Ilustrasi
Setiap orang barangkali pernah merasa cemas. Namun, jika kecemasan terjadi secara berlebihan, bisa jadi merupakan gangguan cemas, yaitu salah satu masalah kesehatan jiwa.
Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Suryo Dharmono mengungkapkan rasa
cemas biasa dengan orang yang menderita gangguan cemas tentunya berbeda.
“Kalau cemas biasa, biasanya stresornya (pemicunya) jelas, misalnya mau ujian, cemas, dipanggil atasan karena kesalahan, cemas. Kalau gangguan kecemasan panik stresornya enggak jelas,” ujar Suryo saat ditemui di sela-sela acara Pekan Proyeksi Jiwa di Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta, Senin (5/10/2015).
Gangguan panik merupakan salah satu jenis gangguan kecemasan yang ditandai dengan jantung berdebar-debar, sesak napas, hingga ingin pingsan. Tidak jelas apa yang memicu munculnya gangguan panik karena terjadi secara tiba-tiba. Pemeriksaan secara fisik pun ternyata normal.
“Tiba-tiba saja perasaan kayak mau pingsan sampai beberapa kali mengakses UGD, tapi pas diperiksa normal. Kalau cemas biasa kita dihadapi pada situasi yang real (nyata),” lanjut Suryo.
Perasaan cemas bisa akan hilang ketika masalah selesai. Namun, pada orang yang memiliki gangguan panik, gejala muncul tiba-tiba tanpa pemicu yang jelas.
Orang yang memiliki gangguan panik bisa diatasi dengan minum obat. Gangguan panik bisa dinyatakan sembuh ketika gejalanya tak lagi muncul. Namun, bisa muncul kembali jika terdapat pemicu seperti keluarga meninggal dunia. Untuk jenis gangguan kecemasan lainnya, seperti fobia, bisa diatasi dengan terapi psikologi.
“Cara mengobatinya tergantung dari situasi. Kalau gangguan panik, obat penting karena seranganya membuat orang tidak bisa mengatasi dirinya,” kata Suryo.
Suryo mengatatakan, gangguan cemas biasanya terjadi pada usia 18-25 tahun dan sangat jarang ditemui pada orangtua. Jika orangtua sering merasa cemas karena ada pemicu yang jelas, maka tidak termasuk gangguan kecemasan.
“Kalau cemas biasa, biasanya stresornya (pemicunya) jelas, misalnya mau ujian, cemas, dipanggil atasan karena kesalahan, cemas. Kalau gangguan kecemasan panik stresornya enggak jelas,” ujar Suryo saat ditemui di sela-sela acara Pekan Proyeksi Jiwa di Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta, Senin (5/10/2015).
Gangguan panik merupakan salah satu jenis gangguan kecemasan yang ditandai dengan jantung berdebar-debar, sesak napas, hingga ingin pingsan. Tidak jelas apa yang memicu munculnya gangguan panik karena terjadi secara tiba-tiba. Pemeriksaan secara fisik pun ternyata normal.
“Tiba-tiba saja perasaan kayak mau pingsan sampai beberapa kali mengakses UGD, tapi pas diperiksa normal. Kalau cemas biasa kita dihadapi pada situasi yang real (nyata),” lanjut Suryo.
Perasaan cemas bisa akan hilang ketika masalah selesai. Namun, pada orang yang memiliki gangguan panik, gejala muncul tiba-tiba tanpa pemicu yang jelas.
Orang yang memiliki gangguan panik bisa diatasi dengan minum obat. Gangguan panik bisa dinyatakan sembuh ketika gejalanya tak lagi muncul. Namun, bisa muncul kembali jika terdapat pemicu seperti keluarga meninggal dunia. Untuk jenis gangguan kecemasan lainnya, seperti fobia, bisa diatasi dengan terapi psikologi.
“Cara mengobatinya tergantung dari situasi. Kalau gangguan panik, obat penting karena seranganya membuat orang tidak bisa mengatasi dirinya,” kata Suryo.
Suryo mengatatakan, gangguan cemas biasanya terjadi pada usia 18-25 tahun dan sangat jarang ditemui pada orangtua. Jika orangtua sering merasa cemas karena ada pemicu yang jelas, maka tidak termasuk gangguan kecemasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar