Oleh: Sukron Abdillah
Suatu ketika,
Rasulullah SAW didatangi para sahabat yang terdiri atas fakir miskin,
kalangan sahabat yang tak berharta. Mereka memprotes kepada baginda Nabi
SAW, "Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah memborong pahala. Mereka
shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami puasa,
tapi mereka dapat bersedekah dengan kelebihan hartanya."
Dengan bijaksana Rasulullah bersabda, "Bukankah Allah SWT telah
menjadikan bagi kalian apa-apa yang dapat kalian sedekahkan?
Sesungguhnya pada setiap tasbih ada sedekah, pada setiap tahmid ada
sedekah, dan pada setiap tahlil ada sedekah, menyuruh kebaikan adalah
sedekah, melarang kemungkaran adalah sedekah, dan mendatangi istrimu
juga sedekah." (HR Muslim).
Istilah sedekah dalam hadis di atas
artinya tidak hanya sebatas membagikan harta bendawi sehingga bisa
dimonopoli kalangan berada (aghniya). Dalam bahasa lain, sedekah adalah
upaya berbagi kebaikan dengan mengoptimalkan kemampuan diri agar
seseorang merasa lega telah berbagi kebahagiaan.
Secara
teoretis, al-birr (kebajikan) dalam Islam terdiri dari dua jenis, yakni:
al-birr terkait dengan Allah SWT, dan al-birr terkait dengan sesama.
Al-airr terkait dengan Allah SWT yakni beriman kepada-Nya, melaksanakan
perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya. Sementara, al-birr terkait
dengan sesama adalah husnulkhuluq, yakni banyak bederma dan tidak
mengganggu sesama atau menampakkan kemuliaan pribadi.
Sedekah
ialah ajaran sosial dalam Islam, yang mampu menghidupkan agama ini
hingga melewati masa 1.500 tahun. Doktrin Islam mengajarkan bahwa setiap
sendi dari jasad kita harus disedekahi, salah satunya, dengan bekerja
keras mengeluarkan diri dari keterpurukan juga dapat disebut sebagai
sedekah.
Karena itu, bagi orang fakir, miskin, dan tak berdaya
sekalipun, Islam memberikan kesempatan untuk bersedekah karena seperti
yang diungkapkan dalam hadis Nabi bahwa setiap perilaku kita bernilai
sedekah bila hal itu memuat nilai kebaikan bagi kehidupan.
Jadi, kita tidak usah protes bila ada orang kaya yang dermawan, hidup
sebagai filantropis, rajin melaksanakan ibadah, dan rajin bederma.
Sebab, sedekah itu bukan hanya berkaitan dengan harta bendawi, melainkan
terkait dengan langgengnya nilai kebaikan dalam setiap laku lampah
kita.
Ada banyak lapangan hidup yang bisa kita jadikan ladang
untuk menuai pahala dari Allah, bila sedekah dikabarkan akan diganjar
pahala berlipat; bahkan bagi orang yang suka bersedekah disediakan oleh
Allah pintu surga bernama "Shadaqah". Bila kita tidak berharta, tak
punya uang, dan minim akses ekonomi, bersedekahlah dengan perbuatan,
bersedekahlah dengan akal-pikiran, dan bersedekahlah dengan tenaga untuk
kemajuan Islam.
Jangan pernah merasa iri, dengki, apalagi
memprotes keadilan takdir Allah karena menjadikan kita sebagai kaum tak
berpunya, kaum yang tak berdaya, dan kaum yang selalu menerima, tetapi
tak pernah memberi.
Rasulullah SAW bersabda, "Setiap ruas
tulang manusia harus disedekahi setiap hari selagi matahari masih
terbit. Mendamaikan dua orang (yang berselisih) adalah sedekah, menolong
orang hingga ia dapat naik kendaraan atau mengangkatkan barang bawaan
ke atas kendaraannya merupakan sedekah, kata-kata yang baik adalah
sedekah, setiap langkah kaki yang engkau ayunkan menuju ke masjid adalah
sedekah dan menyingkirkan aral (rintangan, ranting, paku, kayu, atau
sesuatu yang mengganggu) dari jalan juga merupakan sedekah." (HR Bukhari
dan Muslim). Wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar