Bismillahirrahmaanirrahim.
Manusia, sebagai makhluk sosial,
memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Demikian juga
dengan anak-anak, sebagaimana orang dewasa, dia juga butuh berinteraksi
dan berkomunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari, interaksi dan komunikasi
antara anak dan orang tua sangat penting, di mana hal ini akan
membentuk kepribadian anak. Dari interaksi, anak belajar banyak hal,
melihat contoh, merasakan dan mengamati. Seluruh sikap dan tingkah orang
tua akan menjadi cermin bagi anak-anaknya. Maka orang tua harus
memberikan contoh terbaik untuk anak-anaknya. Terlebih lagi ibu, karena
secara fitrah, ibulah yang relatif lebih banyak bersama anak. Syair Arab
mengatakan bahwa: al Ummu madrasatul ula: ibu adalah sekolah yang
pertama (buat anak anaknya).
Bagi seorang anak, perhatian dari
orang tua, memiliki arti yang sangat penting. Perhatian akan membuat
jiwanya menjadi kaya, dan merasa dirinya dihargai dan dianggap penting.
Sebaliknya, jika anak kurang mendapatkan perhatian, dia akan merasa
bahwa dirinya tidak penting dan perlahan akan timbul kekecewaan dan
putus asa. Sekecil apapun perhatian orang tua terhadap anaknya, menjadi
penting bagi perkembangan jiwanya. Meski hanya dalam bentuk belaian,
ungkapan/ucapan sayang, senyuman, memuji sikap baiknya, menghargai hasil
karyanya, mendengarkan kisahnya, sesekali menemaninya bermain.
Kedekatan secara psikologis akan terjalin dengan berbagai aktivitas
tersebut. Anak akan merasa nyaman, jiwa nya stabil, dan emosinya
terkendali. Semua ini merupakan modal yang sangat penting bagi kehidupan
anak di masa yang akan datang. Dalam bergaul di tengah masyarakat
kelak, di dalam menghadapi berbagai tugas di tempat kerjanya dan dalam
menyelesaikan seluruh persoalan, kestabilan jiwa, pengendalian emosi dan
perasaan yang nyaman akan sangat dibutuhkan.
Munculnya berbagai
peristiwa kejahatan yang dilakukan oleh anak dan remaja, yang membuat
kita prihatin, adalah menjadi salah satu indikator adanya sesuatu yang
kurang beres dalam interaksi orang tua dengan anak. . Miris
mendengarnya, ketika masih dalam suasana peringatan hari anak nasional
tanggal 23 juli, di Depok, seorang anak umur 14 tahun , melakukan
pembunuhan terhadap 2 orang ( Bapak dan anak), dengan dalih masalah
ekonomi, dia diiming-imingi motor oleh orang yang menyuruhnya untuk
melakukan pembunuhan. Sering juga kita mendengar, kasus –kasus tawuran
pelajar antar sekolah, yang terjadi di berbagai daerah. Kasus-kasus
seperti ini, muncul karena anak tidak mendapatkan kehangatan jiwa, emosi
yang labil mudah tersulut dan perasaan yang tidak nyaman dalam keluarga
dan sekelilingnya. Meski benar bahwa lingkungan akan mempengaruhi
perilaku seorang anak, tapi manakala nilai-nilai dalam keluarganya
kokoh, lingkungan tidak akan memberikan pengaruh besar. Anak punya
imunitas/manaah kuat dari pendidikan orang tua di dalam keluarga.
Kisah sedih seputar perhatian terhadap anak
Beberapa
tahun lalu, pernah dimuat sebuah kisah nyata di sebuah harian nasional,
kisah sedih dari negeri seberang. Di sebuah keluarga yang cukup berada.
Suami istri berkarir di luar rumah. Anak perempuannya selama ini di
rumah ditemani oleh pembantunya saja. Suatu hari, anaknya berharap
ketika ibunya pulang kantor, dia akan menunjukkan hasil karyanya di
sekolah kepada ibunya. Dia berharap sang ibu akan memuji dan menghargai
hasil karyanya. Tapi apa yang terjadi, sang ibu pulang dari kantor tidak
mempedulikan hasil karya anaknya, dan menyuruhnya untuk disimpan dulu,
dia capai mau istirahat.
Duhai, betapa sedih dan hancur hati anak
tersebut. Harapannya hilang, senyumnya hambar, matanya basah diusapnya
dengan ujung jarinya sambil lari menuju kamar pembantunya. Semalaman
sang anak meratapi kesedihannya, kecewa batinnya terhadap sikap ibunya.
Pikirannya mulai mengembara, gerangan apa yang dilakukannya untuk
membalas kekecewaan hatinya.
Syetan pun menggodanya, dan
memberikan inspirasi. Pagi hari ketika ibunya mau berangkat ke kantor,
betapa kaget dan kesal hati sang ibu, ketika mendapatkan body mobil
kesayangannya penuh dengan goresan-goresan kasar dari benda-benda
runcing/tajam. Ini semua dilakukan oleh sang anak, sebagai kompensasi
kekesalan terhadap ibunya. Ibu karena kalap, begitu mengetahui bahwa
semua itu karena ulah anaknya, spontan memukul tangan anaknya dengan
sebuah benda. Tak pernah dibayangkan sebelumnya, ternyata bekas pukulan
tadi membuat tangan anak luka dan tak kunjung sembuh, menjadi borok yang
oleh dokter direkomendasikan agar diamputasi.
Tragis dan
miris…….. Yang tersisa hanyalah penyesalan. Penyesalan besar yang
berawal dari kurang kesadaran dan kemauan seorang ibu untuk bisa
memberikan perhatian tulus kepada anaknya. Jika sudah seperti ini, siapa
yang akan disalahkan? Belajar dari kesalahan orang lain, mestinya
membuat kita sebagai orang tua semakin arif /bijaksana dalam
berinteraksi dengan anak-anak kita. Anak adalah amanah dari Allah yang
kelak harus kita pertanggungjawabkan kepadaNya. Hadir ke dunia dalam
keadaan fitrah, harus kembali kepadaNya juga dalam keadaan fitrah. Kullu
maulidin yuuladu alal fitrah. Selamat menikmati hari bersama buah hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar