TIDAK seperti Barat yang membolehkan apapun dalam hubungan
suami-istri, istilahnya ‘main sergap saja’, tidak demikian dalam Islam.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang Muslim ketika
hendak mendatangi istrinya. Apa saja?
1. Bersih Diri dan berwudhu
Mengondisikan tubuh bersih (dengan mandi dan gosok gigi) adalah
bagian dari adab jima’ sekaligus membuat suami atau istri lebih
tertarik. Sebaliknya, tubuh yang tidak bersih cenderung mengganggu dan
menurunkan daya tarik.
Abu Rafi’ radhiyallahu ‘anhu berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam pada suatu hari pernah menggilir istri-istri beliau, beliau mandi
tiap kali selesai berhubungan bersama ini dan ini. Aku bertanya, “Ya
Rasulullah, bukankah lebih baik engkau cukup sekali mandi saja?” Beliau
menjawab, “Seperti ini lebih suci dan lebih baik serta lebih bersih,”
(HR. Abu Daud dan Ahmad).
2. Memakai parfum/wewangian
Wewangian adalah salah satu sunnah Nabi. Beliau bersabda: “Empat
macam diantara sunnah-sunnah para Rasul yaitu : berkasih sayang, memakai
wewangian, bersiwak dan menikah,” (HR. Tirmidzi).
Bagi istri, memakai parfum/wewangian yang dianjurkan adalah saat-saat
seperti ini, bukan pada waktu keluar rumah yang justru dilarang
Rasulullah.
“Perempuan manapun yang menggunakan parfum kemudian melewati suatu
kaum agar mereka mencium wanginya maka dia seorang pezina,” (HR Ahmad)
Yang perlu diperhatikan di sini ialah, aroma atau jenis wewangian
yang dipakai hendaknya yang disukai suami atau istri. Sebab, ada suami
atau istri yang tidak menyukai aroma wewangian tertentu. Wewangian yang
tepat membuat hasrat suami atau istri semakin meningkat.
3. Shalat dua raka’at
Adab ini terutama bagi pengantin baru. Sebagaimana atsar Abdullah bin
Mas’ud radhiyallahu ‘anhu yang menaiehati pengantin baru agar mengajak
istrinya shalat dua raka’at terlebih dahulu ketika memulai malam
pertama.
4. Berdandan dan berpakaian yang disukai suami atau istri
Adakalanya istri malu memakai pakaian minim yang disukai suaminya.
Padahal dalam sebuah hadits disebutkan “Sebaik-baik istri kalian adalah
yang pandai menjaga diri lagi pandai membangkitkan syahwat. Yakni keras
menjaga kehormatan dirinya lagi pandai membangkitkan syahwat suaminya,”
(HR. Ad Dailami).
Senada dengan hadits itu, Muhammad Al Baqir, cicit Husain bin Ali
menjelaskan: “Sebaik-baik wanita diantara kalian adalah yang membuang
perisai malu ketika menanggalkan pakaian di hadapan suaminya dan
memasang perisai malu ketika ia berpakaian kembali.”
Hadits dan maqalah ini juga menjadi dalil bahwa di dalam jima’, suami
istri boleh menanggalkan pakaian dan tidak haram melihat aurat
masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar