Di antara langkah manajemen konflik adalah rasionalisasi antara
idealisme dan realisme sehingga tercapai titik temu kompromis yang
positif sebagaimana dikatakan oleh Syeikh Musthafa Masyhur: “Kita
kompromi untuk mengambil pilihan yang maslahat lebih baik daripada
bercerai untuk pilihan yang paling maslahat (ashlah) dan kita kompromi
untuk mengambil pilihan yang benar lebih baik daripada kita bertengkar
untuk pilihan yang paling benar”.
Di antara metode efektif untuk
menunjukkan dan merubah kebiasaan, sikap, persepsi, pikiran dan
pendirian orang lain yang salah tanpa menimbulkan kejengkelan,
kedongkolan dan ketegangan yaitu:
1. dengan lebih dahulu menunjukkan kebaikan dengan pujian dengan tulus ikhlas
2. dengan menunjukkan kesalahan orang secara tidak langsung sebab banyak orang yang tidak suka digurui dan dikuliahi
3. Dengan membicarakan lebih dahulu kesalahan dan cacat sendiri, sebelum melancarkan kecaman kepada orang lain
4. Memberi perintah dalam bentuk dan nada suatu usulan sebab tidak ada orang yang suka diperintah
5.
Mencoba tidak menyinggung perasaan dan titik sensitif orang lain, sebab
setiap orang menginginkan tetap terpeliharanya rasa harga dirinya.
6.
Memberikan dorongan dengan memuji perbaikan yang telah diusahakan
betapapun kecilnya, dan pujian ini dilakukan dengan senang hati dan
penuh semangat.
7. memberikan reputasi baik kepada orang lain sebagai kekuatan moral sehingga ia harus mempertahankannya
8. Memuji, membesarkan hati dan menyikapi seolah kesalahan orang lain itu mudah dibetulkan
9. Usahakan agar orang lain suka melakukan apa yang Anda inginkan.
Rumah
tangga ibarat tanaman memerlukan siraman, pupuk dan sinar di samping
penjagaan dan perawatan dari yang mengganggu pertumbuhannya, maka rasa
cinta, perhatian dan simpati merupakan kebutuhannya. Semuanya itu dapat
didukung dengan beberapa kiat untuk menambah simpati orang lain dan
meningkatkan kebahagiaan rumah tangga di antaranya yaitu:
1.
Jangan sering dan cepat merengek. Menurut laporan Boston Post bahwa
banyak wanita dunia yang merusak kebahagiaan rumah tangganya dengan
rengekan-rengekannya
2. Cintailah dan biarkanlah hidup dengan cara
sendiri menurut kecenderungan fitrinya dan jangan mencoba merubah hidup
pasangan Anda. Psikolog L.F. Wood dalam Growing Together in the Family
menyatakan bahwa sukses dalam perkawinan tidak bisa dicapai dengan
menemukan pandangan yang serasi dan hebat, melainkan dicapai dengan
menjadi sendiri pasangan yang serasi dan hebat. Demikian pula Prof.
Henry James menegaskan bahwa yang pertama-tama diperlukan dalam
pergaulan ialah tidak mencampuri cara khusus orang lain dalam mencari
dan menemukan kebahagiaannya, asal caranya tidak bertentangan dengan
norma dan caranya sendiri dalam menemukan kebahagiaan.
3.
Menjauhkan perceraian dengan menghindari banyak cerewet, mengomel dan
mengumpat karena berharap yang terlalu banyak pada pasangan secara tidak
proporsional dan realistis
4. Berilah secara spontan pujian, terima kasih dan penghargaan terhadap hasil usaha orang lain betapapun kekurangannya
5.
Memberikan attensi-attensi kecil kondisional yang dapat meredam potensi
konflik. Menurut cerita, George M. Cohan, raja teater di New York
sesibuk apapun masih menyempatkan waktu untuk menelpon dua kali sehari
kepada keluarganya.
Hal seperti itu juga terjadi pada seorang
ulama fiqih di Madinah Dr. Abdullah Az-Zahim yang selalu menelpon
istrinya setibanya di kampus untuk menanyakan kabarnya dan
memberitahukan kesampaiannya di kampus. Tujuan semua itu ialah untuk
membuktikan bahwa Anda ingin menggembirakan pasangan Anda, dan bahwa
kebahagiaan, kondisi dan hidupnya sangat berarti bagi Anda dan menjadi
perhatian Anda selalu. Para pasangan khususnya kaum wanita sangat
memperhatikan hari-hari penting dalam kehidupannya seperti hari
kelahiran dan perkawinannya yang sensitif bila dilupakan oleh pasangan.
Rayakan bersama secara islami atau minimal berikanlah hadiah atau
ucapkanlah selamat ataupun sekadar percakapan kenangan. J. Sabbath,
seorang hakim kondang di Chicago telah menyidangkan 40.000 kasus proses
perceraian, dan berhasil mendamaikan 200 suami istri. Katanya: “Di
antara peredam konflik dalam perkawinan yang paling banyak justru
hal-hal remeh. Suatu hal kecil misalnya, jika sang istri melambaikan
tangannya ketika suaminya pergi bekerja bisa mencegah perceraian.”)
6. Bersikaplah hormat dan sopan-santun kepada orang lain terlebih pasangan hidup
7. Berusaha mempelajari dan memperbaiki penampilan seksual.
Dr.
G.V. Hamilton dalam What is wrong with marriage menyatakan bahwa
kebanyakan problem-problem dalam perkawinan timbul karena konflik
seksual dan kesesuaian syahwati yang kurang baik. Pendeknya banyak
kesukaran dalam perkawinan karena faktor lain yang bisa diabaikan asal
hubungan syahwatinya memuaskan. Dr. P. Popenoe, konsultan ahli Lembaga
Masalah Perkawinan di Los Angeles menyimpulkan penyebab utama kandasnya
perkawinan ialah:
a. tidak ada keserasian syahwati,
b. kurang kompak penggunaan waktu luang,
c. kesulitan keuangan,
d. cacat rohani, jasmani dan perasaan.
Islam
mengharuskan setiap muslim agar bersikap adil, baik terhadap orang yang
dicintai maupun yang tidak disukai. “Hai orang-orang yang beriman,
hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran)
karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan
bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.” (QS. Al-Maidah:8) Implementasi sikap adil ini merupakan
salah satu kunci keberhasilan dalam manajemen konflik untuk mengikis
gejala fanatisme dan egoisme serta meredam ketegangan komunikasi
Penutup: Evaluasi dan Introspeksi Bersama dalam Manajemen Konflik
Manajemen
konflik ini sangat penting bagi setiap pasangan yang masih peduli arti
penting keutuhan rumah tangga dan melanjutkan bahtera keluarga sampai ke
tempat tujuan serta menganggap bahwa tiada harta yang paling berharga
selain keluarga dan tiada mutiara seindah keluarga sebagaimana pesan
theme song sinetron Keluarga Cemara di televisi.
Manajemen konflik
ini penting untuk dipelajari dan dibiasakan terutama bagi pasangan yang
masih peduli arti kesalehan bukan hanya kesalehan pribadi melainkan
juga kesalehan keluarga artinya baik terhadap keluarga dan membawa
keluarga kepada yang lebih baik secara lahir dan batin, sebagaimana
sabda Nabi saw. : “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik sikapnya
terhadap keluarganya dan saya adalah orang yang paling baik terhadap
keluarganya.”
Hal ini penting bagi pasangan yang bukan penganut
trend keblinger wajarisasi perceraian dan trend single parent
sebagaimana yang dialami oleh sederetan artis, kaum selebritis, orang
terkenal dan figur publik seolah perceraian merupakan hal yang wajar
meskipun bagaimanapun juga sebenarnya sebuah tragedi perjalanan hidup
manusia. Yaitu pasangan yang terlibat konflik rumah tangga dan tetap
berusaha mencari jalan kompromi, rujuk, berhenti bertengkar dan
berselisih serta kembali bekerja sama dengan memaklumi kekurangan dan
memaafkan kesalahan masing-masing demi melanjutkan bersama perjalanan
bahtera rumah tangga dan masa depan anak-anak.
Sebagai latihan
praktis dalam manajemen konflik rumah tangga ada baiknya menggunakan
evaluasi di antaranya pertanyaan-pertanyaan kecil ini yang merupakan
saduran dari tulisan Emmet Crozier di American Magazine dengan beberapa
penyesuaian dan editing mengenai faktor penyebab mengapa perkawinan bisa
gagal dan kandas di tengah jalan.
Apakah Anda masih mencumbu
pasangan Anda, dan kadang-kadang membawakan makanan atau bunga
kepadanya? Apakah Anda memberinya hadiah pada hari lahirnya dan pada
hari ulang tahun perkawinan (Hadits Nabi saw. tahadauw tahabbu: Saling
memberikan hadiahlah kalian niscaya akan saling mencintai) Apakah Anda
memberi attensi yang tak terduga-duga kepadanya atau menunjukkan bukti
kasih-sayang Anda? Apakah Anda berusaha tidak mengecam pasangan Anda
terutama di depan orang lain? Apakah Anda berusaha memahami berbagai
perasaan pasangan Anda dan komit untuk membantunya dalam mengatasi
sat-sat kesulitan, keletihan, kegelisahan dan cepat marah? Apakah
sedikitnya setengah dari waktu luang Anda gunakan untuk berdekatan
dengan pasangan Anda? Apakah Anda sedemikian arif dan bijaksana untuk
tidak membanding-bandingkan pasangan Anda dengan orang lain baik dari
segi penampilan fisik, pemenuhan kewajiban, pelayanan dan attensi?
Apakah
Anda sungguh-sungguh memperhatikan kehidupan intelektual, interaksi
sosial, pergaulan perkumpulan dan bacaan pasangan Anda maupun
pemikirannya (fikrahnya) tentang berbagai masalah sehingga bisa diskusi
dan nyambung? Apakah Anda berusaha mencari alasan untuk memuji dia dan
menunjukkan rasa kagum kepadanya? Apakah Anda telah membiasakan diri
mengucapkan terima kasih atas hal-hal kecil yang ia lakukan untuk Anda
dan juga mengucapkan permohonan maaf untuk setiap kesalahan yang Anda
lakukan? Apakah Anda sudah memberikan kemerdekaan penuh kepada pasangan
Anda untuk menjalani aktivitas, karier, kehidupan, pilihan-pilihan dalam
hidup? Apakah Anda berusaha untuk selalu bersikap sebaik-baiknya,
seriang-riangnya, seceria-cerianya bila sedang berkumpul bersama supaya
ia ikut riang dan senang? Apakah Anda berusaha menjadikan pelayanan Anda
kepadanya bervariatif dan bahkan mengejutkan untuk menghindari
kejenuhan dan kebosanan?
Apakah Anda memiliki pengertian tentang
pekerjaan yang dilakukan oleh pasangan Anda sehingga dapat membahasnya
bersama? Apakah Anda bisa memikul bersama segala kesulitan-kesulitan
pasangan Anda dalam menunaikan kewajiban-kewajibannya? Apakah Anda
berusaha untuk bisa bergaul sebaik-baiknya dengan keluarga pasangan
Anda? Apakah Anda berpakaian dan berpenampilan sesuai dengan selera dan
keinginan pasangan Anda? Apakah Anda mengabaikan perbedaan dan
perselisihan kecil yang tidak prinsipil demi memelihara keutuhan dan
kedamaian rumah tangga? Apakah Anda berusaha mempelajari olahraga,
permainan dan hiburan yang disukai oleh pasangan Anda, sehingga Anda pun
bisa melakukannya dalam waktu senggang dan bermanfaat bagi semuanya?
Wallahu A’lam
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2009/11/03/4562/mengelola-konflik-keluarga-menjadi-daya-rekat-bagian-ke-2/#ixzz36OBzvRHi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar