari 150 tahun bisa tutup, pola ABS (asal bapak senang) tidak akan membantu banyak. Sejalan dengan itu, kalaupun perusahaan tempat kerja harus bubar (amit-amit), amukan kita sebagai “karyawan teraniaya” dan ancaman demonstrasi besar2an pada pimpinan perusahaan juga tidak akan membawa perubahan. Hal-hal semacam ini hanya akan mengalihkan depresi ekonomi jadi depresi jiwa.

So what can we do? What choices do we have? What to do? How to do? And a million other questions.

I say, firstly, we must believe in GOD

Saya yakin sebagian besar pembaca menjawab “ya!” Percayalah bahwa Pemberi-hidup berjanji memenuhi seluruh kebutuhan kita. Bedakan antara kebutuhan dengan keinginan.

Apalagi? Take full responsibility of your own life. Terima resiko dan tantangan dengan WAJAR dan berani. Berhenti menyalahkan orang lain, lingkungan, pemerintah atau negara lain. Ambil pilihan sesuai dengan pilihan sendiri. Miliki dan terima tanggung jawab atas konsekuensi pilihan itu.

Live by your passion. Semakin cepat anda menyadari dan menjalani hidup sesuai passion, semakin baik. Do you know why? Orang yang tahu dan peduli akan passion-nya akan selalu berpikiran POSITIF dan ANTUSIAS atas segala hal yang terjadi. Tidak tunduk pada situasi, tidak menyerah pada keadaan dan tidak menyalahkan orang lain.

What else? ACTION! Do something. Do anything to contribute and make your life better. Kalau gagal, coba lagi dan terus coba. Sebagainama yang pernah terjadi dan akan terus terjadi, badai ini akan kita lewati.

Fortuna favi fortus

Keberuntungan memihak mereka yang berani.

An Article for CLEAR Magazine by Rene Suhardono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The World Its Mine