Oleh: Nurul Lathiffah
Hidup di dunia ibarat menyinggahi kefanaan untuk menuju keabadian. Maka, tak ada yang layak dilakukan kecuali melakukan yang terbaik dan beramal saleh dalam upaya menyiapkan bekal akhirat. Tentu merugi jika di panggung kehidupan kita meluangkan waktu untuk sekadar mengalirkan kalimat-kalimat kasar, sikap yang menyakitkan, bahkan perasaan benci. Dalam panggung kehidupan ini, kita adalah aktor yang selalu berada dalam pengawasan-Nya. Jika ingin berakhir khusnul khatimah dan menjadi aktor yang kelak didekatkan bersama para kekasih-Nya, tak ada hal yang pantas kita lakukan kecuali menyediakan yang terbaik.
Menyediakan hati yang terbaik ketika beribadah kepada-Nya, hati yang suci dari penyakit jiwa, sungguh tak mudah. Pun, bagi hamba-hamba-Nya yang telah berupaya menyediakan diri terbaiknya untuk beribadah, Allah SWT membentangkan pahala, kemudahan, dan curahan rahmat. Orang-orang yang berhati bersih merupakan figur Muslim utama yang mencintai dan dicintai-Nya. Lantas, seperti apakah karakteristik orang yang berhati bersih?
Diriwayatkan dari Abdullah bin 'Amr bin 'Ash, beliau berkata, "Rasulullah SAW pernah ditanya, 'Siapakah orang yang paling utama?' Beliau menjawab, 'Setiap orang yang bersih hatinya dan benar ucapannya.' Para sahabat berkata, 'Orang yang benar ucapannya telah kami pahami maksudnya. Lantas apakah yang dimaksud dengan orang yang bersih hatinya?' Rasulullah SAW menjawab, 'Dia adalah orang yang bertakwa (takut) kepada Allah, yang suci hatinya, tidak ada dosa dan kedurhakaan di dalamnya, serta tidak ada pula dendam dan hasad." (HR Ibnu Majah).
Hati yang bersih akan selalu memancarkan sikap dan perilaku yang suci. Orang berhati bersih akan selalu menyediakan kalimat yang tak membuat hati orang lain ternoda, apalagi terluka. Orang lain yang berinteraksi dengan pemilik hati yang bersih hanya akan dilimpahi kata-kata yang lezat dinikmati, menenteramkan, dan menyegarkan jiwa. Hati yang bersih hanya akan memberikan sikap santun, tulus, dan terpuji. Sungguh membahagiakan jika hidup disertai hati yang bersih. Segala hal yang dialami akan tampak nikmat karena dilimpahi dengan dua sikap, syukur dan sabar.
Menggapai hati yang bersih memerlukan upaya sepanjang waktu, tiada henti. Sebab, bisa saja orang lain (tak sengaja) mengotori hati. Dan, begitu sikap orang lain memantikkan emosi negatif, seyogianya kita harus buru-buru membersihkannya. Setiap Muslim dianjurkan membersihkan kotoran hati dengan membaca istighfar.
Allah SWT berfirman dalam Alquran surah Hud ayat 13, "Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan-keutamaannya (balasan). Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat."
Semoga kita diberi kemudahan untuk menjaga kebersihan hati, setidaknya dengan gemar membaca istighfar. Dan seiring itu, semoga limpahan ampunan dan nikmat-Nya semakin limpah, meruah, dan berkesinambungan di dunia hingga akhirat. Wallahu a'lam.
Hidup di dunia ibarat menyinggahi kefanaan untuk menuju keabadian. Maka, tak ada yang layak dilakukan kecuali melakukan yang terbaik dan beramal saleh dalam upaya menyiapkan bekal akhirat. Tentu merugi jika di panggung kehidupan kita meluangkan waktu untuk sekadar mengalirkan kalimat-kalimat kasar, sikap yang menyakitkan, bahkan perasaan benci. Dalam panggung kehidupan ini, kita adalah aktor yang selalu berada dalam pengawasan-Nya. Jika ingin berakhir khusnul khatimah dan menjadi aktor yang kelak didekatkan bersama para kekasih-Nya, tak ada hal yang pantas kita lakukan kecuali menyediakan yang terbaik.
Menyediakan hati yang terbaik ketika beribadah kepada-Nya, hati yang suci dari penyakit jiwa, sungguh tak mudah. Pun, bagi hamba-hamba-Nya yang telah berupaya menyediakan diri terbaiknya untuk beribadah, Allah SWT membentangkan pahala, kemudahan, dan curahan rahmat. Orang-orang yang berhati bersih merupakan figur Muslim utama yang mencintai dan dicintai-Nya. Lantas, seperti apakah karakteristik orang yang berhati bersih?
Diriwayatkan dari Abdullah bin 'Amr bin 'Ash, beliau berkata, "Rasulullah SAW pernah ditanya, 'Siapakah orang yang paling utama?' Beliau menjawab, 'Setiap orang yang bersih hatinya dan benar ucapannya.' Para sahabat berkata, 'Orang yang benar ucapannya telah kami pahami maksudnya. Lantas apakah yang dimaksud dengan orang yang bersih hatinya?' Rasulullah SAW menjawab, 'Dia adalah orang yang bertakwa (takut) kepada Allah, yang suci hatinya, tidak ada dosa dan kedurhakaan di dalamnya, serta tidak ada pula dendam dan hasad." (HR Ibnu Majah).
Hati yang bersih akan selalu memancarkan sikap dan perilaku yang suci. Orang berhati bersih akan selalu menyediakan kalimat yang tak membuat hati orang lain ternoda, apalagi terluka. Orang lain yang berinteraksi dengan pemilik hati yang bersih hanya akan dilimpahi kata-kata yang lezat dinikmati, menenteramkan, dan menyegarkan jiwa. Hati yang bersih hanya akan memberikan sikap santun, tulus, dan terpuji. Sungguh membahagiakan jika hidup disertai hati yang bersih. Segala hal yang dialami akan tampak nikmat karena dilimpahi dengan dua sikap, syukur dan sabar.
Menggapai hati yang bersih memerlukan upaya sepanjang waktu, tiada henti. Sebab, bisa saja orang lain (tak sengaja) mengotori hati. Dan, begitu sikap orang lain memantikkan emosi negatif, seyogianya kita harus buru-buru membersihkannya. Setiap Muslim dianjurkan membersihkan kotoran hati dengan membaca istighfar.
Allah SWT berfirman dalam Alquran surah Hud ayat 13, "Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan-keutamaannya (balasan). Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat."
Semoga kita diberi kemudahan untuk menjaga kebersihan hati, setidaknya dengan gemar membaca istighfar. Dan seiring itu, semoga limpahan ampunan dan nikmat-Nya semakin limpah, meruah, dan berkesinambungan di dunia hingga akhirat. Wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar