“IBU, terima kasih ya aku sudah disekolahkan di Salsabila,” seorang anak berkata seraya memeluk ibunya.
“Oh, ya sama-sama Nis,” jawab sang ibu. “Apakah Nisa senang di sekolah?”
Mata si anak berbinar. Ia tersenyum. Kemudian berujar riang, “Aku senang sekali di sana, Ibu…”
“Ummi, hari ini sekolahnya pulang jam 3 aja ya,”seorang siswa tiba-tiba berkata pada saya.
“ Lho kenapa mau pulang jam 3, teman?” tanya saya.
“Mau main disini aja ah, seru!” tukasnya.
Beberapa waktu lalu, seorang teman datang melihat sekolah. Seraya
melihat-lihat anak berkegiatan, ia pun bertanya, “Kalau disini pulangnya
jam 13.00 ya, terus anak-anaknya gak bosen? Kalau murid-murid saya,
jangankan sampai jam segitu, jam 10.00 aja udah pada nanya pulang jam
berapa… Malah ada yang minta cepet pulang.”
Saat itu pukul 12.05. Anak-anak sedang bersiap shalat dzuhur. Saya
pun menjawab, “Lihat saja bagaimana ekspresi mereka, apakah terlihat
bosan, padahal ini sudah jam 12 lho …”
Mungkin bagi sebagian orangtua maupun guru lembaga PAUD merasa kurang percaya jika ada lembaga prasekolah yang jam belajarnya fullday. Permasalahannya
adalah, guru maupun orangtua belum memahami bahwa anak usia dini
belajar melalui bermain. Tentu saja bukan sekadar main atau belajar
sambil bermain.
Jika anak belajar sambil bermain, maka yang dilakukannya
hanya main-main saja tanpa mendapatkan pengetahuan yang sistematis,
terstruktur, dan terukur.
Yang perlu dilakukan adalah guru membuat desain kegiatan main yang
sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Guru menata lingkungan sebelum
main. menyiapkan alat main yang bisa digunakan anak selama kegiatan
berlangsung. Guru pun harus melakukan pendampingan penuh ketika kegiatan
main berlangsung.
Selain itu, guru membangun terciptanya suasana yang menyenangkan
sehingga anak belajar dalam keadaan bahagia. Anak-anak diberikan
kesempatan untuk memilih teman maupun memilih kegiatan main yang akan
mereka lakukan dari semua alat main yang sudah disiapkan guru.
Semua kegiatan bermain didesain sedemikian rupa dengan tujuan untuk
membangun semua kecerdasan anak. Dalam kegiatan seperti ini, anak diberi
kesempatan untuk melakukan pengamatan, mencari jawaban, kemudian
menarik kesimpulan melalui arahan dirinya sendiri. Guru bertugas sebagai
fasilitator, bukan bos yang memberikan perintah ini dan itu.
Anak mendapat kesempatan belajar melalui main akan lahir menjadi anak
yang cinta belajar. Setelah anak cinta belajar, semua pengetahuan yang
diberikan padanya akan dilahapnya dengan seksama.
Mengapa hari ini banyak anak yang tidak senang belajar? Hal itu
terjadi karena sejak dini mereka dipaksa belajar dalam keadaan tidak
menyenangkan. Jadi, bagaimana, sekolah (anak) Anda menyenangkan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar