HARI itu saya bersyukur bisa dipertemukan dengan seorang ibu.
Pengalaman beliau mendidik anak membuat saya semakin mantap bahwa betapa
pentingnya belajar menjadi orangtua. Beliau mulai menceritakan
bagaimana mendidik anaknya ketika kecil dulu.
“Bangun, Nak. Saatnya mandi.Ibu sudah siapkan baju gantinya”, ujar
sang ibu. Anak pertamanya ini bangun lalu menuju ke kamar mandi. Setelah
mandi, lantas anak ini berganti baju.
“Ayo makan, Ibu sudah siapkan nasi goreng,” seru ibu seraya
mengambilkan piring untuk anaknya. Hal demikian terus dilakukan ibu
sejak anak pertamanya kecil hingga dewasa. Tak ada pilihan yang
ditawarkan pada anaknya. Keputusan sudah dibuat ibu dan bapak.
“Dari mulai bangun tidur sampai anak ibu yang pertama ini tidur lagi,
semua kegiatannya sudah ibu urus sedemikian rupa. Memang sejak kecil
anak pertama ibu ini adalah anak yang baik. Penurut sekali kepada
orangtua,” dengan suara lirih ia melanjutkan cerita.“Semua yang ibu dan
bapak katakan selalu dia turuti.
Namun, ibu baru menyadari ternyata
setelah ia dewasa ibu malah semakin khawatir padanya.”
“Apa yang membuat Ibu khawatir?” saya bertanya padanya.
“Setelah dewasa anak ibu ini tetap penurut.Terhadap istrinya
penurut.Dikantornya juga penurut baik kepada atasan maupun teman,
kayaknya dia tidak bisa mengungkapkan apa yang dipikirkan dan
dirasakannya. Sekarang ibu dan bapak menyesal ternyata ada yang salah
dengan anak saya dan itu adalah kesalahan kami orangtua mendidik,”
suaranya bergetar menahan kesedihan, penyesalan kepada anak pertamanya.
Begitulah. Orangtua dengan dalih begitu menyayangi anaknya, hingga
segala sesuatunya orangtua yang pilihkan. Tanpa memberikan kesempatan
kepada anak untuk bisa belajar menentukan pilihannya sendiri.
Sederhananya, memilih bajunya sendiri. Orangtua bisa menyiapkan beberapa
baju, kemuadian keputusan baju mana yang akan dipakai diberikan kepada
anak. Memilih makanan. Memang repot, orangtua mesti menyiapkan beberapa
jenis makanan. Biarkan anak memilih makanan apa yang akan dimakan.
Memperlakukan anak sebagai human being itu penting. Jika
sejak dini kita ajarkan pada anak mealui kegiatan hari-hari bahwa hidup
adalah pilihan. Maka ketika dewasa ia akan belajar membuat keputusan
mana pilihan yang akan diambilnya. Anak juga manusia. Bukan benda yang
tidak tahu apa-apa. Sehingga semua keputusan ada ditangan orangtua. Anak
bukan juga orang dewasa mini yang bisa bersikap sama sesuai keinginan
orangtua.
Ketika orangtua memahami bahwa anak adalah manusia, maka orangtua
akan memberikan informasi bahwa hidup kita ada aturannya. Anak boleh
memilih segala sesuatu dalam hidupnya yang sesuai dengan aturan yang
sudah disiapkan Allah Sang Maha Pencipta.
Anak akan memahami bahwa dengan aturan maka hidupnya akan aman dan
nyaman. Aturan hidup bagi seorang muslim adala Al-Quran. Dari Abi
Hurairah RA, Nabi SAW bersabda “Sesungguhnya kewajiban orangtua dalam
memenuhi hak anak itu ada tiga, yakni : pertama, memberi nama ketika
lahir. Kedua, mendidiknya dengan Al-Quran dan ketiga mengawinkan ketika
menginjak dewasa.”
Membiarkan anak untuk memilih sejak kecil adalah sebuah keharusan.
Kita sebagai orang tua berada di garis belakang untuk terus melihat dan
memberikan perspektif akan pilihan-pilihannya hingga ia sendiri yang
akan menentukan sendiri; apakah pilihannya pas atau tidak untuk dirinya.
Allahu alam,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar