"Cara pandang di atas akhirnya memang membuktikan fitrah manusia membutuhkan kehadiran ajaran agama. Agama menjadi pengendalian dari kecerdasan akal yang memang membutuhkan tali kekang," kata Nofi, Sabtu, (4/6).
Seperti dikatakan Buya Hamka agama laksana tali kekang kuda bagi manusia. Dimana ajaran-ajaran agama dan ibadah yang mesti dilaksanakan menjadi alat bantu agar manusia tidak menggunakan akal untuk merusak kemanusiaannya.
Akal berkembang liar, nalar bisa cerdas menggali potensi dunia, bisa rakus jika bersanding dan bekerja sama dengan dengan hawa nafsu. Bisa membunuh dan merusak alam melebihi apapun juga. "Karena potensi akal memang bisa melakukan itu. Kehadiran agama, menjadi penjaga liarnya nalar," ujar Nofi.
Ibadah puasa, sebagai ibadah wajib kaum beriman, satu dari sekian banyak ibadah yang membuat akal, hawa nafsu, bisa ditundukkan dengan sikap tawaddu, pengendalian diri dari hal-hal yang merusak ibadah. Ini ibadah yang membangun pondasi kejujuran luar biasa.
Ibadah puasa di bulan suci Ramadhan yang setiap tahun dirindukan kedatangannya, tempat kita mengasah kecerdasan spiritual. Agar kita terjaga untuk membangun nilai-nilai luhur kemanusiaan, meningkatkan kebajikan atas kehidupan di sekitar kita.
Pengalaman di bidang bisnis, terang dia, di mana tempat adu strategi berbisnis membutuhkan segala kecerdasan, tidak hanya kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional semata. Tetapi juga harus dilengkapi dengan kecerdasan spiritual.
"Orang-orang bisnis yang sukses, senyatanya memang memiliki tiga kecerdasan itu secara baik dan seimbang. Banyak yang tersungkur karena tidak seimbangnya tiga hal tersebut, atau hanya mengedepan satu dari padanya," ujar Nofi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar