Jumat, 27 Februari 2015
Melawan Ramalan
Entah ramalan atau hanya tebak-tebakan, yang jelas kita nggak boleh kalah sama masa depan
Global warming, kecanggihan teknologi,, nyamuk demam berdarah, virus zombie, hujan meteor, mantan penasaran, hipster kapitalis, cabe-cabean Satria F150 hingga kecoa terbang adalah sederetan fenomena yang bisa menjadi sebuah ancaman yang kini sering kita hadapi. Itu baru sekarang, gimana jadinya masa depan? sederetan ramalan hadir menyuntikkan ketakutan ke otak kita. Kehidupan manusia diancam oleh ramalan, haruskah kita diam? Bagaimana kalau kita lawan?!
Kehidupan Bumi Akan Punah(?)
Dulu, bumi kita ini dihuni dinosaurus, namun semesta memunahkannya. Kini, bumi dikuasai manusia. Akankah peradaban manusia ini hilang seiring punahnya bumi nanti? yang ditakutin sih begitu.
Nyatanya, sekarang ini banyak ilmuwan yang sedang meneliti tentang keberadaan planet lain yang bisa ditinggali bumi. Kayak yang diceritain di film Interstellar, atau di film Wall-e, bisa jadi akan ada masanya kamu, kucing peliharaan kamu, kecoa terbang yang sering ngagetin kamu bisa dipindahkan kehidupannya ke stasiun luar angkasa atau ke planet lain.
Kita Akan Dikuasai Teknologi(?)
Mau motret? pengennya kamera yang fotonya bisa disimpen di otak, layar touchsreen, bisa motret pake kedipan mata, bodi enteng kayak hidupnya anak SD, dan berresolusi tinggi.
Mau komunikasi? pengennya pake ponsel yang bisa bikin chatgrup isinya 1000 orang, bisa update status cuma dengan memikirkan status itu, dan batrenya bisa dicas pake panasnya jepitan ketek.
Semua orang pengin kecanggihan, semua orang pengin seluruh hidupnya digital, terkomputerisasi. Pokoknya, manusia harus bisa jadi makhluk males. Semua dikerjain sama teknologi digital.
Nyatanya, coba aja liat sekarang tuh, secanggih-canggihnya teknologi digital, teknologi analog tetap punya fans. Kamera analog jadi ngehip, kirim-kiriman kartu pos jadi berasa serunya, ngoleksi vinyl pun jadi 'seksi'. Ketika digital merajalela, yang analog justru bakal jadi eksotis dan diburu.
We'll Become Virtual-minded Generation(?)
"Reunian yuk?.", "Yaelah Google Hangout aja sih"
"Numpang tanya dong gimana sih caranya belok kiri ke kanan?", "Aah. Googling aja sono."
"Permisi mas, tau Jalan Pancoran Blok B, no 3?", "Tau siih, tapi Google Map aja sono. Males bener!"
"Pacar lo siapa sekarang?", "Conny, itu loh stikernya LINE."
Sekarang dan di masa depan kita semua akan lebih suka 'hidup' di jagad virtual, kita lebih suka interaksi dalam bentuk digital. Benarkah?!
Nyatanya, interaksi langsung di dunia nyata itu nggak bisa tergantikan. Nanya jalan ke Google Map nggak memungkinkan kita untuk pura-pura ngemodus minta di anterin, online dating bikin kita nggak bisa pegangan tangan dan peluk-peluk kecil. Bukti lainnya, tonton aja tuh film HER yang nyeritain kisah seseorang pacaran sama Operating System. Hasilnya, kacau!
Anak Muda Makin Doyan Cuek dan Leha-Leha(?)
Kita, generasi Y, sering disebut-sebut sebagai generasi yang cuek, letoy, lenje karena terlalu dibantu sama teknologi; lebih suka hahahihi di sosial media; dan hobi galau. Nggak heran sih kalau ke depannya, banyak yang ngira kalau anak muda bakal begini terus sampai masa depan. Tapi masa iya?
Nyatanya, dengan teknologi dan media sosial, kita anak muda tetep melakukan pergerakan. Beberapa buktinya adalah viralnya Ice Bucket Challenge, Revolusi Payung di Tiongkok juga digerakkan media sosial, udah gitu salah satu penggerak massa pro-demokrasi di sana pun adalah seorang cowok kelahiran 1996, yes, dia adalah Joshua Wong! Pokoknya, anak muda nggak bakal membiarkan dirinya menjadi generasi yang cuek dan pasif!
Begitulah, ada yang bilang, "the best way to predict the future is to create it." Nah, kalau kamu nggak setuju dengan prediksi/ramalan horor tentang masa depan, maka ciptakanlah masa depan kamu sendiri sebaik-baiknya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar