Sambil menekankan atau memberi penguatan saat sang kakak membela adik, orangtua juga perlu memberikan pengertian kepada si kakak. Anak perlu belajar kapan ia perlu membela diri dan orang lain, termasuk ketika si kakak ingin membela adiknya. Agar semua pihak memahami, si adik pun perlu mendengar dan tak perlu setiap saat menunggu datangnya di kakak untuk membela.
Psikolog dan Direktur Lembaga Daya Insani, Sani B Hermawan, Psi, menyarankan si kakak bisa membela adiknya bila:
* Melihat langsung atau berada di tempat kejadian. Kalau si kakak melihat langsung atau berada di tempat kejadian saat adiknya diledek atau dikerjai temannya, ia boleh membela. Namun, dengan cara asertif, tidak perlu marah-marah atau mengancang teman adiknya.
Ajarkan padanya untuk bertanya dulu, ada masalah apa? Lebih baik kalau si kakak bisa menjadi penengah yang mendamaikan adik dengan teman-temannya. Bila kakak tidak ada di tempat kejadian atau tidak melihat langsung alias hanya mendapatkan laporan teman-temannya, minta padanya untuk bertanya lebih dahulu ke adik masalah sebenarnya. Hal ini untuk menghindari terjadinya salah paham.
* Adik mendapat intimidasi. Kalau si kakak melihat adiknya mendapat intimidasi apalagi kekerasan, ia wajib membelanya. Namun, bukan dengan ikut berantem atau balik mengintimidasi, tapi melaporkan pada orang dewasa seperti orangtua atau guru. Begitu juga kalau kakak melihat ada barang atau mainan adik diambil temannya, si kakak bisa membantunya meminta barang atau mainan itu secara baik-baik.
* Adik minta bantuan. Kalau adik meminta bantuan kakak, misalnya ada teman yang selalu meledeknya, sudah beberapa kali ditegur masih melakukan hal yang sama, kakak bisa membantu adik dengan mengatakan kepada temannya supaya berhenti meledek adiknya. Bukan dengan mengancam, tetapi cukup dengan mengatakan supaya tidak saling meledek lagi. Umumnya anak-anak usia ini segan bila harus berurusan dengan anak yang lebih besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar