Oleh M Rizal Fadilah
Anas ra berkisah, ada tiga orang datang menemui istri-istri Rasulullah untuk menanyakan ibadah baginda nabi. Saat diberitahu mengenai ibadah Rasulullah, mereka merasa sangat kecil. Rasulullah SAW yang sudah dijamin mendapat ampunan dan surga Allah SWT ternyata melaksanakan ibadah 'berat'. Sungguh terasa sangat jauh dibanding dengan mereka.
Anas ra berkisah, ada tiga orang datang menemui istri-istri Rasulullah untuk menanyakan ibadah baginda nabi. Saat diberitahu mengenai ibadah Rasulullah, mereka merasa sangat kecil. Rasulullah SAW yang sudah dijamin mendapat ampunan dan surga Allah SWT ternyata melaksanakan ibadah 'berat'. Sungguh terasa sangat jauh dibanding dengan mereka.
Orang pertama pun bertekad dan menyatakan
akan shalat malam terus menerus. Orang Kedua akan puasa sepanjang tahun
tanpa henti. Orang ketiga akan menjauhi perempuan dan tak akan menikah
selamanya.
Ketika mendengar niat ketiga orang itu,
Nabi bersabda, “Benarkah kalian yang mengatakan akan shalat malam terus
menerus, akan berpuasa setiap hari, dan tidak akan menikah selama hidup?
Bukankah, demi Allah, aku orang yang paling takut di antara kalian
kepada Allah dan paling bertakwa kepada-Nya, namun demikian aku shalat
malam dan juga tidur, aku berpuasa dan juga tidak berpuasa, dan aku
menikahi wanita? Barangsiapa tidak menyukai sunahku maka ia bukan
golonganku.” (HR Bukhori dan Muslim).
Sebagaimana sabda Nabi di atas, kita
tidak dibenarkan untuk melaksanakan agama dengan cara yang
berlebih-lebihan. Untuk mengukur kadar ibadah yang pas, tentu tidak
mudah. Oleh karenanya, di samping memiliki tolok ukur ibadah Nabi, juga
harus melihat para sahabat serta sikap toleransi Nabi terhadap apa yang
diamalkan para pengikutnya.
Pada waktu berbeda, masih dikisahkan Anas
bin Malik, Rasulullah SAW menerangkan tentang laki-laki calon penghuni
surga. “Sebentar lagi akan muncul dihadapan kalian salah seorang ahli
surga." Ketika diketahui orangnya, seorang sahabat Abdullah bin Amr
meneliti dengan bertamu bermalam di rumahnya.
Setelah diamati ternyata ibadah orang itu
biasa-biasa saja, bahkan si peneliti sendiri merasa ibadah dia jauh
lebih baik. Setelah berdialog dan didalami maka diketahuilah bahwa
kelebihannya adalah “tidak pernah berlaku curang” dan “tidak iri” atas
kelebihan yang diberikan Allah kepada orang lain. Jadi, kekuatannya
ternyata ada pada mental and moral attitude.
Dalam Alquran disebutkan, orang yang
berlebih-lebihan dalam beragama dikaitkan dengan doa dan pendekatan diri
kepada Allah. Ketika menderita, dia intensif berdoa, tapi saat lapang
dia menyimpang.
“Dan, apabila manusia ditimpa bahaya,
dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri.
Tetapi, setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia kembali (ke jalan
yang sesat) seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk
(menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Demikianlah dijadikan
terasa indah bagi orang-orang yang melampaui batas apa yang mereka
kerjakan.” (QS Yunus 12).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar