Oleh Bahagia
Manusia kini sedang dihadapkan dengan persoalan yang seolah-olah tidak merusak iman. Sebagian ada yang menunda menikah karena takut persoalan impitan kehidupan saat menikah. Memilih pacaran dalam waktu yang lama, kemudian menikah.
Meski satu sisi pacaran itu tak layak
secara agama, banyak yang memilih cara ini. Alasannya karena ingin
mendekatkan diri dengan keluarga, menunggu agar lebih mampu secara
ekonomi, dan banyak lagi alasan. Hingga perintah yang harus disegerakan
itu tertunda. Setelah sekian lamanya berpacaran, hingga tak pula menjadi
istrinya.
Sudah melakukan banyak dosa, justru
menumpuk pula dosa itu. Fakta ini menjadi realitas dalam lingkungan
sosial kini. Seharusnya, alasan tidak menikah bukan karena takut tidak
dapat rezeki, melainkan karena belum dapat jodoh pilihan yang sesuai.
Proses ini yang akan menentukan banyak atau tidaknya rezeki saat sudah
menikah tadi. Saat setelah menikah, banyak pula yang menunda punya
anak.
Akhirnya, kembali diberikan cobaan
kemiskinan sebab Allah belum akan melepaskan kemiskinan itu selagi ia
menunda mempunyai anak. Alasannya karena ingin santai dan bahagia. Ada
juga karena khawatir tidak bisa mengurus anak. Bahagia apa yang
dimaksudkan jika tidak punya anak. Justru punya anak perempuan dan
laki-laki, kebahagiaan yang memberikan motivasi hidup. Selain ditahan
rezekinya, juga diberikan cobaan baru lagi, yaitu tidak punya anak
sampai sekian tahun.
Percayalah bahwa itulah salah satu
penyebab mengapa tak dapat anak dan tak pula kaya. Kita tidak bisa
berdiam diri atas kelahiran putra dan putri kita. Terbayang selalu wajah
senyum mereka di rumah dan merasa bersalah jika tidak memberikan nafkah
kepadanya. Seketika itu pula, Allah memberikan jalan terbaik, yaitu
menitipkan rezeki istri dan anak kepada kepala keluarga. Terkumpullah
menjadi banyak porsi itu jika mau mengejar harta yang disediakan Allah.
Satu sisi keyakinan ini tidak tumbuh
dalam diri manusia kini. Meyakini jika usahanya yang lebih penting. Ia
tidak yakin jika ada porsi-porsi rezeki yang dititipkan Allah untuk
ditangkap berupa rezeki di permukaan bumi itu. Akhirnya, ia tak sadar
jika perbuatannya itu justru membuatnya tertunda menjadi manusia yang
terkaya, baik di dunia maupun akhirat. Manusia kaya di dunia karena
banyaknya harta yang kita peroleh titipan Allah dari anak perempuan
tadi. Banyaknya rezeki dari istri tadi untuk kita.
Akhirnya, memberikan dorongan bagi kepala
keluarga untuk mencari rezeki sebanyak mungkin. Kedua, kita akan dapat
pahala yang lebih banyak dengan membesarkan anak perempuan. Hal ini
terkait dengan sulitnya menjaganya. Banyak yang menginginkannya di luar
sana, baik yang beriman maupun tidak. Banyak pula yang ingin melamarnya.
Jika nanti jatuh kepada laki-laki yang tidak benar secara agama, banyak
sekali aliran dosa kepada orang tua.
Mari kita jaga anak perempuan kita dengan
baik dan yakin ada rezeki yang lebih banyak dengan membesarkan anak
perempuan. Bahkan, jaminan surga bagi kita. Ketiga, berikan hak
perempuan, yaitu sekolah. Jangan anggap karena mau mengurus anak
sehingga tidak sekolah. Justru karena ingin mendidik anaklah maka
perhatikan sekolah anak perempuan. Padanya bertumpu nasib anak-anak pada
kemudian hari.
Itulah kenikmatan yang tertinggi. Dalam
hadis riwayat Imam Muslim dari Anas bin Malik dia berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Barang siapa dapat mengasuh dua
orang anak perempuannya hingga dewasa, aku akan bersamanya pada hari
kiamat kelak.' Beliau merapatkan kedua jarinya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar