Perencana keuangan dari Finansia Consulting, Eko Endarto, berpendapat, pasangan yang baru menikah dan merencanakan segera memiliki momongan sebaiknya cepat membeli rumah. Kenapa?
"Kalau menunda pembelian rumah, sementara anak sudah lahir, keinginan memiliki rumah semakin sulit dicapai," kata Eko.
Pasalnya, ketika pasangan sudah memiliki anak, akan semakin sulit mengalokasikan sebagian pendapatan untuk membeli rumah.
"Biaya untuk anak lumayan besar, mulai dari susu hingga biaya sekolah, jadi semakin sulit mengalokasikan dana untuk rumah," jelas Eko.
Dia menyarankan memilih jangka waktu kredit yang panjang ketika konsumen memutuskan untuk membeli rumah dengan cara kredit. Alasannya, walaupun bunga yang dibayarkan ke bank lebih besar, kenaikan harga rumah jauh lebih tinggi dibandingkan bunga yang dibayarkan.
Selain itu, kredit berjangka panjang membuat cicilan per bulan menjadi lebih kecil. Dengan demikian, sebagian pendapatan dapat digunakan untuk keperluan lain, seperti mempersiapkan dana pendidikan anak.
"Memutuskan untuk mencicil rumah memerlukan kesiapan mental, juga perhitungan cermat agar tidak menjadi beban," tambah Indrastomo Nugroho, Vice President Cosumer & Retail Lending BNI.
Menurut perhitungan Eko, 30 persen dari pendapatan dapat dialokasikan untuk membayar seluruh cicilan utang termasuk utang KPR.
"Bisa saja 40 persen dari pendapatan, tetapi syaratnya, cicilan utang konsumtif, seperti kartu kredit, harus terus diturunkan," katanya.
Sementara itu, Nina Noviana, MGR Consumer Product Development BNI, mengingatkan agar konsumen perlu berhati-hati memilih bank pemberi KPR.
"Jangan sampai banknya tiba-tiba tutup, sehingga kita sulit mengurus sertifikatnya," tambah Nina
Tidak ada komentar:
Posting Komentar