Oleh: Mahmud Yunus
Umar bin Khattab mengungkapkan, ada enam
perkara yang dirahasiakan Allah SWT kepada hamba-Nya. Tentu, ada
alasannya, antara lain, agar hamba-Nya bersungguh-sungguh dalam
mendapatkan rahasia tersebut.
Pertama, Allah merahasiakan
ridha-Nya di balik ketaatan hamba-Nya. Hal tersebut dimaksudkan agar
hamba-Nya bersungguh-sungguh melakukan ketaatan kepada-Nya. Dengan
begitu, mereka tak mengesampingkan ketaatan walaupun tampaknya
sederhana.
Sebab, boleh jadi di balik ketaatan yang tampaknya
sederhana itulah terdapat ridha-Nya. Kedua, Allah merahasiakan murka-Nya
terhadap hamba-Nya yang “berani” melakukan kemaksiatan. Ini bertujuan
agar hamba-Nya itu bersungguh-sunguh menjauhi kemaksiatan.
Dengan
begitu, hamba-Nya tidak akan menyepelekan kemaksiatan dalam segala
bentuknya kendati tampaknya sederhana. Sebab, boleh jadi di balik
kemaksiatan yang tampaknya sederhana itulah terdapat murka-Nya.
Ketiga,
Allah merahasiakan kapan datangnya malam kemuliaan atau Lailatul Qadar.
Tujuannya, agar hamba-Nya bersungguh-sungguh beribadat sepanjang bulan
suci Ramadhan. Seperti dijelaskan dalam firman-Nya, Lailatul Qadar itu
lebih baik dibandingkan seribu bulan.
Allah berfirman, “Malam
kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS al-Qadr [97]: 3). Ambil
contoh, sebagaimana dinyatakan dalam sabda Rasulullah SAW, pahala
(amalan) sunah di dalamnya ditingkatkan menjadi setara dengan pahala
(amalan) wajib.
Keempat, Allah merahasiakan wali-Nya terhadap
hamba-Nya. Hal tersebut dimaksudkan agar hamba-Nya tidak merendahkan
derajatnya. Selain itu, agar hamba-Nya tidak meminta didoakan oleh
mereka. Jadi, hamba tersebut tidak meremehkan mereka.
Sebab,
boleh jadi orang yang diremehkan itu adalah wali-Nya. Kelima, Allah
merahasiakan datangnya ajal di balik umur hamba-Nya. Maksudnya agar
seorang hamba mempersiapkan diri dengan baik sepanjang hayatnya untuk
menyambut kedatangan ajalnya.
Sebab, sejatinya kematian itu bisa
datang secara tiba-tiba. Sedangkan, yang keenam, Allah merahasiakan
datangnya waktu shalat Wustha. Hal tersebut dimaksudkan agar hamba-Nya
bersungguh-sungguh mengikhtiarkannya.
Sebagaimana dijelaskan
dalam firman-Nya, shalat Wustha merupakan shalat paling utama di antara
shalat lima waktu. Allah berfirman, “Peliharalah segala shalat (kalian)
dan (peliharalah pula) shalat Wustha. Berdirilah untuk Allah (dalam
shalat kalian) dengan khusyuk.’” (QS al-Baqarah [2]: 238).
Ada
yang berpendapat, yang dimaksud shalat Wustha (shalat yang di
tengah-tengah) adalah shalat Ashar. Tetapi, yang tahu persis hanya
Allah. Selain merahasiakan enam perkara tersebut, Allah juga
merahasiakan saat paling mustajab pada Jumat.
Hamba-Nya yang
berdoa tepat pada saat paling mustajab itu pasti akan dikabulkan
oleh-Nya. Dengan begitu, hamba-Nya akan bersungguh-sungguh
mendapatkannya sepanjang Jumat. Ada yang berpendapat saat paling
mustajab pada Jumat adalah waktu Ashar. Akan tetapi, yang tahu persis
hanya Allah. Wallahu ‘alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar