Guru Besar Biokimia dan Biologi Molekuler Universitas Airlangga, Surabaya, Chairul Anwar Nidom, mengatakan, masyarakat perlu memperkuat kekebalan tubuh agar tidak mudah terinfeksi virus Zika yang saat ini sedang menginfeksi ribuan orang di Brasil dan dua negara lain di Benua Amerika.
"Penanganan terhadap virus Zika bisa dengan dua cara. Pertama dengan cara yang menyasar virusnya, yakni dengan vaksin dan kedua, cara yang menyasar tubuh kita dengan imunomodulator. Karena saat ini belum ada vaksin untuk virus Zika maka yang bisa dilakukan adalah memperkuat kekebalan tubuh," ujar Nidom, Senin (1/2/2016) yang dihubungi dari Jakarta.
Nidom mengatakan, pengembangan vaksin memerlukan waktu yang lama sedangkan infeksi Zika saat ini telah menyebar luas, terutama di Amerika. Oleh karena itu, yang bisa dilakukan masyarakat saat ini adalah menjaga tubuh agar tetap sehat dan bugar sehingga tidak mudah terinfeksi.
Nyamuk Aedes
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dalam laman resminya, menyatakan bahwa Zika adalah virus dari golongan Flaviviridae yang ditularkan ke manusia oleh nyamuk Aedes. Orang yang terjangkit virus Zika akan merasakan gejala seperti sakit kepala, ruam di wajah, leher, lengan atas. Mungkin juga menyebar ke telapak tangan dan kaki, demam, dan nyeri punggung.
Karena belum ada obat khusus untuk infeksi virus Zika maka pengobatan hanya diarahkan pada penguatan imunitas tubuh dan mengatasi gejala yang muncul atau dirasakan. Selain itu, yang terpenting ialah hindari gigitan nyamuk.
Direktur Jenderal WHO, Margaret Chan, berencana menggelar pertemuan Senin ini di Geneva, Swiss membahas langkah yang akan diambil oleh WHO selanjutnya terkait merebaknya virus Zika di 23 negara di Amerika.
Wakil Ketua Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB Papdi) Ari Fahrial Syam, mengatakan, gejala virus Zika sama dengan infeksi virus pada umumnya. Yakni, pasien mengalami gejala demam mendadak, lemas, kemerahan pada kulit badan, punggung, dan kaki. Kemudian disertai nyeri otot dan sendi.
Beda gejala virus Zika dengan demam berdarah dengue (DBD) adalah orang yang terinfeksi virus Zika matanya memerah karena mengalami radang konjungtiva. Perbedaan lain dengan DBD ialah infeksi virus Zika tidak menunjukkan penurunan kadar trombosit seperti pada pasien DBD.
Kepala Sub Direktorat Surveilans dan Respons Kejadian Luar Biasa Kemenkes, Ratna Budi Hapsari mengatakan, seperti halnya dalam mengantisipasi penyakit DBD masyarakat juga diminta untuk terus menjaga kebersihan agar tidak terinfeksi virus Zika. Gerakan 3M plus, yakni menguras, menutup, dan mengubur tempat yang memungkinkan menampung air perlu dilakukan terus.
Menurut Ratna, penanganan infeksi virus Zika tidak perlu dibedakan dengan DBD atau chikungunya. "Ini, kan, virus belum ada obatnya, sama dengan DBD, jadi sasarannya tentu vektor penyakitnya," jelas Ratna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar