.
Syaikh Al’Allaamah Abu ‘Ali Husain
Al-Muayyid, marja’ syiah (ulama tertinggi) untuk Iran, Irak dan bahkan
dunia telah masuk Islam (Sunni).
Ketika istrinya mengetahui ia telah
masuk dalam mazhab sunni, si isteri itu meminta cerai dan berkata kepada
beliau ; “Saya tidak akan pernah rela hidup menjadi istri seorang suami
yang mendoakan keridhaan terhadap Aisyah”,
Mendengar itu, beliau pun menjawab ; “Demikian juga aku, tidak mungkin bisa hidup dengan seorang istri yang selalu saja mencaci maki ibundaku, ‘Aisyah radhiyallaahu’anha”.
Mendengar itu, beliau pun menjawab ; “Demikian juga aku, tidak mungkin bisa hidup dengan seorang istri yang selalu saja mencaci maki ibundaku, ‘Aisyah radhiyallaahu’anha”.
Karena khawatir ditangkap atau dibunuh
oleh otoritas dan rezim Iraq dan Iran, beliaupun melarikan diri ke
Yordania, lalu pindah ke Libanon, dan sekarang telah hidup di Jeddah,
Arab Saudi. Ia mendapatkan suaka dan keamanan di Arab Saudi, dan
sekarang beliau menjadi salah satu ulama yang ditugaskan di Rabithah
Al-‘Aalam Al-islamiy di Jeddah.
Inila beritanya.
Inila beritanya.
***
Syiah Timur Tengah Dikagetkan Oleh Wajah Ayatullah / Marja’ (Ulama Tertinggi Rujukan) Mereka yang Kini Berwajah Seorang Ulama Sunni
Semalam, jam 9 Waktu Mekkah
ِِِAl-Mukarramah, Penganut agama syiah imamiyah itsna ‘asyariyah /
ja’fariyah Timur Tengah, digemparkan oleh TV Wesal Arab Saudi yang
menyajikan salah satu acara “terpanas” yang pasti membuat kuping kaum
syiah dan para ulama mereka memerah.
Pasalnya, tamu dalam acara tersebut
adalah salah seorang mantan ayatollah syiah, ulama hadis, fiqh dan ushul
agama syiah sekaligus sebagai marja’ (ulama rujukan tertinggi) dalam
komunitas syiah, yang kini berwajah sebagai seorang ulama sunni yang
sangat handal. Semalam ia muncul untuk pertama kalinya secara resmi
sebagai seorang ulama sunni, setelah sebelumnya ia kerap muncul sebagai
ulama syiah yang berserban hitam ala syiah.
Ini merupakan taqdir yang sangat luar
biasa, sebab seorang marja’ dalam agama syiah adalah ulama tertinggi,
semua fatwa dan ucapannya diamalkan laksana wahyu ,dan tak perlu ditanya
tentang dalil dari semua fatwanya. Derajat Marja’ ini, lebih tinggi
dari derajat keulamaan lainnya dalam agama syiah, hatta derajat ulama
mujtahid muthlaq ataupun presiden.
Biasanya kalau sudah menjadi marja’ ;
uang jutaan dolar dari hasil “khumus” (baca ; uang haram) akan memenuhi
rekening banknya di Swiss, Jerman, Prancis atau Negara Eropa lainnya.
Sebab semua uang khumus-nya kaum syiah, penempatannya diatur oleh
seorang marja’ sekehendaknya.
Dengan segala kekayaan dan tingginya derajat keulamaan ini, ternyata mantan marja’ syiah ini ; Syaikh Al’Allaamah Abu ‘Ali Husain Al-Muayyid
hafidzhahullah, meninggalkan pangkat tersebut dan lebih memilih untuk
menyelamatkan keyakinannya. Baginya pangkat, harta dan kedudukan tinggi
tidak berarti jika aqidah dan keyakinannya tidak memiliki dasar dan
pondasi yang benar dan absah. Inilah sebabnya, ia “melarikan diri” dari
semua harta dan pangkat dunia demi meraih cahaya iman dalam bingkai
mazhab ahli sunnah waljama’ah.
Tidak tanggung-tanggung, ia rela
meninggalkan semua kerabatnya, orangtuanya yang merupakan salah satu
pemuka syiah dari keturunan marga Al-Kaadzhimiyah (marga tertinggi
syiah) ia tinggalkan, demikian juga semua anaknya, dan istrinya ,ia
tinggalkan sebab mereka semua tidak menyetujui berpindahnya beliau ke
mazhab sunni.
Ibu beliau ; anak salah satu marja’
syiah ; Ayatullah Sayid Hasan Shadar.Sedangkan istrinya ; saudari dari
dai syiah populer, Ammaar Al-Hakim.
Ketika istrinya mengetahui ia telah masuk dalam mazhab sunni, ia meminta cerai dan berkata pada beliau ; “Saya tidak akan pernah rela hidup menjadi istri seorang suami yang mendoakan keridhaan terhadap Aisyah”,
Mendengar itu, iapun menjawab ; “Demikian juga aku, tidak mungkin bisa hidup dengan seorang istri yang selalu saja mencaci maki ibundaku, Aisyah radhiyallaahu’anha”.
Mendengar itu, iapun menjawab ; “Demikian juga aku, tidak mungkin bisa hidup dengan seorang istri yang selalu saja mencaci maki ibundaku, Aisyah radhiyallaahu’anha”.
Karena
khawatir ditangkap atau dibunuh oleh otoritas dan rezim Iraq dan Iran,
beliaupun melarikan diri ke Yordania, lalu pindah ke Libanon, dan
sekarang telah hidup di Jeddah, Arab Saudi. Ia mendapatkan suaka dan
keamanan di Arab Saudi, dan sekarang beliau menjadi salah satu ulama
yang ditugaskan di Rabithah Al-‘Aalam Al-islamiy di Jeddah.
Semalam, di Wesal TV beliau mengisahkan
perjalanan hidupnya, dari kecil, sewaktu menuntut ilmu di Hawzah Nejf,
dan Qum, hingga menjadi ulama rujukan (marja’) syiah di Iran dan Iraq
secara khusus, dan di dunia secara umum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar