Posisi anak dalam keluarga ada dua. Pertama, sebagai penyambung
generasi –lihat QS. Al-Anbiya (21): 89. Sebagai penyambung generasi,
anak menjadi pewaris karya yang dihasilkan orang tuanya –lihat QS. 19:
6.—dan penyejuk jiwa orang tuanya –lihat QS. Al-Furqan (25): 74. Yang
kedua, sebagai pelanjut tugas dan cita-cita orang tuanya –lihat QS.
Al-Furqan (25): 74.
Perlakuan orang tua terhadap anaknya sangat
dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama, faktor harapan dan cita-cita
berkeluarga kedua orang tuanya. Cita-cita adalah harapan tertinggi yang
sangat ingin diraih yang diupayakan dengan rencana dan segala kemampuan
yang paling maksimal. Sebab, membentuk keluarga bukanlah tujuan, tapi
sarana untuk mencapai sebuah tujuan. Karena itu, pastikan Anda tidak
salah dalam menetapkan cita-cita berkeluarga.
Faktor yang kedua
adalah kesadaran untuk melaksanakan tugas terpenting dalam berkeluarga.
Apakah tugas terpenting dalam berkeluarga itu? Allah swt. menyebebutkan
dalam QS. At-Tahrim (66): 6,
“Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan bebatuan; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras,
mereka tidak mendurhakai Allah dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya.”
Jadi, keluarga sukses adalah keluarga yang di dunia berhasil menjalankan misi sebagai
pemimpin orang yang bertakwa dan di akhirat, berhasil mencapai visinya
terbebas dari neraka. Inilah makna dari doa yang kita pinta: rabbana aatinaa fiid dunya hasanah wa fiil akhirati hasanah wa qinaa ‘adzaaban naar.
Ya Tuhan kami, berilah kami kebahagiaan di duniah dan kebahagiaan di
akhirat; dan jauhkan kami dari api neraka. Allah swt. berfirman, “Maka
barangsiapa yang telah dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam
surga, maka sungguh ia telah sukses.” [QS. Ali Imran (3): 185]
Untuk
meraih kesuksesan dalam berkeluarga, posisi anak menjadi penting.
Jadikan anak sebagai aset penting untuk meraih sukses keluarga.
Perlakukan dan persiapkan mereka agar mampu menjadi pemimpin umat dan
bangsa; perlakukan dan bekali mereka agar mampu menjadi penyelamat orang
tua dan keluarganya dari neraka.
Ada dua ciri yang menandakan bahwa Anda telah merasakan anak Anda adalah aset penting keluarga, yaitu:
1. Jika ada rasa khawatir jika anak yang dititipan Allah kepada Anda tidak menjadi seperti yang diamanahkan.
2. Jika ada rasa cemas jika anak yang sebagai modal berharga untuk meraih sukses keluarga menjadi sia-sia tidak berguna.
Allah swt. pun menyuruh kita, orang tua, punya rasa khawatir terhadap anak-anak kita.
“Dan
hendaklah takut (cemas) orang-orang yang seandainya meninggalkan di
belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
keadaan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” [QS. An-Nisa (4): 9]
Di
ayat itu juga Allah swt. memberi resep kepada kita agar tidak
meninggalkan anak-anak yang lemah. Resepnya adalah tingkatkan kapasitas
moral kita dengan bertakwa kepada Allah, menambah kapasitas konsepsional
kita sehingga kita mampu berkata yang benar (qaulan sadiidan), dan perbaiki kualitas amal kita (tushlihu’ ‘amal). [Lihat QS. Al-Ahzab (33): 70-71]
Resep
itu harus dilakukan secara bersama-sama dalam keluarga, bukan
sendiri-sendiri. Ini terlihat dari ayat itu ditulis Allah swt. dengan
bentuk jamak. Jadi klop dengan prinsip ta’awun alal birri wat taqwa (tolong menolong dalam ketakwaan) dan al-mu’minuna wal mu’minaat ba’duhum auliyaa’u ba’d (lelaki yang beriman dan wanita yang beriman mereka satu sama lain saling bantu-membantu).
Step to step-nya
seperti ini. Mulailah kedua orang tua, yaitu kita, memperbaiki diri.
Lalu, hadirkan untuk anak Anda lingkungan terbaik dan hindarkan mereka
dari lingkungan yang merusak. Beri mereka makanan yang terjamin gizi dan
kehalalannya. Berikan pendidikan yang berkualitas sesuai dengan visi
dan misi keluarga. Tentu saja siapkan anggaran yang cukup. Setelah itu,
bertawakalah kepada Allah swt. Doakan selalu anak Anda.
Dalam memberikan pendidikan kepada anak, yang harus menjadi titik tekan adalah:
1. Mengikatnya dengan (suasana) Al-Qur’an
2. Menjadikannya terus menerus merasa dalam pengawasan Allah swt.
3.
Menumbuhkan cinta kepada Nabi saw., keluarga dan para sahabatnya.
Menjadikan mereka sebagai sumber panutan dan rujukan hidup
4. Membiasakannya mencintai segala hal yang diridhai Allah; dan menjadikanya benci terhadap yang dimurkai Allah.
5. Membekalinya dengan keterampilan memimpin dan berjuang.
6. Membekalinya dengan keterampilan hidup.
7. Membekalinya dengan keterampilan belajar.
8. Menjadikannya mampu menggunakan berbagai sarana kehidupan (sain dan teknologi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar