oleh: Ustaz Arifin Ilham
Beruntung orang yang beriman. Tapi, jika hanya iman jelas tidaklah cukup. Karena itu, cukupkanlah dengan amal saleh. Tapi sayang, pesan Alquran dalam surah al-'Ashr, iman dan amal saleh masih dianggap belum cukup; kecuali diiringi dengan upaya saling mengingatkan kepada kebaikan dan kesabaran.
Pesan moral Alquran dalam surah ke-103 ini melandasi atas pentingnya nilai-nilai yang disebut di atas. Bahkan atas dasar itu, Allah SWT harus turut bersumpah dengan atas nama makhluk-Nya yang bernama 'waktu' (al-'Ashr). Ada hasrat Allah yang tersurat, yaitu ingin semua manusia berada dalam keberuntungan hidup bukan justru berkubang dalam sumur kerugiaan.
Nah, untuk menyebut supaya kita tidak didera kerugiaan (lafii khusrin), upaya memupuk keimanan dan amal saleh harus juga disertai dengan usaha saling mengingatkan kepada kebaikan dan kesabaran. Mengapa harus iman? Karena, ia adalah fondasi; hal yang fundamental dalam membangun sikap keberagamaan manusia.
Iman yang menyebabkan rasa aman, damai, dan tenang dalam menapak di planet kehidupan. Iman pula yang menghadirkan rasa tanggung jawab (amanah) dalam hidup. Karena iman, ia akan dipercaya (amin) dan dalam setiap rangkaian harap dan doa akan sangat didengar (amin). Ada keselamatan dan bimbingan keberuntungan hidup dengan kita beriman.
Surah an-Nisa, ayat 138 menyebutkan, “Barang siapa yang tidak beriman (kufur) kepada Allah, malaikat, kitab-kitab Allah, para rasul, dan Hari Akhir maka ia tersesat dengan kesesatan yang jauh.” Lalu, mengapa kita harus beramal saleh dan saling menasihati dalam kebaikan dan kesabaran? Karena, di hampir semua ayat dalam Alquran kata iman selalu digandeng dengan kata amal saleh.
Kalau iman banyak berhubungan dengan garis vertikal, amal saleh dan kebajikan lain lebih sering berkaitan dengan sesuatu yang horizontal. Kedua konsep ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Apabila salah satu dari keduanya tiada maka kesempurnaan dari salah satunya akan berkurang.
Hal ini terlihat dari sabda Nabi SAW, “Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa iman.” (HR Ath-Thabrani). Seperti dalam firman-Nya, “Dan, orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.” (QS al-Baqarah [2]: 82).
Hal luar biasa adalah yang disebut dalam surah an-Nuur, bahwa Allah menjanjikan satu keadaan yang istimewa saat nilai keimanan dan amal saleh telah dihidupkan. Apalagi, sampai upaya luhur saling memberi nasihat kepada kebaikan dan kesabaran terus diciptakan. Pendeklarasian Allah, yaitu, “Bersiaplah untuk menjadi pemimpin di muka bumi!”
“Dan, Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan yang beramal saleh, bahwa sungguh mereka akan 'memimpin' di muka bumi, sebagaimana orang-orang yang terdahulu sebelum mereka telah memimpin, dan sungguh Allah akan meneguhkan kedudukan agama mereka yang telah diridai oleh Allah untuk mereka. Juga akan diubah keadaan mereka oleh Allah sesudah mereka merasa ketakutan menjadi aman sentosa ...” (QS an-Nuur : 55).
Subhanallah, langkah strategis saat 'syahwat' memimpin sedang menggelayuti kita. Tidak harus berburu apalagi saling sikut. Kita hanya cukup bersiap dengan upaya menanamkan iman, amal saleh, dan terus berupaya saling menasihati kepada kebaikan dan kesabaran.
Pesan moral Alquran dalam surah ke-103 ini melandasi atas pentingnya nilai-nilai yang disebut di atas. Bahkan atas dasar itu, Allah SWT harus turut bersumpah dengan atas nama makhluk-Nya yang bernama 'waktu' (al-'Ashr). Ada hasrat Allah yang tersurat, yaitu ingin semua manusia berada dalam keberuntungan hidup bukan justru berkubang dalam sumur kerugiaan.
Nah, untuk menyebut supaya kita tidak didera kerugiaan (lafii khusrin), upaya memupuk keimanan dan amal saleh harus juga disertai dengan usaha saling mengingatkan kepada kebaikan dan kesabaran. Mengapa harus iman? Karena, ia adalah fondasi; hal yang fundamental dalam membangun sikap keberagamaan manusia.
Iman yang menyebabkan rasa aman, damai, dan tenang dalam menapak di planet kehidupan. Iman pula yang menghadirkan rasa tanggung jawab (amanah) dalam hidup. Karena iman, ia akan dipercaya (amin) dan dalam setiap rangkaian harap dan doa akan sangat didengar (amin). Ada keselamatan dan bimbingan keberuntungan hidup dengan kita beriman.
Surah an-Nisa, ayat 138 menyebutkan, “Barang siapa yang tidak beriman (kufur) kepada Allah, malaikat, kitab-kitab Allah, para rasul, dan Hari Akhir maka ia tersesat dengan kesesatan yang jauh.” Lalu, mengapa kita harus beramal saleh dan saling menasihati dalam kebaikan dan kesabaran? Karena, di hampir semua ayat dalam Alquran kata iman selalu digandeng dengan kata amal saleh.
Kalau iman banyak berhubungan dengan garis vertikal, amal saleh dan kebajikan lain lebih sering berkaitan dengan sesuatu yang horizontal. Kedua konsep ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Apabila salah satu dari keduanya tiada maka kesempurnaan dari salah satunya akan berkurang.
Hal ini terlihat dari sabda Nabi SAW, “Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa iman.” (HR Ath-Thabrani). Seperti dalam firman-Nya, “Dan, orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.” (QS al-Baqarah [2]: 82).
Hal luar biasa adalah yang disebut dalam surah an-Nuur, bahwa Allah menjanjikan satu keadaan yang istimewa saat nilai keimanan dan amal saleh telah dihidupkan. Apalagi, sampai upaya luhur saling memberi nasihat kepada kebaikan dan kesabaran terus diciptakan. Pendeklarasian Allah, yaitu, “Bersiaplah untuk menjadi pemimpin di muka bumi!”
“Dan, Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan yang beramal saleh, bahwa sungguh mereka akan 'memimpin' di muka bumi, sebagaimana orang-orang yang terdahulu sebelum mereka telah memimpin, dan sungguh Allah akan meneguhkan kedudukan agama mereka yang telah diridai oleh Allah untuk mereka. Juga akan diubah keadaan mereka oleh Allah sesudah mereka merasa ketakutan menjadi aman sentosa ...” (QS an-Nuur : 55).
Subhanallah, langkah strategis saat 'syahwat' memimpin sedang menggelayuti kita. Tidak harus berburu apalagi saling sikut. Kita hanya cukup bersiap dengan upaya menanamkan iman, amal saleh, dan terus berupaya saling menasihati kepada kebaikan dan kesabaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar