Keluarga adalah lingkup pertama di mana anak-anak
mendapatkan nilai dan norma pendidikan, pengajaran, dan pengalaman
hidup. Tidak bisa disangkal lagi bahwa keluarga menjadi basic
pembentukan kepribadian anak sebelum mereka mampu beradaptasi dengan
baik di lingkungan luar untuk menyerap dan mengolah nilai-nilai hidup
yang mereka temui.
Dalam keluarga, kecenderungan anak untuk meniru
kebiasaan ayah dan ibu mereka lebih besar dari pada meniru anggota
keluarga lain di rumah yang sama seperti kakek, nenek, saudara mereka
atau pembantu. Sebab, keberadaan orang tua menjadi sosok yang intensitas
pertemuannya lebih rapat dengan mereka, terutama pada anak-anak yang
masih berada di golden age zone (usia emas, 0-5 tahun). Pada
tahap ini anak akan menyerap apa saja yang mereka dapat dari orang tua
sebagai suatu stimulus, memprosesnya dalam bentuk skema dan pola
informasi yang mereka bangun dalam pikiran, lalu mengeluarkannya dalam
bentuk respon kongkret. Jadi, jelaslah bahwa ayah dan ibu adalah agen
kontrol sosial bagi anak-anak.
Dewasa ini pemahaman pada orang tua
bahwa mereka adalah objek pertama yang akan dicontoh oleh anak-anak
mereka sangat membantu membentuk pola asuh yang tepat bagi perkembangan
si anak. Sudah tidak zamannya lagi anak dikenalkan pada pola asuh
otoriter yang mengekang kebebasan mereka untuk bereksplorasi dan
menghambat kreativitas mereka untuk mencoba hal-hal baru. Ataupun pola
asuh yang memanjakan si anak, menurutkan semua keinginan mereka hingga
anak jarang tumbuh mandiri setelah remaja bahkan dewasa kelak.
Sebagai
seorang psikolog yang berkecimpung dalam dunia psikologi sosial, Albert
Bandura mengemukakan pendapatnya tentang perilaku anak yang
memperhatikan, menyerap dan melakukan apa yang orang dewasa lakukan di
sekitar mereka dalam Social Learning Theory. Teori ini
memfokuskan di mana orang tua akan menjadi model bagi anak-anak mereka
dalam usia pertumbuhan awal untuk dicontoh apapun perbuatan dan perilaku
yang sering ayah atau ibu lakukan di hadapan anak-anak.
Sebenarnya,
pada masa di mana orang tua menjadi objek yang dicontoh oleh anak
adalah kesempatan emas bagi para orang tua untuk memperkenalkan anak
dengan norma dan nilai yang patut dalam kehidupan.
Dengan demikian, anak
akan tahu dan memiliki dasar dalam pemahaman hidup mereka karena
pengajaran yang diberikan oleh orang tua sejak dini. Perlunya kita
menekankan tentang akhlak terpuji pada anak sejak mereka masih dini,
mengajarkan bagaimana seharusnya bertindak dan berperilaku, dan tidak
melakukan tindakan kekerasan atau pembicaraan kasar di depan anak usia
empat tahun ke atas adalah keharusan yang menjadi urgen untuk
dilakukan para orang tua saat ini, mengingat kondisi anak yang masih
berada pada titik kritis pertumbuhan dalam hal membangun paradigma dari
perlakuan yang ada di sekeliling mereka. Akan fatal sekali akibatnya
bagi perilaku anak ketika ia besar nanti apabila di depan matanya mereka
melihat orang tua yang saling menyakiti, mendengar kata-kata kasar,
atau bahkan mendapatkan perlakuan seksual dari orang tua yang dapat
membuat mereka trauma dan membangun konsep pemikiran yang salah.
Hal
ini terlihat sepele, namun sebenarnya adalah dasar untuk anak membentuk
siapa mereka, karena sejatinya keluargalah yang memberikan wadah jati
diri itu. Harus dan mutlak menjadi masalah bersama bagi kita apabila
masih ada orang tua yang belum sadar kalau mereka adalah model pertama
yang ditemui anak mereka dan akan dicontoh oleh anak mereka.
Kedekatan
atau kecenderungan seorang anak perempuan pada ayah mereka adalah hasil
dari pembelajaran yang diserap dari sosok ibu, merasa si anak satu
gender dengan ibu dan melihat kedekatan ayah dan ibu, lalu ibu berusaha
untuk berlaku sopan pada ayah dan ia lihat ayah membutuhkan sosok ibu,
maka nilai yang dia ambil itu membentuk dirinya untuk menjadi “ibu
kecil” di hadapan ayah dengan memberi stimulus seperti yang ia lihat
dari ibunya. Begitu pula halnya dengan anak lelaki yang cenderung
memiliki kedekatan pada sang ibu, karena ia mendapat pengajaran bahwa
sosok ayah sangat dibutuhkan ibu, maka di hadapan sang ibu ia berusaha
untuk menjadi “ayah kecil” bagi ibunya. Ini adalah bentuk pengamatan
sederhana yang anak kita lakukan saat ia melihat kebiasaan orang tuanya
di rumah, dan jangan sampai kita rusak itu dengan memberi stressor
melalui tindakan kita sebagai orang tua yang tidak memberi contoh baik
seperti bertengkar di depan mereka atau bahkan saling tidak mengacuhkan.
Setiap
anak membutuhkan bimbingan dari orang tua, meskipun dalam kondisi hidup
yang berbeda. Anak yang punya orang tua karier sebenarnya sama butuhnya
perhatian itu dengan anak yang orang tua mereka di rumah saja, atau
bahkan anak yang hidup dalam area kekurangan. Masalah yang sering
terjadi sekarang adalah ketika si anak dibesarkan dalam dunia yang orang
tua mereka adalah orang sukses dan pekerja keras, jarang di rumah dan
hanya menyediakan materi yang dibutuhkan anak tanpa memberi mereka
perhatian, maka respon yang anak beri kepada orang tua kurang lebih sama
dengan yang orang tua mereka beri. Jadi, bukanlah kesalahan mutlak si
anak bila ia apatis atau tidak peduli dengan keadaan orang tuanya bila
suatu saat orang tuanya sakit, karena nilai yang dari awal diajarkan
orang tua adalah nilai tidak peduli dan sibuk urus urusan masing-masing.
Hingga rasa kederdekatan antara orang tua dan anak itu sangat renggang
sekali, karena komunikasi yang dibangun sangat jarang. Akibatnya, anak
akan tertutup dan merasa nyaman dengan teman sebaya mereka yang selalu
ada untuk mereka. Biasanya, kondisi inilah yang bisa membawa anak kita
dalam dunia pergaulan bebas. Sedangkan pada anak yang orang tuanya
selalu mengawasi, terkadang ada juga kesalahan yang dilakukan orang tua.
Orang tua yang selalu bersama anaknya akan lebih mengekang si anak
untuk bereksplorasi dengan bebas karena mereka merasa takut akan terjadi
suatu hal pada anak mereka. Akibatnya anak menjadi tidak kreatif dan
tidak bisa mandiri, kecenderungan akan tergantung pada ayah atau ibu
membuat mereka tidak mau mencoba dunia mereka karena takut ayah atau ibu
tidak mengizinkan dan memarahi mereka. Biasanya pada kondisi ini anak
akan meniru tindakan yang orang tua beri pada mereka pada anak mereka
berikutnya. Begitu pula halnya anak yang dibesarkan dalam kondisi
kekurangan, fakta menunjukkan dalam kondisi ini anak banyak mengalami
keterguncangan akibat dari orang tua mereka yang sering cekcok, kerasnya
hidup dan kehidupan mengajarkan anak terlalu mandiri hingga jalan
pintas yang mereka ambil sebagai pengajaran yang mereka dapat dari ayah
atau ibu mereka adalah dengan menjadi pengemis, sungguh kondisi yang
sangat menyedihkan.
Ulasan di atas adalah fakta yang kerap kali
terjadi, namun sebenarnya dengan kondisi kehidupan seperti apapun setiap
anak memiliki hak yang sama untuk mendapat perhatian yang sama dari
orang tua mereka. Dan setiap anak punya cara untuk mencontoh apa yang
orang tua mereka lakukan. Jadi, sebagai orang tua mulai sekarang pahami
apa yang dibutuhkan anak kita dalam masa tumbuhnya, sebab pengajaran
yang tepat akan memberi pondasi anak untuk tumbuh menjadi manusia tanpa
tekanan saat dewasa nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar