Tahun 2012 ini bagi saya adalah tahun promosi Psikosomatik. Bukan hanya di kalangan dokter spesialis jiwa tetapi juga di kalangan dokter umum dan dokter spesialis lainnya. Presentasi di seminar dan tulisan ilmiah di jurnal adalah salah satu cara yang masih saya pakai sampai saat ini. Ditambah tentunya dengan perkembangan media sosial dan jurnalisme warga membuat saya juga mulai memberikan perhatian kepada media ini untuk berpromosi masalah Psikosomatik.
Penanganan masalah psikosomatik tentunya memerlukan penanganan khusus. Tidak semua dokter mampu memahami masalah psikosomatik yang terjadi pada pasien. Masalah psikosomatik tidak hanya akan selesai dengan mengatakan kepada pasien agar dia berpikir positif, banyak bersyukur dan berdoa. Ini adalah suatu masalah kesehatan medis fisik dan mental yang memerlukan penanganan khusus.
Gejala-gejala terkait kondisi psikosomatik sudah sering saya tulis di berbagai media, tetapi apa yang terjadi pada pasien yang mengalami keluhan psikosomatik ternyata tidak sesederhana yang kita duga. Keterlibatan banyak sistem di otak dan tubuh manusia membuatnya tidak mudah dipahami oleh dokter yang kurang memahami konsep biopsikososial dan psikosomatik medis. Sistem saraf otonom, sistem neurohormonal (saraf otak), sistem aksis hipotalamus pituitary adrenal yang berhubungan dengan hormon stres kortisol, sistem saraf monoamine (dopamin, serotonin, norepinefrin) adalah sebagian sistem utama yang terlibat dalam terjadinya keluhan psikosomatik.
Lebih jauh lagi keterlibatan otak di sistem hipotalamus, hipokampus dan amigdala menambah rumit sistem kerja dari suatu gangguan psikosomatik. Hal ini belum ditambah dengan keterlibatan pendekatan psikologis terutama dari ilmu perilaku yang mempelajari sifat dan kebiasaan manusia dan pengaruhnya terhadap kondisi keseimbangan di otak. Kita mengetahui bahwa psikosomatik selain terjadi karena kerentanan genetik biologis orang tersebut juga karena pola perilaku adaptasi yang kurang atau tidak baik. Hal ini sudah dibuktikan secara klinis dan penelitian bahwa perilaku adaptasi stres yang kurang baik akan mempengaruhi sistem di otak yang dapat mengarah ke kondisi gangguan psikosomatik.
Perlu penanganan ahli
Rumitnya masalah psikosomatik ditambah dengan banyaknya faktor yang perlu diperhatikan dalam penanganannya membuat penyakit ini perlu mendapatkan penanganan ahli di bidangnya. Tanpa bermaksud membanggakan profesi sendiri, psikiater dengan kemampuan medis dan psikologinya menempatkan dirinya sebagai orang yang mampu menangani kondisi-kondisi psikosomatik dengan baik. Latar belakang dokter dari seorang psikiater membuatnya memahami dasar biologis dari suatu gangguan psikosomatik.
Pemahaman mendalam tentang sisi psikologis dalam ilmu kedokteran membuat psikiater dapat menjadi orang yang paling lengkap dalam menangani kasus-kasus psikosomatik. Psikiater pun harus terus belajar untuk mendapatkan hal-hal terbaru dalam perkembangan gangguan psikosomatik di bidang ilmu kedokteran. Itulah mengapa terdapat kekhususan di bidang psikiatri bagi para psikiater yang berminat lebih untuk mempelajari hal ini. Walaupun secara resmi pembelajaran formal ini masih ada di Amerika Serikat dan Eropa, perkembangan psikiatri Consultation-Liaison Psychiatry (CLP) di Indonesia memberikan kontribusi yang signifikan untuk pendekatan ini.
Psikiatri CLP adalah bidang subspesialisasi yang banyak berhubungan dengan kondisi medis umum pada bidang spesialisasi lain. Pendekatan psikosomatik biopsikososial adalah pendekatan yang dipakai pada bidang khusus psikiatri ini. Saya berharap ke depan semakin banyak dokter-dokter muda Indonesia yang tertarik mempelajari lebih jauh lagi tentang psikiatri khususnya di bidang CLP dan pendekatan psikosomatik yang menjadi salah satu modal dasar dalam mengerti kasus-kasus gangguan psikosomatik yang banyak terdapat di dalam praktik sehari-hari.
Salam Sehat Jiwa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar