Dua jenis manusia itu sama sama berusaha mengais rezeki masing
masing berupaya, awalnya mencukupi kebutuhan dasar yang paling pokok
bagi diri sendiri dan keluarga. Dan, jika kebutuhan pokok itu sudah
terpenuhi, mereka mulai mencari kemewahan kemewahan, agar seumur
hidupnya dapat dijalani dengan kelimpahan, kemudahan, aman, tenteram,
damai dan seterusnya.
Semua umat manusia, yang mukmin maupun yang kafir, agaknya nyaris
sepakat dengan pola hidup seperti ini. Hanya , ada perbedaan mendasar
dalam kesadaran dan cara berfikir diantara keduanya.
Orang kafir mengabdi pada kehidupan dunia an sich. Baginya,
kebahagiaan dunia adalah tujuan puncak; dunia adalah kesempatan yang
apabila terlewatkan, hilanglah segalanya.
Baginya, kehidupan hanyalah rentang waktu yang berlangsung di atas
bumi ini saja. Ia tidak percaya bahwa ada kehidupan lain setelah
kehidupan ini. Ia juga tidak yakin bahwa ada rumah tinggal lain setelah
rumah tinggal (bumi) ini hancur.
Sedangkan orang mukmin, mereka memiliki pandangan yang bertolak
belakang dengan pemahaman orang orang kafir. Orang mukmin percaya bahwa
terdapat kehidupan lain yang lebih nyata, lebih agung, di mana manusia
akan tinggal kekal di dalamnya.
Bagi orang mukmin, kehidupan dunia adalah perjalanan menuju kehidupan
berikutnya. Jadi di sini saatnya menanam, di sana kita akan menuai, di
sini kita berlomba, di sana kita akan mendapatkan nilai.
Dunia, jika tidak dijadikan kendaraan menuju akhirat, akan menjelma menjadi fatamorgana yang penuh tipu daya dan kepalsuan.
Perbedaan kedua kelompok di atas sangat mendasar dan jelas, meskipun
keduanya berjalan beriringan, sama sama bekerja keras mencari makan.
Mereka berbeda pada motif, yang satu makan untuk hidup, yang lain hidup
untuk makan.
Diakui memang, daya pikat dunia sangat luar biasa. Dan, persaingan
keras kehidupan pun sangat menguras tenaga, menyita kesadaran dan
fikiran yang tidak ringan. Sehingga banyak yang tertipu oleh capaian
capaian dunia yang sifatnya sementara, lebih memilih yang fana
ketimbang yang abadi. Disinilah agama menciptakan ajaran ajarannya untuk
menangani sekaligus dua wilayah yang sama sama penting.
-Muhammad Al Ghazali -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar