Astronom menemukan petunjuk keberadaan planet kesembilan, dan itu bukan Pluto yang dikeluarkan dari posisinya sebagai planet, tahun 2006 lalu. Penemuan ini berpotensi kembali menggoyang kemapanan pemahaman tentang tata surya.
Michael E Brown dan Konstantin Batygin dari California Institute of Technology mengungkap riset yang menunjukkan adanya planet kesembilan itu dalam publikasi di Astrophysical Journal pada Rabu (20/1/2016).
"Kami cukup yakin ada satu lagi planet di luar sana," kata Brown seperti dikutip New York Times, Rabu kemarin.
Brown mengatakan, planet itu memiliki massa 5-10 kali bumi. Dengan massa itu, planet kesembilan pantas disebut sebagai Bumi super atau Neptunus mini.
Letak planet kesembilan itu begitu jauh. Di titik terdekat, jaraknya dengan Matahari mencapai 32 miliar kilometer, sedangkan di titik terjauh 160 miliar kilometer, 200-1.200 kali lebih jauh dari jarak Bumi ke Matahari.
"Mungkin memakan waktu 20.000 tahun untuk melakukan revolusi penuh," kata Batygin seperti dikutip National Geographic.
Jika hidup di planet itu, umur manusia akan terkesan sangat singkat. Taruhlah umur rata-rata manusia di bumi 65 tahun, di planet itu hanya terhitung 0,00325 tahun.
Kisah penemuan petunjuk
Penemuan yang berpotensi memicu penulisan ulang anggota tata surya itu sebenarnya bermula dari pesimisme. Brown dan Batygin tak yakin ada planet kesembilan.
Tahun 2014, Scott Sheppard dari Carnegie Institution of Science dan Chad Trujillo dari Gemini Observatory di Hawaii memublikasikan makalah yang mengungkap kemungkinan adanya planet kesembilan.
"Kami pikir gagasan itu gila," kata Brown seperti dikutip The Washington Post, Rabu.
Menurut Brown dan Batygin, obyek yang lebih jauh dari Pluto mungkin hanya benda-benda kecil, seperti asteroid yang terhampar di kawasan tepi tata surya bernama Sabuk Kuiper.
Namun, dengan melakukan penghitungan dan pemodelan komputer, Brown dan Batygin justru menemukan bahwa keberadaan obyek besar seukuran planet itu sangat mungkin.
Ada dua petunjuk terkait keberadaan planet, yaitu adanya celah di Sabuk Kuiper dan tatanan beberapa benda langit di sana.
Pada jarak antara 7,5 miliar kilometer dan 10,5 miliar kilometer dari Matahari, di daerah Sabuk Kuiper, ada sebuah celah besar alias daerah kosong. Celah ini mungkin terjadi bila ada benda besar yang dengan gaya gravitasinya mampu mengosongkan wilayah.
Di Sabuk Kuiper, ada enam benda besar bernama Sedna, 2004 VN112, 2007 TG422, 2012 GB174, 2012 VP113, dan 2013 RF98 yang letaknya mengelompok. Itu tak mungkin kebetulan. Pasti ada gangguan gravitasi dari benda besar yang membuatnya demikian.
"Benar-benar sebuah momen yang mengejutkan manakala ide lucu berubah menjadi sesuatu yang mungkin nyata," kata Brown.
Brown adalah astronom di belakang penemuan Eris, benda kecil di Sabuk Kuiper. Berkat penemuan itu, Pluto "ditendang" dari statusnya sebagai planet.
Masih awal
Namun, Sheppard mengungkapkan bahwa petunjuk ini masih awal. Belum bisa dipastikan bahwa planet kesembilan itu benar-benar ada.
"Sampai kita benar-benar melihatnya, maka akan selalu menjadi pertanyaan apakah obyek itu benar-benar ada," ungkap Sheppard.
Meski demikian, Sheppard mengatakan, kemungkinan planet kesembilan itu nyata adalah 40-60 persen. Sementara itu, Brown 90 persen yakin.
Astronom amatir Ma'rufin Sudibyo mengatakan, "Astronom masih harus bekerja keras, bahkan sangat keras, dengan mengerahkan segenap instrumen terbaiknya saat ini untuk bisa mengungkap apakah 'planet kesembilan' memang benar-benar ada atau tidak."
"Dengan perkiraan magnitudo semu sekitar +24, upaya pencarian ini akan menjadi salah satu petualangan ilmiah yang sangat sulit, sekaligus sangat menantang," imbuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar