Oleh: Farah Octavia, S.Psi*
Bulan Ramadhan sebentar lagi akan datang. Banyak di antara kaum
muslimin dan muslimat yang menunggu dan merindukan kehadiran bulan suci
yang penuh rahmat, berkah serta pengampunan dari Allah SWT. Salah satu
ibadah khusus yang wajib dilaksanakan pada bulan ini adalah ibadah
puasa. Menjalankan ibadah puasa bukanlah sesuatu aktivitas baru bagi
orang dewasa. Namun bagi anak–anak butuh penyesuaian lebih bagi mereka
untuk menjalani ibadah ini dengan jujur dan benar. Di beberapa sekolah
biasanya akan ditemui program yang mendukung anak- anak untuk menjalani
ibadah puasa di bulan Ramadhan, seperti program pesantren kilat atau
mengisi buku agenda di bulan Ramadhan. Akan tetapi tetap saja diperlukan
motivasi dan kreativitas dari orang tua baik dalam mempersiapkan dan
mendampingi anak selama pelaksanaannya agar anak – anak tetap
bersemangat menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan.
Mempersiapkan anak menyambut Ramadhan dapat dimulai dari beberapa
hari menjelang Ramadhan. Hal yang pertama dilakukan yaitu orang tua
terlebih dahulu menguatkan kembali aqidah anak dengan menanamkan pikiran
kepada anaknya bahwa Allah Sang Maha Pencipta akan ridho kepada
hambaNya yang berpuasa, bahkan Allah menjanjikan 1 pintu surga khusus
diperuntukkan bagi orang yang berpuasa dengan jujur dan benar yakni
pintu surga ArRayyan. Orang tua juga dapat memberitahukan manfaat
berpuasa untuk kesehatan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak.
Selanjutnya kegiatan lain yang bisa dilakukan dalam mempersiapkan
jiwa anak agar termotivasi berpuasa di bulan Ramadhan yaitu dengan
mengajak atau mendukung anak mengikuti pawai menyambut ramadhan (tarhib
ramadhan) baik yang diadakan di mesjid lingkungan rumahnya maupun
disekolahnya. Hiasi pula rumah dengan spanduk atau tulisan–tulisan yang
dapat memotivasi mereka untuk dapat terus berpuasa selama Ramadhan.
Dalam prinsip perkembangan anak, lingkungan (nurture) berpengaruh pada
perilaku yang ditampilkan anak. Meskipun secara bawaan (nature) anak
tersebut adalah anak yang cenderung suka mengkonsumsi makanan dan
minuman, namun jika lingkungan di sekelilingnya mengkondisikan dan
memotivasi untuk berpuasa maka anak akan cenderung dapat mempertahankan
perilaku berpuasa. Hal penting lainnya adalah sebelum memotivasi anak
berpuasa, orang tua juga harus meyakini dirinya sendiri terlebih dahulu
bahwa anak–anaknya tetap akan sehat jika berpuasa. Dengan ada keyakinan
tersebut dapat memotivasi orang tua untuk mengatur menu yang sehat untuk
anaknya selama Ramadhan. Keyakinan orang tua yang kuat bahwa anaknya
mampu berpuasa akan menularkan keyakinan yang kuat pula bagi
anak–anaknya.
Dalam menjalankan ibadah puasa, orang tua dapat membiasakan anak–anak
untuk latihan berpuasa dimulai dari usia 4 atau 5 tahun. Sebagai
latihan, anak–anak dapat diajak terlebih dahulu berpuasa sampai waktu
zuhur saja. Saat memasuki pertengahan bulan Ramadhan, orang tua dapat
memberikan tantangan kepada anaknya dengan menanyakan apakah si anak
sanggup untuk berpuasa sampai waktu maghrib. Sebagai langkah awal,
tantangan ini dapat diiringi dengan reward/hadiah untuk keberhasilannya
menjalani puasa “full”. Pada usia ini, anak- anak sudah memasuki
tahapan kognitif preoperasional akhir dimana mereka sudah mampu menalar
secara sederhana bahwa perbuatan baik akan mendapatkan balasan yang baik
(reward). Reward yang diberikan bisa berupa ucapan selamat, memberikan
menu favorit anak saat berbuka maupun sahur yang sehat atau membelikan
barang yang diinginkan anak.
Ketika menjalani ibadah puasa, tak jarang anak akan mengeluh lapar
dan haus kepada orang tua. Untuk mengalihkan rasa haus dan lapar anak
,orang tua bisa mengajak anak melakukan kegiatan asyik namun tidak
melelahkan seperti mewarnai, bermain puzzle, membuat kreativitas,
melibatkan anak membuat masakan dan minuman untuk berbuka, berbagi
ta’jil kepada tetangga atau kaum dhuafa di lingkungan rumah, dll. Ajari
pula anak untuk membedakan mana hal- hal yang dapat membatalkan puasa
dan mengurangi nilai puasa (di antaranya: marah, berbohong, mengejek,
menangis karena bertengkar) agar ia dapat menjalankan ibadah puasa
dengan benar. Beritahukan kepada anak mengenai pesan Rasulullah saw
bahwa banyak orang yang berpuasa akan tetapi tidak mendapatkan pahala
apapun melainkan rasa lapar dan haus saja, agar ia turut menjaga
perilakunya ketika berpuasa.
Melatih anak berpuasa pada hakikatnya melatih mereka untuk bersabar
dan belajar mengendalikan hawa nafsunya. Anak yang sejak dini kita latih
ini kelak akan tumbuh menjadi pemuda generasi penerus bangsa dan agama.
Hal yang membuat miris yang terjadi dan mencuat di berbagai media dalam
beberapa bulan terakhir ini yakni banyaknya penyimpangan sosial dan
moral serta kriminalitas yang telah dilakukan baik oleh anak maupun
remaja di Indonesia. Penyimpangan tersebut dilakukan karena akal
pikiran mereka tidak mampu mengendalikan hawa nafsu yang ditunggangi
syetan sehingga berujung pada kejahatan. Kita semua berharap agar
momentum ibadah puasa di bulan suci Ramadhan dapat menjadikan manusia
khususnya para anak dan remaja muslim di Indonesia dapat lebih
mengendalikan hawa nafsu, mengedepankan akal sehat dan mendengarkan hati
nurani.
*Konsultan Psikologi Forum Sahabat Keluarga dan Rise Management & Consulting
Tidak ada komentar:
Posting Komentar