Kekhawatiran berlebihan dari orangtua seringkali justru membatasi bahkan melarang sepenuhnya “eksperimen” yang dilakukan batita.
Misalnya, ketika melihat anak memegang gelang berisi air, Anda langsung mengambilnya karena takut anak menumpahkannya dan membuat lantai basah. Ketika anak ingin menadahkan waah air di tetesan air hujan, Anda langsung meraih tubuh anak, lalu memindahkannya karena takut tubuhnya basah kuyup.
Respons seperti ini dari orangtua berakibat pada anak menjadi malas coba-coba atau bereksperimen. Bila itu kerap terjadi, bukan tidak mungkin hal itu akan menghambat anak untuk mengembangkan banyak kemampuannya seperti kemampuan motorik, analisis, kemampuan koordinasi dan lainnya. Belum lagi dengan banyaknya informasi yang bakal ia terima dari “bereksperimen”.
Titi P Natalia, MPsi, Staf Pengajar Program Studi Magister Psikologi Universitas Tarumanegara Jakarta mengatakan orangtua perlu mendukung “eksperimen” anak dengan baik. Bebaskan, dukung dan fasilitasi anak untuk “bereksperimen”.
Biarkan anak leluasa melakukan berbagai percobaan. Bahkan, orangtua sebaiknya memfasilitasi “eksperimen” anak. Sediakan benda-benda yang sekiranya dapat membuat anak tertarik melakukan “eksperimen”. Seperti gelas plastik, kardus kecil, botol kecil dari plastil, kertas koran, dan sebagainya. Kemudian biarkan anak menggunakannya.
Jangan berhenti di sini, tapi jelaskan pula apa saja yang terjadi saat anak “bereksperimen”. Ketika anak menyobek kertas misalnya, Anda bisa mengatakan, “Lihat kertasnya sobek karena kamu menariknya. Ayo kita sobek lagi!” Kemudian ketika kertasnya akan ditempel Anda bisa katakana, “Ayo oleskan lemnya, lem ini akan merekatkan kertas, lihat kertasnya menempel, kan!” Dengan cara ini, anak mengenal kata lem dan sifatnya lengket sehingga dapat berfungsi sebagai perekat kertas.
Demikian pula dengan “eksperimen” lain, Anda bisa memberikan penjelasan sesuai kondisi yang ada. Intinya saat si kecil bereksperimen, orangtua dapat mengenalkan banyak hal pada anak.
Orangtua atau orang dewasa hanya perlu memastikan semuanya aman dan baik-baik saja. Dampingi dan awasi anak saat bereksperimen. Contoh lainnya, anak menuang air dari gelas ke baskom. Beberapa tetes air mungkin tumpah ke lantai. Jangan sampai tumpahannya membuat lantai licin, sehingga dapat menyebabkan anak terpeleset.
Hal yang tak kalah pentingnya, ciptakan suasana yang menyenangkan saat anak bereksperimen. Dengan suasana yang menyenangkan, ia akan melakukannya lagi dan lagi. Kalau itu kerap dilakukannya, maka ia akan mendapatkan atau mengenal semakin banyak hal baru, sesuatu yang baru, keterampilan baru, dan lainnya. Kelak, apa yang didapat dari hasil “eksperimennya”, akan sangat bermanfaat untuk kehidupannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar