Islam merupakan agama terakhir yang diturunkan Allah swt dan merupakan agama yang Rahmatan Lil’aalamiin.
Maknanya, risalah Islam mampu menjangkau seluruh umat manusia hingga
akhir zaman nanti (Qs. al-Anbiya’: 107). Ajaran Islam memuat seluruh
perangkat aturan dan hukum yang mampu menjangkau manusia di mana pun dan
kapanpun. Seluruh aspek kehidupan manusia diajarkan dalam Islam, baik
itu aspek kehidupan dalam keluarga, hubungan keluarga dengan masyarakat,
hingga hubungan seorang hamba kepada Tuhannya.
Salah satu aspek
kehidupan yang paling mendasar adalah kehidupan keluarga. Keluarga
merupakan faktor utama pembentuk kepribadian manusia. Keluarga yang baik
merupakan tempat paling aman dan nyaman bagi seluruh anggota
keluarganya. Setiap anggota keluarga memiliki peranannya masing-masing.
Salah satu anggota keluarga yang umumnya menjadi pusat perhatian dari
anggota keluarga yang lain adalah anak. Seorang anak tentu saja harus
terdidik dan terbina akhlaknya dengan baik sejak usia dini. Sebab hal
ini akan mempengaruhi kehidupan dirinya di masa yang akan datang.
Prinsip Dasar Akhlak
Akhlak
berasal dari bahasa Arab yang berarti tabiat, perangai, dan kebiasaan.
Dalam al-Qur’an ditemukan bentuk tunggal dari kata akhlaq yaitu khuluq
(Qs. al-Qalam: 4). Akhlak ibarat kelakuan manusia yang membedakan baik
dan buruk. Lalu disenangi dan dipilih yang baik untuk dipraktikkan dalam
perbuatan, sedang yang buruk dibenci dan dihilangkan (Ainain,
1985:186). Kata yang setara dengan akhlak adalah karakter.
Karakter berasal dari bahasa Yunani “charassein” yang berarti “to engrave”
(Ryan and Bohlin, 1999:5), yang bisa diterjemahkan dengan mengukir,
melukis, memahatkan, atau menggoreskan (Echols dan Shadily, 1995:214).
Menurut Thomas Lickona, karakter mulia (good character) meliputi pengetahuan tentang kebaikan (moral knowing), lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan (moral feeling), dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan (moral behavior).
Dari
pengertian di atas dapat dipahami bahwa karakter identik dengan akhlak,
yang merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang meliputi seluruh
aktivitas manusia, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata
krama dan budaya. Pemahaman yang baik tentang konsep akhlak merupakan
sarana yang dapat mengantarkan seseorang untuk berperilaku dan berakhlak
mulia seperti yang dipesankan oleh Nabi Muhammad saw dalam haditsnya,
yang diriwayatkan oleh Abdullan Ibn Amr, “Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. At Tirmidzi).
Keseluruhan
ajaran Islam tercantum dalam al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad saw.
Termasuk penentuan baik dan buruknya akhlak seseorang dinilai
berdasarkan kedua sumber tersebut, bukan berdasarkan anggapan manusia.
Tujuan Islam sudah pasti untuk membentuk manusia menjadi seseorang yang
berkarakter dan berakhlak mulia. Akhlak dan karakter yang mulia tidaklah
muncul tanpa sebab, melainkan terbentuk melalui berbagai tahap dalam
kehidupan. Salah satunya melalui pendidikan karakter yang diterapkan
sejak dini.
Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Anak
Anak
merupakan karunia terindah yang diberikan Allah swt kepada sepasang
suami-istri. Dalam al-Qur’an, anak digambarkan sebagai perhiasan hidup
dan kesenangan di dunia (Qs. al-Kahfi: 46 dan Qs. Ali Imron: 14).
Keberadaan anak dalam suatu keluarga akan menjadikan keluarga itu terasa
lebih hidup, harmonis, dan menyenangkan. Anak merupakan amanah besar
bagi kedua orang tua yang kelak akan dipertanggungjawabkannya di
akhirat. Orang tua wajib memelihara, mendidik, menjaga, dan menyantuni
anak-anak mereka dengan penuh rasa tanggung jawab dan kasih sayang.
Islam menjadikan orang tua bertanggung jawab terhadap pendidikan
keislaman bagi anak-anaknya sebagaiana dijelaskan dalam surat at-Tahrim
ayat 6. Anak merupakan generasi penerus umat yang hendaknya telah
terbina sejak masa kecilnya agar kelak mampu menjadikan dirinya sebagai
manusia yang berakhlak mulia, berkarakter, dan bermanfaat bagi orang
lain.
Pada usia 0 sampai 6 tahun, otak manusia berkembang dengan
sangat cepat hingga 80 %. Pada usia tersebut, otak menerima dan menyerap
berbagai macam informasi, tanpa melihat apakah informasi itu baik atau
buruk. Pada usia ini, seorang anak akan sangat sensitif dan peka dalam
mempelajari dan meniru sesuatu yang dilihat, dirasaka, dan didengarkan
dari lingkungannya. Itulah masa-masa dimana perkembangan fisik, mental,
maupun spiritual anak akan mulai terbentuk yang sering dinamakan sebagai
masa emas anak (golden age).
Para orang tua hendaknya
memanfaatkan masa emas seorang anak untuk mulai memberikan pendidikan
karakter yang baik bagi anak. Pendidikan karakter yang diberikan kepada
anak sejak usia dini bukanlah suatu hal yang dilakukan untuk mengekang
dan menekan fitrah seorang anak. Tetapi bertujuan untuk mengembangkan
potensi positif pada anak yang bersesuaian dengan fitrah anak yang hanif (condong pada kebenaran).
Ada
dua aspek penting yang harus ditanamkan kepada anak-anak sejak usia
dini, yaitu iman dan akhlak. Beberapa isyarat dan petunjuk tentang
pendidikan anak dikisahkan dalam alQur’an surat Luqman ayat 13 bahwa
yang pertama kali diajarkan adalah tauhid (mengenal Tuhan) disusul
kemudian dengan pendidikan akhlak yang dijelaskan dalam surat serupa
ayat 14-17. Demikian pula dengan yang diajarkan Rasulullah, Muhammad
saw, kepada umatnya, yaitu menekankan aspek akidah lalu disusul dengan
akhlak.
Bagaimana Mendidik Anak Dengan Baik?
Berhasil
mendidik anak dengan baik adalah impian semua orang tua. Hal terpenting
dalam mendidik anak adalah memberikan dan menjadi teladan yang baik
bagi mereka. Karena pada dasarnya, manusia melakukan sesuatu berdasarkan
contoh dari orang lain dan lingkungannya. Sebuah kutipan dari Robert
Fulghum, “Jangan mengkhawatirkan bahwa anak-anak tidak mendengarkan
Anda. Khawatirkanlah bahwa mereka selalu mengamati Anda.”Ketika
mendakwahkan tentang agama Islam kepada bangsa Quraisy, Rasulullah saw
tidak sekedar berbicara atau menjelaskan teori-teori belaka. Namun,
beliau juga mencontohkan melalui perbuatan, perkataan, dan perilaku
beliau dalam kehidupannya sehari-hari.
Hal ini menunjukkan bahwa
memang, untuk membentuk akhlak dan karakter seseorang adalah dengan
mencontohkan kepadanya hal-hal baik yang dapat ditirunya dan pada
akhirnya akan menjadi kebiasaannya, dan membentuk pribadinya yang
berakhlak mulia.
Al-Qur’an dan as-Sunnah telah menjelaskan beragam
tuntunan dan cara yang dapat ditempuh para orang tua untuk membentuk
akhlak dan karakter anak. Berikut ini adalah beberapa tuntunan dalam
rangka pendidikan karakter untuk anak.
1. Menanamkan Pemahaman
tentang Islam yang Benar Sejak Dini dan Memberikan Pendidikan yang
Seimbang (antara keilmuan, rohani dan jasmaninya).
Pemahaman
tentang agama merupakan hal mendasar yang harus dimiliki oleh setiap
manusia. Bagi seorang muslim, maka sudah menjadi keharusan baginya untuk
mengenal dan memahami agama Islam dengan baik. Hal pertama yang harus
ditanamkan adalah tauhid dan akidah. Perlu diingat, bahwa anak kecil
memiliki pola pikir yang berbeda dengan orang dewasa. Sehingga dalam
memberikan pemahaman pun orang tua harus memiliki trik yang tepat yang
sesuai dengan jangkauan pemahaman si anak agar ia bisa memahami dengan
benar. Selain itu, ajaran-ajaran Islam lainnya harus diajarkan kepada
anak secara bertahap. Seperti cara shalat, berwudhu, mengaji,
menceritakan kisah-kisah para Nabi dan Rasul serta para sahabat, dan
melatih anak untuk menghafal beberapa doa pendek seperti doa hendak
makan, hendak tidur, dan sebagainya.
Memberikan pendidikan yang
seimbang juga penting bagi tumbuh-kembang anak. Jangan sampai anak
tumbuh menjadi seorang yang cerdas dan berprestasi, namun tidak
dibarengi dengan pemahaman akan agama. Seimbangkanlah pendidikan pada
anak agar ketika tumbuh dewasa mampu menjadi seorang yang cerdas,
berprestasi dan juga paham agamanya dengan baik. Sehingga akan
terwujudlah seorang muslim yang berkarakter cerdas dan berakhlak mulia.
Fisiknya pun harus terlatih sejak dini, sebab jiwa dan mental yang kokoh
akan mampu berhadapan dan bertahan dengan keadaan sesulit apapun.
Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah swt dan
rasul-Nya daripada mukmin yang lemah. Meskipun, pada keduanya terdapat
kebaikan.
2. Mencontohkan dan Membiasakan Anak untuk Berperilaku yang Baik
Orang
tua merupakan teladan terdekat bagi anak. Orang tua hendaknya mengikuti
teladan terbaik yaitu Nabi Muhammad saw. Banyak hal baik yang bisa
dicontohkan kepada anak. Seperti memberikan sedekah kepada fakir miskin,
suka menolong, pemberani, sabar, dan rendah hati, menghormati orang
lain dengan berkata-kata dan bersikap yang sopan.
Demikian pula
halnya dengan membiasakannya shalat, berdoa jika hendak melakukan
sesuatu, menjaga kebersihan, mengucapkan dan membalas salam, meminta
maaf dan berterima kasih, dan beragam akhlak mulia lainnya. Untuk anak
perempuan, biasakanlah untuk memakai pakaian yang syar’i dan menutup
auratnya sejak kecil, agar ketika dewasa nanti ia akan lebih mudah untuk
menggunakan hijab yang syar’i.
3. Menumbuhkan Pemahaman Positif kepada Anak tentang Dirinya
Pemahaman
positif pada anak sejak usianya masih dini dapat ditumbuhkan dengan
cara memberikan kepercayaan kepada anak untuk mengambil keputusan
terkait dirinya sendiri. Biarkan ia belajar bertanggungjawab atas apa
yang dipilih untuk dilakukannya. Jangan mencela pendapatnya karena akan
membuatnya merasa tidak dihargai. Selain itu, kenalilah potensi dan
bakat yang dimiliki anak sehingga orang tua bisa membantu mengarahkan
anak untuk mengembangkan potensinya, tanpa menekannya baik secara
langsung atau secara halus, dan seterusnya.
Berikan ia motivasi,
biarkan anak bereksplorasi dan berikanlah keleluasaan baginya untuk
mengembangkan sayap-sayap mungilnya sehingga membuatnya terbang hingga
berhasil mencapai langit yang ia impikan, dengan tetap mengawasi dan
memberikan pemahaman-pemahaman yang baik baginya.
Biasakan juga
anak untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya
agar ia memiliki kemampuan bersosial yang baik. Tetap awasi lingkungan
tempat anak bermain; dengan siapa saja ia bergaul, dan
kebiasaan-kebiasaan lainnya. Ciptakanlah lingkungan yang baik dan sehat
untuk anak yang akan menumbuhkan karakter sehat dan baik baginya.
4. Membangun Komunikasi yang Baik dengan Anak
Membangun
komunikasi yang baik dengan anak adalah adanya keterbukaan antara
keduanya. Hal ini mencerminkan adanya rasa saling percaya satu sama lain
yang akan membantu dalam memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi
oleh masing-masing pihak, khususnya anak. Tumbuhkanlah rasa nyaman di
hati mereka ketika sedang bercerita. Berikanlah respon yang positif yang
tidak berkesan menggurui atau memerintah, namun lebih kepada perasaan
bahwa orang tua sangat memahami mereka.
Berikanlah perhatian yang
cukup dan juga sentuhan sebagai bentuk rasa sayang orang tua kepada
anak. Rasulullah saw mengajarkan kepada para orang tua mengasihi
anak-anak. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah Ra, “Pada
suatu hari Rasulullah saw mencium al-Hasan atau alHusein bin Ali Ra.
Ketika itu, Agra’ bin Habis at-Tamimiy sedang berada di rumah baginda.
Berkata Agra’, “Ya Rasulullah! Aku mempunyai sepuluh orang anak, tetapi
aku belum pernah mencium seorang pun dari mereka.” Rasulullah melihat
kepada Agra’ kemudian berkata, “Siapa yang tidak mengasihi tidak akan
dikasihi.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kesimpulan
Manusia
adalah mahluk Tuhan yang dianugerahi kebebasan dan kemerdekaan.
Kebebasan untuk patuh atau mengingkari-Nya, kebebasan untuk bersyukur
atau mengingkari nikmat-Nya (Qs. an-Naml: 40) dan seterusnya. Namun
patut diingat, bahwa kebebasan yang diberikan Tuhan kepada manusia,
menuntut konsekuensi-konsekuensi pertanggungjawaban sebagai bentuk
keadilan-Nya.
Menempuh jalan kebaikan berarti surga, dan menempuh
jalan kejahatan berarti neraka. Itulah keadilan Tuhan. Namun demikian,
Tuhan memiliki rahmat tanpa batas yang bisa diberikan kepada siapa pun
yang dikehendaki-Nya. Itulah kehendak mutlak Tuhan.
Mewujudkan seorang mukmin yang berakhlak mulia, berkarakter, berkualitas, serta mampu menjadi khalifah dan ‘abid
di muka bumi ini bukanlah hal yang patut untuk disepelekan. Melainkan
harus diperhatikan bagi setiap orang tua yang ingin agar anak didiknya
bisa tumbuh dan menjadi manusia yang baik. Tidak hanya di hadapan
manusia namun juga di hadapan Allah swt.
Mewujudkannya bukanlah
hal yang sulit, namun bukan juga hal yang mudah. Hal itu menjadi
tanggung jawab bersama bagi kedua orang tuanya. Pembiasaan yang baik
sejak usia dini serta pendidikan agama yang baik, dapat membantu
mewujudkan seorang muslim berakhlak mulia, berkarakter, berkualitas,
serta mampu menjadikan dirinya bermanfaat bagi dirinya, sesamanya,
lingkungan, bangsa, dan agamanya.
Wallaahu A’lam, semoga bermanfaat. Jazakumullah khair.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar