Oleh EH Kartanegara
''Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.'' (QS Adz-Dzariyaat [51]: 56).
Ayat tersebut terkesan seperti pernyataan Allah, bukan perintah kepada manusia. Namun, jika dihayati lebih mendalam, lewat ayat tersebut Allah sesungguhnya menunjukkan kekuasaan-Nya yang absolut kepada manusia. Tak ada tawar-menawar bagi manusia untuk mencapai hakikat hidup selain menyembah kepada Allah.
Banyak orang yang berusaha atau mencoba melawan ketetapan itu. Kita tahu akibat apa yang akan ditanggungnya, baik semasa hidup di dunia maupun terlebih lagi kelak di akhirat. Hanya orang kafir yang congkak yang berani melawan ketentuan Allah, secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi.
Bagi orang yang ikhlas, berserah diri kepada Allah dijamin bakal selamat di dunia dan akhirat. Sebab, kita --para manusia-- memang diciptakan Allah bukan untuk tujuan iseng atau main-main.
Para mufasir menafsirkan kata khalaqtu (tidak mencipta) dalam ayat tersebut, menunjukkan bahwa Allah punya kehendak khusus kepada manusia. Salah satunya adalah menjadi khalifah di bumi.
Maka, menjadi khalifah di bumi, tak lain adalah amanat, tugas, dan kewajiban, yang diberikan Allah kepada manusia. Bedakan kata 'khalifah' ini dengan pengertian politik manusia yang mentang-mentang dipilih menjadi pemimpin lewat pemilu, misalnya, lantas mau bertindak sewenang-wenang.
Khalifah dalam konteks amanat Allah adalah tugas mulia, yaitu menjadi wali atau wakil Allah di bumi. Di sini asyiknya, kalau Allah memberi tugas kepada manusia, pasti Allah juga memberi fasiltas yang luar biasa melimpah kepada manusia. Allah Mahatahu bahwa tanpa fasilitas, manusia hanyalah setitik debu yang hina.
Sungguh remeh jika fasilitas itu cuma berupa istana gemerlap, seribu mobil mewah, segudang berlian, dan deposito triliunan rupiah. Tak ada angka yang bisa mencatat fasilitas Allah untuk manusia. Kekayaan dan ilmu Allah, bahkan tak terbayangkan oleh manusia.
Untuk ilmu Allah, kita ingat surat Luqman (31) ayat 27, ''Dan sekiranya pohon-pohon di bumi adalah pena dan samudera (adalah tinta) dan sesudah itu ditambah dengan tujuh samudera, kalimat Allah tak akan pernah habis ditulis. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.''
Dalam teks aslinya, kata kalimatullah diterjemahkan oleh beberapa mufasir sebagai 'ilmu Allah dan hikmah-Nya'. Dengan ilmu Allah itulah, manusia diberi bekal materi, rohani, dan pengetahuan yang berlimpah untuk mengemban amanat menjadi wakil Allah di bumi.
Jika kepada para pejabat atau bos di kantor, kita tak malu merunduk-runduk, bahkan mengemis dan menyuap demi memperoleh fasilitas, sungguh terlaknat jika kita tak mau menyembah Allah. Jauh sebelum memperoleh fasilitas dari orang lain, kita sudah lebih dulu menikmati fasilitas gratis dari Allah yang telah menghidupkan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar