Langit menggemakan takbir, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Gema takbir ini mestilah bukan hanya bersumber dari speaker-speaker
masjid yang seadanya itu. Mestilah alam semesta raya turut bertakbir
karena tidak putus-putus suara itu mengiang di telinga, bahkan merasuk
jauh ke dalam kalbu.
Malam ini saya membayangkan seluruh planet
bertakbir, matahari, bintang-bintang, galaksi, nebula semua penduduk
langit bertakbir.
Bahkan, boleh jadi seluruh sel-sel dalam tubuh pun turut bertakbir,
ya itulah jawaban kenapa ketika jeda suara takbir masjid, tapi seakan
masih terdengar dalam jiwa bukan hanya lewat gendang telinga, tapi
mungkin kalau boleh menamakannya dengan gendang jiwa.
Namun, di tengah takbir fitri yang agung, sebaliknya saya merasa kecil semakin kecil bahkan lebih kecil lagi.
Perasaan yang campur aduk, mengaduk rasa antara kegembiraan Ied
Mubarok dan kesedihan Ramadhan yang berlalu. Pikiran yang agak lelah ini
tercenung akan kalimat “minal aidin wal fa’idzin” kembali ke fitrah dan
meraih kemenangan.
Mudah memang untuk melafazkannya, namun
benarkah kita sudah benar-benar kembali ke fitrah. Bagaimana bisa meraih
kemenangan jika tidak mencapai fitrah? Bagaimana ukurannya?
Bagaimana juga dengan hadis “barangsiapa yang berpuasa di bulan
Ramadhan karena iman dan ikhlas niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu”, apakah kita berhasil mendapatkannya? Seperti apa rasanya?
Astaghfirullah
Ya Rabb, begitulah jika kita terjebak pada permainan pikiran dan
permainan kata-kata, angka statistik, ukuran barometer, takaran yang
selalu kita pikirkan. Karenanya gema takbir, ayat-ayat, hadis-hadis
hanya berputar di kepala, terurut rapi dengan untaian kata namun
seringkali tidak merasuk dalam jiwa.
Sudah saatnya kita
mendengar bukan hanya dengan gendang telinga, namun dengan gendang jiwa.
Kita hanya mesti fokus berupaya untuk selalu melakukan perubahan
menjadi yang lebih baik setiap saat, menjadi manfaat di setiap waktu.
Dan biarkan seluruh ukuran, takaran dan perhitungan hanya ada disisi
Allah SWT.
Dalam kesempatan ini saya mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri, “Ja’alanallahu wa iyyakum minal aidin wal fa’izin, taqabalallahu minna wa minkum,
mohon maaf lahir dan batin. Ya Rabb, jadikanlah kami semua manusia yang
baru, yang Engkau ridhai. Kumpulkan kami di surga-Mu, Ya Rabb.
Tidaklah
lebih baik dari yang berbicara ataupun yang mendengarkan, karena yang
lebih baik di sisi Allah adalah yang mengamalkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar