Perkenalkan, saya Wildan
Hasan, seorang bapak rumah tangga biasa, yang senang belajar dan
menulis. Kecintaan saya untuk menuntut ilmu mendorong saya untuk kuliah
lagi di berbagai majelis ta’lim
smile emoticon
Sama sekali tak ada karir
yang menuntut saya untuk itu. Tulisan-tulisan saya selama ini,
kelihatannya cukup banyak diapresiasi orang; dalam arti, bukan tulisan
ngawur. Bahkan ada tulisan saya yang terkumpul dalam buku berjudul
Bawalah Facebookmu ke Surga yang pasti belum ibu baca he..
Ibu mungkin hanya ke-GR-an saja. Tepatnya mungkin ibu dipandang sebagai
orang yang patut diwaspadai karena pandangan-pandangan ibu terkait
konflik Suriah ngawur dan tak berimbang. Ibu menyebut kelompok-kelompok
pro jihad Suriah sebagai radikal. Maksudnya apa, Bu? Kategorisasinya
apa? Tujuannya apa menyebut seperti itu? Kemudian, ibu menyebut
media-media pro jihad Suriah sebagai teman ust Arifin Ilham. Jadi, ibu
bukan teman media pro jihad Suriah? Ibu pro mana? Maaf bila saya
dianggap lancang menyurati tokoh sebesar ibu.
Ada pesan penting yang ingin saya sampaikan kepada ibu. Tolong, jangan
kaitkan sebuah konflik dengan urusan pribadi. Apalagi urusan keuangan.
Karena siapa yang tidak tahu bahwa program Syiahisasi dunia Islam
dibiayai besar-besaran oleh Republik Syiah Iran. Ibu Dina yang mengaku
ibu rumah tangga biasa, tentu tidak senang kan apabila urusan dapurnya
diungkit-ungkit. Saya yakin ust Arifin Ilham punya penjelasan terkait
urusan dapurnya itu.
Awal konflik Suriah
Awal mula perang Suriah adalah dilatar belakangi oleh kekecewaan rakyat
Suriah terhadap rezim Bashar Asaad yang otoriter dan sewenang-wenang
terhadap rakyatnya. Rakyat Suriah kemudian melakukan aksi damai menuntut
keadilan. Akan tetapi rezim Bashar malah menanggapi aksi damai tersebut
dengan kekerasan.
Puncaknya adalah ketika ada anak Suriah menuliskan kata-kata di tembok
tentang Bashar Asaad, kemudian anak ini di bawa oleh tentara Assad
setelah di intrograsi anak kecil ini dikelupas kulitnya, lalu
ditumpahkan cairan ke tubuh yang mengelupas, sehingga sakitnya tiada
terperikan. Tentara Bashar sambil berteriak menuhankan Bashar Al-Assad.
Penduduk protes tapi mereka ditangkapi. Siksaan demi siksaan dilakukan
terhadap para tawanan yang dituduh menentang rezim Bashar Asad, padahal
orang-orang ini hanyalah penduduk kampung.
Konflik Suriah yang dimulai sejak demonstrasi di kota Dharaa, 11 Maret
2011 lalu sampai detik ini tidak juga menunjukkan tanda-tanda akan
berakhir. Akibat dari konflik itu, anak-anak kehilangan orang tuanya,
wanita kehilangan suami dan keluarganya, dan keluarga kehilangan harta
benda mereka. Rakyat Suriah terancam kehilangan masa depan.
Belum lagi jumlah korban meninggal yang sudah mencapai lebih dari 110
ribu jiwa, ditambah jutaan lainnya yang kehilangan tempat tinggal dan
harus menjadi pengungsi di luar negaranya. Sungguh hal itu sebuah
keadaan yang memilukan. Tragedi ini hendaknya membuka rezim Syiah Suriah
agar menghentikan pembantaian terhadap rakyatnya sendiri.
Lantas, apa penyebabnya sehingga hal itu terjadi dan menyebabkan jutaan
manusia menjadi korbannya? Penyebabnya adalah nafsu Syiah untuk berkuasa
dan menumpas selain Syiah.
Tidak banyak kaum muslimin yang mengetahui hakikat peristiwa yang tengah
terjadi di Suriah. Banyak di antara kaum muslimin yang menyangka
kebiadaban rezim Suriah tersebut semata-mata didasari oleh kepentingan
politik untuk menyelamatkan kekuasaan rezim Partai Baath, partai
sosialis yang telah mencengkeram rakyat Suriah selama puluhan tahun
dengan kekuatan senjata. Belum banyak yang tahu bahwa kebiadaban rezim
partai Baath dilatar belakangi oleh faktor ideologi dan agama. Ya,
partai Baath telah didominasi oleh kelompok Nushairiyah sejak era Hafizh
Asad. Kelompok Nushairiyah merupakan bagian dari sekte Syi’ah esktrim
yang telah dihukumi murtad dari Islam oleh seluruh ulama kaum muslimin.
Jadi, rezim Syi’ah ekstrim tengah mempertontonkan kebiadabannya kepada
mayoritas rakyat yang beragama Islam, ahlus sunnah wal jama’ah.
Demonstrasi damai versus kebiadaban militer di Suriah sejatinya adalah
pertaarungan dua agama: Islam versus Nushairiyah.
Tidak heran bila Iran yang beragama Syi’ah Imamiyah (biasa juga disebut
Syi’ah Itsna Atsariyah atau Syi’ah Ja’fariyah) getol memberikan dukungan
militer, politik, dan ekonomi kepada rezim Syi’ah Suriah. Dua aliran
Syi’ah ekstrim telah bertemu untuk menghabisi musuh bersama; mayoritas
rakyat Suriah yang beragama Islam aliran Ahlus Sunnah. Bila ditambah
kekuatan Syi’ah Lebanon (dengan milisi Hizbul Laata —plesetan dari nama
sebenarnya, Hizbullah), kekuatan Israel, dan Kristen Libanon yang juga
memusuhi Ahlus Sunnah; maka rakyat muslim sunni Suriah tengah terkepung
dari seluruh penjuru. Umat Islam sedunia sudah seharusnya terus
memberikan dukungan kepada perjuangan rakyat Suriah, sebagaimana
dukungan mereka kepada perjuangan rakyat muslim Mesir, Tunisia, dan
Palestina. Para ulama dan tokoh umat Islam wajib membongkar kedok rezim
Nushairiyah Suriah, sehingga wala’ dan bara’ kaum muslimin jelas.
Berikut ini sebagian fatwa ulama Islam yang menjelaskan hakekat kelompok
Nushairiyah dan partai Baath.
Fatwa tentang Sekte Nushairiyah
Fadhilah syaikh Hamud bin ‘Uqla Asy-Syu’aibi hafizhahullah
Siapa sebenarnya kelompok Nushairiyah itu? Kepada siapa mereka
menisbahkan diri? Kapan kelompok ini muncul? Di negeri mana saja
keberadaannya? Bagaimana ajaran agama mereka? Bagaiamana pendapat para
ulama tentang mereka? Bolehkah memberikan ucapan selamat atas hari-hari
kebahagiaan mereka dan memberikan ucapan bela sungkawa atas musibah yang
menimpa mereka? Bolehkah menshalatkan jenazah mereka?
Segala puji bagi Allah
Rabb seluruh alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan
kepada nabi Muhammad, keluarga, dan seluruh shahabatnya. Amma ba’du…
Jawaban atas beberapa pertanyaan di atas membutuhkan satu jilid buku
tersendiri. Untuk itu, kami akan menjawab secara ringkas saja:
Nushairiyah adalah salah satu kelompok Syi’ah ekstrim yang muncul pada
abad ketiga Hijriyah. Berbagai aliran keagamaan yang kafir seperti
Bathiniyah, Ismailiyah, Budha, dan sekte-sekte kafir yang berasal dari
agama Majusi masuk bergabung ke dalam kelompok Nushairiyah. Nushairiyah
banyak terdapat di Suriah dan negara-negara yang bertetangga dengan
Suriah.
Nushairiyah menisbahkan kelompoknya kepada seorang yang bernama Muhammad
bin Nushair An-Numair, yang mengklaim dirinya sebagai nabi dan
menyatakan bahwa Abul Hasan Al-Askari —-imam ke-11 kelompok Syi’ah—
adalah Tuhan yang telah mengutus dirinya sebagai nabi.
Ajaran agama Nushairiyah tegak di atas dasar akidah yang rusak dan
ritual-ritual ibadah yang usang hasil pencampur-adukkan dari ajaran
Yahudi, Nashrani, Budha, dan Islam. Di antara akidah sesat kelompok
Nushairiyah adalah:
1. Kultus individu yang esktrim terhadap diri sahabat Ali bin Abi Thaib
dengan meyakini beliau adalah Rabb (Tuhan Yang Maha Menciptakan, Maha
Mematikan, Maha Memberi rizki, Maha Mengatur alam), Ilah (Tuhan yang
berhak disembah—edt), dan Pencipta langit, bumi, dan seluruh makhluk. Di
antara bentuk penyembahan mereka kepada Ali bin Abi Thalib adalah
semboyan agama mereka:
( لا إله إلا حيدرة الانزع البطين ، ولا حجاب عليه إلا محمد الصادق الأمين ، ولا طريق إليه إلا سلمان ذو القوة المتين ..)
“Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Haidarah (Singa betina, julukan Ali—edt) ksatria yang terpercaya .Tiada hijab (penghalang) atasnya kecuali Muhammad Ash-Shadiq Al-Amin (yang jujur lagi terpercaya) Dan tiada jalan menujunya kecuali Salman Dzul Quwwatil Matin (pemilik kekuatan yang perkasa).“
Dari semboyan mereka ini nampak jelas bahwa kelompok Nushairiyah lebih
kafir dari kaum Yahudi, Nasrani, dan kaum musyrik sekalipun karena
dengan ucapan ini mereka menyandarkan penciptaan dan pengaturan seuruh
makhluk kepada Ali bin Abi Thalib. Sedangkan kaum Yahudi, Nasrani, dan
musyrik mengakui bahwa Allah SWT adalah Sang Pencipta dan Sang Pengatur
urusan seluruh makhluk.
2. Mereka meyakini reinkarnasi, yaitu meyakini bahwa jika seorang
manusia meninggal dunia maka ruhnya berpisah dengan jasadnya dan
memasuki jasad makhluk lain. Baik jasad manusia maupun jasad hewan,
sesuai jenis amal perbuatannya saat ia masih hidup. Jika amal
perbuatannya baik, maka ruhnya akan menempati jasad manusia atau hewan
yang mulia. Adapun jika amal perbuatannya buruk, maka ruhnya akan
menempati jasad hewan yang hina, seperti anjing dan lain sebagainya.
Hakekat dari keyakinan ini adalah meyakini bahwa dunia ini tidak akan
rusak, tidak akan pernah berakhir, tidak ada kebangkitan setelah mati,
tidak ada surga, tidak ada neraka…ruh akan senantiasa berpindah dari
satu jasad ke jasad lainnya sampai suatu saat yang tidak akan pernah
berakhir. Keyakinan yang rusak ini mereka ambil dari agama Budha, karena
keyakinan reinkarnasi adalah salah satu pokok ajaran agama Budha.
3. Di antara pokok ajaran akidah mereka yang sangat mengakar kuat adalah
kebencian dan permusuhan yang sangat keras terhadap Islam dan kaum
muslimin. Sebagai bentuk permusuhan dan kebenciaan mereka kepada Islam,
mereka menjuluki shahabat Umar bin Khatab dengan julukan ‘Iblisul
Abalisah’ (rajanya para iblis). Adapun tingkatan iblis setelah Umar
menurut keyakinan mereka adalah Abu Bakar kemudian Utsman.
4. Mereka mengharamkan ziarah ke kuburan Nabi Muhammad SAW karena di
samping makam beliau SAW terdapat makam shahabat Abu Bakar Ash-Shidiq
dan Umar bin Khathab.
Pada zaman dahulu keberadaan agama sesat Nushairiyah ini terbatas pada
sebuah tempat di negeri Syam dan mereka tidak diberi peluang untuk
memegang posisi dalam bidang pemerintahan maupun bidang pengajaran,
berdasar fatwa syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Keadaan itu terus berlanjut
sampai akhirnya penjajah Perancis menduduki negeri Syam. Perancis
memberi mereka julukan baru ‘Al-Alawiyyin’ (keturunan atau pendukung Ali
bin Abi Thalib), memberi mereka kesempatan mendiami seantero negeri
Syam, dan mengangkat mereka sebagai pemegang jabatan-jabatan penting
dalam pemerintahan penjajah Perancis di Syam.
Adapun pendapat para ulama Islam tentang kelompok
Nushairiyah…sesungguhnya para ulama Islam telah menyatakan Nushairiyah
adalah kelompok yang telah keluar dari agama Islam (kelompok murtad),
karena agama mereka tegak di atas dasar syirik, keyakinan reinkarnasi,
pengingkaran terhadap kehidupan setelah mati, surga, dan neraka.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah telah ditanya tentang status kelompok Nushairiyah, maka beliau menjawab:
الحمد لله رب العالمين .. هؤلاء القوم المسمون بالنصيرية هم وسائر أصناف
القرامطة الباطنية اكفر من اليهود والنصارى بل اكفر بكثير من المشركين ،
وضررهم على أمة محمد صلى الله عليه وسلم أعظم من ضرر الكفار المحاربين فإن
هؤلاء يتظاهرون عند جهال المسلمين بالتشيع وموالاة أهل البيت وهم في
الحقيقة لا يؤمنون بالله ولا برسوله ولا بكتابه ولا بأمر ولا بنهي ولا ثواب
ولا عقاب ولا بجنة ولا بنار ولا بأحد من المرسلين قبل محمد صلى الله عليه
وسلم ولا بملة من الملل ولا بدين من الأديان السالفة بل يأخذون من كلام
الله ورسوله المعروف عند علماء المسلمين ويتأولونه على أمور يفترونها
ويدعون أنها علم الباطن من جنس ما ذكره السائل …)
“Segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam. Kelompok yang dinamakan Nushairiyah tersebut dan seluruh kelompok Qaramithah Bathiniyah (salah satu sekte Syi’ah yang ekstrim) yang lain adalah orang-orang yang kekafirannya lebih parah dari kekafiran kaum Yahudi dan Nashrani, bahkan kekafirannya lebih berat dari kekafiran kebanyakan kaum musyrik. Bahaya mereka (kelompok Nushairiyah dan Qaramithah Bathiniyah) terhadap kaum muslimin lebih besar dari bahaya kaum kafir yang memerangi Islam, karena mereka menampakkan dirinya sebagai orang-orang Syi’ah yang loyal kepada ahlul bait di hadapan kaum muslimin yang bodoh. Padahal sejatinya mereka tidak beriman kepada Allah, rasul-Nya, kitab-Nya, perintah, larangan, pahala, siksa, surga, neraka, maupun seorang rasul pun sebelum Muhammad SAW. Mereka juga tidak mengimani adanya ajaran rasul dan agama samawi terdahulu apapun. Mereka hanya mengambil sebagian firman Allah dan sabda rasul-Nya yang dikenal di kalangan ulama Islam, lantas mereka melakukan ta’wil sesat yang mereka ada-adakan dan mereka klaim sebagai ilmu bathin semisal yang telah disebutkan oleh penanya di atas…”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah melanjutkan jawabannya sampai pada perkataan beliau: “Sudah diketahui bersama bahwa pesisir pantai negeri-negeri Syam jatuh ke tangan pasukan Nasrani (tentara Salib) dari arah mereka (kelompok Nushairiyah). Mereka selalu membantu setiap musuh Islam. Menurut mereka, di antara musibah terbesar yang menimpa mereka adalah kemenangan kaum muslimin atas pasukan Tartar…”
Kenapa rezim Syiah Suriah begitu kejam?
Dikarenakan itu adalah perintah para imam mereka untuk membunuh ahlu
Sunnah, yaitu umat Islam selain Syi’ah. Abu Abdillah, salah seorang imam
Syi’ah, pernah mengatakan, “Ambillah harta para nashib –ahlu sunnah-
dimanapun kalian mendapatinya, dan bayarkan kepada kami seperlima-nya.”
(Jami’ul Ahadits Syi’ah, 8/532)
Sangat mungkin jika kesulitan mendapatkan harta umat Islam dengan jalan
mencuri, tidak segan-segannya mereka merampok atau membunuh muslimin
tadi. Toh, dalam keyakinan mereka, darah umat Islam halal.
Hal ini juga dianjurkan dalam hadits Syi’ah yang diriwayatkan oleh
Husain al-Bahrani, dalam kitabnya, alMahasin an-Nafsaniyah (hal. 166).
Ia meriwayatkan dari salah seorang imam Syi’ah, bahwa imam itu berkata,
“Sebenarnya kami para imam hendak memerintahkan kalian untuk membunuh
mereka –umat Islam. Namun kami mengkhawatirkan kalian, kami khawatir
salah seorang dari kalian terbunuh disebabkan membunuh mereka. Karena
satu nyawa kalian, sungguh lebih berharga daripada seribu nyawa mereka.”
Dan ada cukup banyak doktrin-doktrin pengkafiran Syiah terhadap kaum
muslimin yang memungkinkan mereka termotivasi untuk membunuh kaum
muslimin.
Siapakah yang jadi korban terbesar, ibu? Tepat seperti yang ibu katakan.
Tak lain, kaum Ahlussunnah (Umat islam) atau 74% rakyat Suriah.
Ibu Dina yang semoga hidayah Allah segera menyapa Anda,
Atas semua kejadian di Suriah itu, saya menjadi sangat khawatir dan
sedih saat membaca pernyataan ibu yang ahistoris dan penuh distorsi
sejarah, pula tidak faham akan kesesatan Syiah. Tak mungkin ibu rumah
tangga seluar biasa ibu yang mengaku sedang menempuh doktoral, ingin
negeri ini juga hancur lebur Suriah karena membela Syiah.
Alhamdulillah banyak majelis dan da’i yang menjelaskan betapa
berbahayanya Syiah. Bukan karena kebencian ngawur tapi kebencian
terhadap kesesatannya. Sangat berbeda dengan kebencian Syiah terhadap
umat Islam seperti tercantum dalam doktrin-doktrin radikal Syiah di
atas. Terkait dana, saya dan kami kaum muslimin tahu betul bahwa gerakan
ini murni muncul dari kesadaran umat Islam Indonesia untuk
mempertahankan aqidahnya dan membela agamanya. Mungkin ibu ingin
menunjuk Saudi Arabia sebagai donatur proyek anti Syiah. Maka bila pun
benar, itu tidaklah berbeda dengan yang dilakukan Republik Syiah Iran
untuk program Syiahisasi dunia Islam. Justru hal ini menunjukkan bahwa
ibu berada di pihak Syiah sekalipun ibu mengaku bukan Syiah.
Saya mohon, ibu, cobalah Anti melihat lagi peta ideopolitiknya. Dalam
konflik di Suriah, ada peran Syiah Iran. Dan yang turun ke lapangan
untuk bertempur adalah muslimin yang sedang berjihad melawan rezim Syiah
kafir Nushairiyah yang didukung penuh oleh Iran. Lalu, setelah kaum
muslimin habis mereka akan terus mengekspor ideologi kebencian ini
sehingga pembantaian kembali terjadi di negara-negara lain termasuk di
Indonesia. Tidakkah ini puncak kejahatan?
Anti adalah intelekual dan akademisi. Anti juga seorang ibu. Dan saya
adalah seorang bapak rumah tangga biasa. Saya mohon, Anti sejenak
membayangkan bila anak-anak kita harus sengsara dan menjadi pengungsi,
seperti jutaan anak-anak Suriah hari ini. Dan ini pun dalam skala kecil
sudah terjadi, ibu. Ada 40-an orang Syiah, yang menyerang secara anarkis
dan radikal kepada warga perumahan muslim Bukit Az-Zikra di Sentul,
Bogor, Jawa Barat. Ada kelompok-kelompok anarkis Syiah yang selalu
menganggu ibadah dan kajian umat Islam di berbagai daerah. Tidakkah
kasih sayang seorang ibu yang anti bangga-banggakan, melingkupi mereka,
ibu?
Ibu menyampaikan kasus sampang sebagai contoh intolerannya umat Islam
terhadap Syiah, menunjukkan bahwa ibu tidak tahu apa yang sebenarnya
terjadi di sana. Sebagai akademisi dan intelektual sudah selayaknya ibu
membaca suatu peristiwa dengan timbangan yang patut
dipertanggungjawabkan.
Ibu, ingatlah ungkapan Buya Hamka tokoh besar Islam Nusantara ini:
“Ketika saya di Iran, datang empat orang pemuda ke kamar hotel saya, dan
dengan bersemangat mereka mengajari saya tentang revolusi dan
menyatakan kenginannya untuk datang ke Indonesia guna mengajarkan
revolusi Syiah itu di Indonesia. Boleh datang sebagai tamu, tapi ingat
kami adalah bangsa yang merdeka dan tidak menganut Syiah!” Ujar saya
Salaamun ‘Alaa manit taba’al hudaa
Bekasi, 17/2/2015,
Wildan Hasan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar