Senin, 15 Mei 2017
(Arena Bobotoh) Jangan Usik Persib Kami dengan Lilin Kalian ..
Awalnya saya tak pernah tertarik untuk membahas soal kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Gubernur Jakarta non aktif, Basuki Tjahaya Purnama atau yang akrab disapa Ahok. Selain karena saya bukan warga Jakarta yang tak punya kepentingan di dalamnya, saya juga bukan ahli hukum yang punya kredibilitas untuk dapat menyimpulkan apakah Ahok layak dipenjara atau tidak atas ucapannya yang telah dianggap menistakan agama di Kepulauan Seribu tempo hari.
Tapi malam tadi semua berubah ketika akhirnya isu yang awalnya hanya terpusat di ibukota, mulai merambah ke daerah-daerah lain. Ratusan orang yang menamakan diri sebagai barisan pendukung Ahok (di)serempak(kan) memenuhi alun-alun berbagai kota besar di Indonesia, mereka menuangkan kekecewaan atas hasil sidang yang menyatakan bahwa Ahok bersalah dan harus menjalani hukuman bui selama 2 tahun.
Dalam aksi yang diberi tema Justice for Ahok itu mereka isi dengan renungan serta pembacaan doa bersama sambil menyalakan lilin sebagai bentuk perlawanan atas matinya keadilan menurut versi mereka.
Kecuali di Jogjakarta yang sempat terjadi penghadangan oleh sekelompok massa tandingan yang selama ini jadi rival abadi mereka dalam berseteru, aksi menyalakan lilin atas nama “keadilan” itu berjalan relatif lancar serta kondusif tanpa ada gangguan berarti dari pihak manapun.
Namun semua berubah ketika aksi tersebut dilangsungkan di Gasibu Kota Bandung, yang pada waktu bersamaan sedang dilangsungkan pertandingan sepakbola kompetisi Liga 1 Indonesia yang mempertemukan Semen Padang vs Persib Bandung. Dan yang membuat suasana agak tak kondusif, di tempat yang sama dan atau lebih tepatnya di dalam area gedung sate yang hanya dibatasi oleh jalan protokol serta pagar pembatas, staf kepegawaian di gedung sate dan warga sekitar sedang melangsungkan acara nonton bareng pertandingan liga 1 itu.
Mungkin panitia aksi lilin untuk Ahok tak pernah menyangka sebelumnya, bahwa setiap kali Persib berlaga baik kandang ataupun tandang, aktifitas warga di Kota Kembang seketika akan terhenti sejenak selama pertandingan berlangsung. Mayoritas warga akan fokus selama 2X45 menit di stadion ataupun di depan layar kaca guna menyaksikan tim Pangeran Biru bertanding. Dan kegiatan nonton bareng alias nobar-pun menjadi keharusan yang sulit untuk dilewatkan bagi mereka (warga Bandung) yang tak dapat menyaksikan langsung di stadion.
Menonton Persib berlaga baik itu di stadion secara langsung ataupun melalui layar kaca, bagi sebagian besar warga Bandung dan atau warga Jawa Barat sudah menjadi tradisi yang mendarah daging sejak berpuluh tahun silam. Tak heran jika stasiun tv pemegang hak siar liga Indonesia kerap menayangkan secara langsung pertandingan tim Maung Bandung, karena di situlah letak ratting tv paling tinggi.
Kembali ke aksi bakar lilin. Walaupun tak sempat terjadi kericuhan secara langsung antar dua kubu yang melakukan aksi di sekitaran Gasibu di waktu yang bersamaan, namun suasana sempat memanas ketika sorak Bobotoh yang sedang nonton bareng dianggap mengganggu ke-khidmat-an acara doa bersama serta aksi bakar lilin.
Salah seorang peserta aksi bakar lilin untuk Ahok berakun twitter @SydSalesman menuliskan sebuah cuitan bernada protes kepada panitia acara nonton bareng , karena dianggap telah sengaja membesarkan volume speaker agar suasana jadi bising dan tak kondusif. “Tanpa pengeras suara. Dikepung loudspeaker yang dipasang di sekitar lokasi dan disiarkan live Persib”.
Padahal jika ditelusuri lebih mendalam lagi, acara nonton bareng Persib di halaman gedung sate sudah jauh-jauh hari dipersiapkan oleh panitia. Bahkan acara nobar semacam ini bukan berlangsung pada malam tadi saja, tiap kali Persib berlaga, staf pegawai di sana selalu menggelar nobar intern khusus pegawai. Dan justru para peserta aksi bakar lilinlah yang tak mengantongi izin keramaian. Ungkap akun twitter @humasjabar
Berawal cuitan @SydSalesman itulah sebenarnya sumbu pendek perselisihan antara Bobotoh dan barisan pendukung Ahok mulai memanas, Bobotoh yang tak terima nama Persib dicatut mulai melancarkan serangan balik dari tiap lini. Dan setelahnya, sudah dapat dipastikan ratusan mention berbalas silih-berganti, hingga akhirnya salahsatu mention bernada rasis muncul dari akun twitter salahseorang pendukung Ahok.
Entah karena terbawa emosi atau karena sudah kehabisan argumen untuk berdebat dengan ratusan atau bahkan ribuan Bobotoh yang sedari dulu terkenal kritis, akun twitter bernama @morgenstren bahkan sempat mengeluarkan kata-kata tak pantas dan bahkan cenderung rasis. “Komen gue selalu berdasar. Liat aja reply2 posting-an di bawah ini! Betapa memang Jawa Barat basis ekstrimis dan intoleran, rite?”. Walaupun akhirnya mention bernada rasis itu telah dihapus oleh si empunya akun, namun kata-kata menyakitkan itu telah terlanjur keluar dan dibaca oleh ribuan Bobotoh dan ratusan ribu warga Jawa Barat lainnya.
Dicap sebagai basis ekstrimis dan intoleran, akun-akun twitter besar milik Bobotoh serta masyarakat sunda dan Jawa Barat sontak meradang. Dengan gaya khas Urang Sunda yang selalu mengedepankan sisi humoris namun tetap kritis serta tajam menghujam, mereka membalas mention @morgenstren dengan santai tapi menusuk. Hingga akhirnya si empunya akun mengakui kekalahannya dan menghapus mention-nya itu, lalu memproteksi akun twitter miliknya.
Masalah memang tak berhenti sampai di situ, hingga artikel ini ditulispun masih saja terjadi twettwar dari akun-akun twitter Bobotoh vs Pembela Aksi Lilin. Namun kembali, Bobotoh tetap menyikapinya dengan santai dan cukup hanya membuat tagar tandingan berupa #BandungTeuPaduli, tagar yang pada akhirnya nangkring di posisi teratas tranding topic Indonesia selama hampir 1 malam dan 1 hari.
Persib bagi urang sunda lebih dari sekedar tim sepakbola, dia adalah warisan budaya luhur yang harus tetap di jaga dan dipelihara. Kecuali agama, rasanya tak akan ada satu isme-pun yang mampu mengalahkan kebesaran Persib di mata urang sunda. Apalagi jika dikaitkan dengan aksi lilin tadi malam, isu yang seharusnya hanya terpusat di Jakarta yang mungkin pada awalnya ingin mendapat simpati dari masyarakat sunda, ternyata justru mendapat anti-pati karena kehadirannya berbarengan dan malah bergesekkan dengan “hari raya” urang sunda, yakni #PersibDay.
Percayalah, siapapun yang coba mengusik warisan luhur urang sunda dengan berbagai kepentingan politis atau apapun juga, Bobotoh sudah terlalu pintar menyikapi hal itu. Dan yakinlah, usaha kalian akan sia-sia, bahkan justru mungkin akan berdampak buruk bagi kalian sendiri.
Ditulis oleh Syamsu Rijal, Bobotoh asal Batujaya – Karawang
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar