MENEPIS teori lama, kornea mata dari mereka yang berusia lanjut saat ditransplantasi ternyata mempunyai daya tahan yang sama apabila dibandingkan dengan kornea yang berasal dari pendonor berusia muda. Hasil riset terbaru dari Amerika Serikat ini cukup mengejutkan di saat sebagian besar pencangkokan organ mata selama ini lebih tertuju perhatiannya pada pemakaian kornea yang berasal dari pendonor usia muda.
"Saat ini kami mempunyai bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa kornea yang berasal dari pendonor berusia lanjut dapat digunakan untuk pencangkokkan," kata Dr. Edward Holland dari Universitas Cincinnati dan salah seorang periset terkemuka dalam studi tersebut.
Kornea merupakan selaput bening pelindung bagian depan mata yang berfungsi dalam pemfokusan cahaya. Menurut Asosiasi Bank Mata Amerika, lebih dari 39.000 pencangkokkan kornea dilaksanakan tahun lalu.
Suplai kornea mata yang ada di AS selama ini masih memadai. Namun, suplai kornea mengalami defisit di tingkat internasional. Bank Mata Amerika khawatir terjadi pengetatan suplai kornea di AS pada saat Badan Pengawas Obat dan Makanan di AS FDA memperketat standar keamanan terhadap pendonor. Kekhawatiran tersebut dapat meningkatkan minat terhadap pendonor kornea usia lanjut.
Dokter bedah mata telah memutuskan cara mencangkokkan kornea yang berasal dari pendonor usia lanjut. Beberapa dokter bedah, termasuk di Belanda, telah bekerjasama dengan bank mata yang menerima kornea dari pendonor yang berusia di atas 65 tahun.
Beberapa bank mata lainnya menetapkan pendonor dengan usia yang lebih muda walaupun usia tidak menjadi faktor terpenting. Pendonor kornea mata wajib berkondisi sehat, bebas dari berbagai infeksi, dan kornea harus mengandung cukup tipe sel seperti endothelial yang menyeimbangkan cairan untuk menjaga kejernihan kornea.
Untuk meninjau apakah usia berpengaruh dalam transplantasi kornea, National Eye Institute di AS mendanai jaringan yang terdiri dari 80 pusat medis. Para periset merekrut 1.000 peserta studi yang memerlukan kornea baru karena 2 kondisi - radang yang dikenal dengan distrofi Fuch dan komplikasi bedah katarak. Dua kondisi tersebut terhitung mencapai hampir separuh dari penyebab diadakannya pencangkokkan kornea.
Sebagian besar yang menerima kornea baru berusia 60an hingga 70an tahun, walaupun 12 persen diantaranya berusia 50an tahun dan 3 persen diantaranya berusia 40an tahun. Peserta studi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok pertama yang mendapatkan kornea dari pendonor usia 12 hingga 65 tahun dan kelompok kedua menerima kornea dari pendonor usia 66 hingga 75 tahun.
Kemudian, para periset mempelajari seberapa sering transplantasi itu mengalami kegagalan karena kornea tidak dapat berfungsi di mata penerima donor atau kornea memasuki kondisi berawan atau terdapat bagian keputihan yang menghalangi masuknya cahaya ke mata. Lima tahun setelah penerima studi menerima kornea tersebut, 86 persen dari kedua kelompok masih tidak mengalami masalah dengan kornea baru yang mereka terima.
"Teori lama tentang syaraf pada kornea mata pendonor usia lanjut menjadi bias karena hasil riset terbaru ini," kata periset lainnya, Dr. Jonathan Lass dari University Hospitals Case Medical Center di Cleveland. "Riset terbaru tersebut akan mengubah pandangan kami terhadap teori lama," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar