BANDUNG - Karena
masih hangat beritanya, dimana tempo hari Persib Bandung menjadi juara
ISL 2014, karena itu gak ada salahnya bila saya posting sedikit tentang
sejarah PERSIB Bandung ini juara ISL 2014 ini.
Persib yang merupakan singkatan dari Persatuan Sepak Bola Indonesia Bandung adalah salah satu tim sepak bola Indonesia yang berasal dari Jawa Barat, khususnya
wilayah Bandung. Catatan prestasi tim ini relatif stabil di papan atas sepak
bola Indonesia, sejak era Perserikatan sampai ke Liga Indonesia masa kini.
Sejarah
Sebelum bernama Persib
Bandung, di Kota Bandung berdiri Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond (BIVB) pada sekitar tahun 1923. BIVB ini merupakan
salah satu organisasi perjuangan kaum nasionalis pada masa itu. Tercatat
sebagai Ketua Umum BIVB adalah Mr.
Syamsudin yang kemudian
diteruskan oleh putra pejuang wanita Dewi Sartika,
yakni R. Atot.
Atot pulalah yang tercatat sebagai Komisaris Daerah Jawa Barat yang pertama. BIVB memanfaatkan lapangan Tegallega di
depan tribun pacuan kuda.
Tim BIVB ini beberapa kali mengadakan pertandingan di luar kota seperti Yogyakarta dan Jatinegara, Jakarta.
Pada tanggal 19 April 1930, BIVB bersama dengan VIJ
Jakarta, SIVB (sekarang Persebaya),
MIVB (PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun),
VVB (Persis Solo), dan PSM (PSIM Yogyakarta)
turut membidani kelahiran PSSI dalam
pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta. BIVB dalam pertemuan
tersebut diwakili oleh Mr. Syamsuddin. Setahun kemudian kompetisi tahunan antar
kota/perserikatan diselenggarakan. BIVB berhasil masuk final kompetisi
perserikatan pada tahun 1933 meski
kalah dari VIJ Jakarta.
BIVB kemudian menghilang dan muncul dua perkumpulan
lain yang juga diwarnai nasionalisme Indonesia yakni Persatuan Sepak bola
Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB). Pada tanggal 14 Maret 1933,
kedua perkumpulan itu sepakat melakukan fusi dan lahirlah perkumpulan yang
bernama Persib yang kemudian memilih Anwar St. Pamoentjak sebagai
Ketua Umum. Klub-klub yang bergabung ke dalam Persib adalah SIAP, Soenda,
Singgalang, Diana, Matahari, OVU, RAN, HBOM, JOP, MALTA, dan Merapi.
Persib kembali masuk final kompetisi perserikatan pada
tahun 1934, dan kembali kalah dari
VIJ Jakarta. Dua tahun kemudian Persib kembali masuk final dan menderita
kekalahan dari Persis Solo. Baru pada tahun 1937, Persib berhasil menjadi
juara kompetisi setelah di final membalas kekalahan atas Persis.
Di Bandung pada masa itu juga sudah berdiri
perkumpulan sepak bola yang dimotori oleh orang-orang Belanda yakni
Voetbal Bond Bandung & Omstreken (VBBO). Perkumpulan ini kerap memandang
rendah Persib. Seolah-olah Persib merupakan perkumpulan "kelas dua".
VBBO sering mengejek Persib. Maklumlah pertandingan-pertandingan yang
dilangsungkan oleh Persib ketika itu sering dilakukan di pinggiran Bandung,
seperti Tegallega dan Ciroyom. Masyarakat pun ketika itu lebih suka menyaksikan
pertandingan yang digelar VBBO. Lokasi pertandingan memang di dalam Kota
Bandung dan tentu dianggap lebih bergengsi, yaitu dua lapangan di pusat kota, UNI dan SIDOLIG.
Persib memenangkan "perang dingin" dan
menjadi perkumpulan sepak bola satu-satunya bagi masyarakat Bandung dan
sekitarnya. Klub-klub yang tadinya bernaung di bawah VBBO seperti UNI dan
SIDOLIG pun bergabung dengan Persib. Bahkan VBBO (sempat berganti menjadi PSBS
sebagai suatu strategi) kemudian menyerahkan pula lapangan yang biasa mereka
pergunakan untuk bertanding yakni Lapangan
UNI, Lapangan SIDOLIG (kini Stadion
Persib), dan Lapangan SPARTA (kini Stadion Siliwangi). Situasi ini tentu saja mengukuhkan eksistensi Persib di Bandung.
Ketika Indonesia jatuh ke tangan Jepang, kegiatan persepak
bolaan yang dinaungi organisasi dihentikan dan organisasinya dibredel. Hal ini
tidak hanya terjadi di Bandung melainkan juga di seluruh tanah air. Dengan
sendirinya Persib mengalami masa vakum. Apalagi Pemerintah Kolonial Jepang pun
mendirikan perkumpulan baru yang menaungi kegiatan olahraga ketika itu yakni
Rengo Tai Iku Kai.
Tapi sebagai organisasi bernapaskan perjuangan, Persib
tidak takluk begitu saja pada keinginan Jepang. Memang nama Persib secara resmi
berganti dengan nama yang berbahasa Jepang tadi. Tapi semangat juang, tujuan
dan misi Persib sebagai sarana perjuangan tidak berubah sedikitpun.
Pada masa Revolusi Fisik, setelah Indonesia merdeka,
Persib kembali menunjukkan eksistensinya. Situasi dan kondisi saat itu memaksa
Persib untuk tidak hanya eksis di Bandung. Melainkan tersebar di berbagai kota,
sehingga ada Persib di Tasikmalaya, Persib di Sumedang,
dan Persib di Yogyakarta.
Pada masa itu prajurit-prajurit Siliwangi hijrah ke ibukota perjuangan Yogyakarta.
Baru tahun 1948 Persib
kembali berdiri di Bandung, kota kelahiran yang kemudian membesarkannya.
Rongrongan Belanda kembali datang, VBBO diupayakan hidup lagi oleh Belanda (NICA)
meski dengan nama yang berbahasa Indonesia Persib sebagai bagian dari kekuatan
perjuangan nasional tentu saja dengan sekuat tenaga berusaha menggagalkan upaya
tersebut. Pada masa pendudukan NICA tersebut, Persib didirikan kembali atas
usaha antara lain, dokter
Musa, Munadi, H.
Alexa, Rd.
Sugeng dengan Ketua Munadi.
Perjuangan Persib rupanya berhasil, sehingga di
Bandung hanya ada satu perkumpulan sepak bola yakni Persib yang dilandasi
semangat nasionalisme.
Untuk kepentingan pengelolaan organisasi, dekade 1950-an ini pun mencatat
kejadian penting. Pada periode 1953-1957 itulah
Persib mengakhiri masa pindah-pindah sekretariat. Wali Kota Bandung saat itu R.
Enoch, membangun Sekretariat Persib
di Cilentah. Sebelum akhirnya atas upaya R.
Soendoro, Persib berhasil memiliki
sekretariat Persib yang sampai sekarang berada di Jalan
Gurame.
Pada masa itu, reputasi Persib sebagai salah satu
jawara kompetisi perserikatan mulai dibangun. Selama kompetisi perserikatan,
Persib tercatat pernah menjadi juara sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1961, 1986, 1990, dan pada kompetisi
terakhir pada tahun 1994. Selain itu Persib
berhasil menjadi tim peringkat kedua pada tahun 1950, 1959, 1966,1983, dan 1985.
Keperkasaan tim Persib yang dikomandoi Robby Darwis pada kompetisi perserikatan terakhir terus berlanjut
dengan keberhasilan mereka merengkuh juara Liga Indonesia pertama pada tahun 1995. Persib yang saat itu
tidak diperkuat pemain asing berhasil menembus dominasi tim tim eks galatama
yang merajai babak penyisihan dan menempatkan tujuh tim di babak delapan besar.
Persib akhirnya tampil menjadi juara setelah mengalahkan Petrokimia Putra melalui gol yang diciptakan oleh Sutiono Lamso pada menit ke-76.
Sayangnya setelah juara, prestasi Persib cenderung
menurun. Puncaknya terjadi saat mereka hampir saja terdegradasi ke Divisi I
pada tahun 2003. Beruntung, melalui
drama babak playoff, tim berkostum biru-biru ini berhasil bertahan di Divisi Utama.
Sebagai tim yang dikenal baik, Persib juga dikenal
sebagai klub yang sering menjadi penyumbang pemain ke tim nasional baik yunior
maupun senior. Sederet nama seperti Risnandar Soendoro, Nandar Iskandar, Adeng Hudaya, Heri Kiswanto,Ajat Sudrajat, Yusuf Bachtiar, Dadang
Kurnia, Robby Darwis, Budiman, Nur'alim, Yaris Riyadi hingga generasi Erik Setiawandan Eka Ramdani merupakan sebagian pemain timnas hasil binaan
Persib.Sampai saat ini Persib Bandung adalah tim Indonesia yang bisa di bilang
paling dibanggakan oleh Indonesia karena prestasi dan kemampuannya.
Stadion dan Mess
Hingga saat ini, Persib masih menggunakan Stadion Si
Jalak Harupat untuk
memainkan laga kandangnya. Setelah sebelumnya memakai Stadion Siliwangi.
Pada Liga Super
Indonesia 2008, Persib terpaksa harus
meninggalkan Stadion Siliwangi setelah terjadi kerusuhan ketika menjamu Persija
Jakarta pada pekan kedua. Ditambah situasi politik yang sedang memanas akibat
berlangsungnya Pemilu 2009,Kepolisian Kota Bandung tidak lagi mengeluarkan surat izin menyelenggarakan
pertandingan di Stadion Siliwangi bagi Persib. Sebagai alternatif, dipilihlah Stadion Si
Jalak Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung, sebagai "home-base" hingga akhir musim kompetisi.
Berdasarkan permasalahan itulah Pemerintah Kota Bandung berencana membangun Sarana Olahraga baru, termasuk
stadion, di kawasan Gedebage. Stadion itu sendiri, yang peletakan batu
pertamanya dilakukan pada awal 2008, ini diproyeksikan untuk menjadi home-base Persib serta untuk menyelenggarakan SEA Gamestahun
2011 nanti. Stadion ini juga direncanakan untuk digunakan pada Porprov Jawa
Barat 2010. Saat ini, kontrak pembangunan stadion yang rencananya akan diberi
nama Stadion Gelora Bandung Lautan Api ini telah diperoleh PT Adhi Karya Tbk dengan nilai
Rp495,945 miliar. Diperkirakan, pembangunan stadion ini akan memakan waktu 883
hari.
Untuk lapangan latihan, Persib menggunakan Stadion
Persib di Jl. Ahmad Yani. Stadion yang dulunya dikenal dengan nama Stadion
Sidolig ini direnovasi sejak tahun lalu. Kini di stadion tersebut terdapat
lapangan latihan dengan rumput baru dan trek berlari serta di sampingnya
terdapat mess untuk tempat tinggal para pemain dan staff Persib serta untuk
kantor. Pada pertengahan bulan Juli diadakan rencana renovasi tahap kedua,
yaitu merenovasi bagian depan stadion yang sekarang ini hanya merupakan ruko-ruko tempat
menjual kaos Persib dll. Rencana ini menimbulkan kerisauan bagi para pedagang
di sekitar Stadion Persib karena mereka tidak akan mendapat penghasilan jika
diwajibkan mengosongkan lahan bisnis mereka.
Sejak diresmikan, pernah bocor dan ambruk akibat pipa
air yang bocor. Belum lagi masalah rumput lapangan yang mengering karena
terlamess persib sudah beberapa kali mendapatkan masalah. Atap ruang VIP di
mess itu sering dipakai. Akhir-akhir ini atap mess juga bocor akibat musim
hujan, sehingga menyebabkan licinnya lantai dan terganggunya aktivitas. Letak
Stadion Persib yang berada di Jl. Ahmad Yani yang merupakan pusat keramaian
juga membuat istirahat para pemain terganggu dan mudahnya para bobotoh untuk masuk ke dalam stadion.
Prestasi
Salah satu catatan unik dari tim ini
adalah ketika menjuarai kompetisi sepak bola Perserikatan yang untuk terakhir
kalinya diadakan, yaitu pada tahun 1993/1994. Dalam pertandingan final, Persib
yang ditulang-punggungi oleh pemain-pemain seperti Sutiono Lamso dan Robby
Darwis mengalahkan PSM Makassar. Kompetisi sepak bola Galatama dan tim-tim Perserikatan di Indonesia
kemudian dilebur menjadi Liga Indonesia (LI). Pada laga kompetisi LI pertama tahun 1994/1995, Persib kembali menorehkan catatan
sebagai juara setelah pertandingan final mengalahkan Petrokimia
Putra Gresik, dimana
gol tunggal pada pertandingan tersebut dicetak oleh Sutiono. Persib juga
merupakan salah satu klub Indonesia yang berhasil mencapai babak perempat final Liga
Champions Asia.
Tahun 2014 Persib
Bandung menjuarai Indonesia Super League 2014. Persib Bandung berhasil melangkah ke
final Indonesia Super League 2014, usai menekuk Arema Cronus pada partai
semi-final di Stadion Jakabaring, Palembang, Selasa (3/11/2014) dan Final
melawan Persipura Jayapura. Mutiara Hitam, sebutan Persipura, kalah dalam drama adu penalti dengan
skor 5-3 atas Persib Bandung. Sebelumnya, kedua kesebelasan bermain imbang 2-2
di waktu normal, Jum’at (7/11/2014).
Persib Bandung Juara ISL 2014 |
Persib Bandung Juara ISL 2014 |
Persib Bandung Juara ISL 2014 |
Persib Bandung Juara ISL 2014 |
Liga Perserikatan
·
Tahun 1937,
Juara Perserikatan (1)
·
Tahun 1961,
Juara Perserikatan (2)
·
Tahun 1986,
Juara Perserikatan (3)
·
Tahun 1990,
Juara Perserikatan (4)
·
Tahun 1994,
Juara Perserikatan (5) (Edisi Terakhir
Perserikatan sebelum dilebur dengan GALATAMA)
Juara (1): 1994–95
Liga Indonesia
·
Tahun 1995,
Juara Liga Indonesia
·
Tahun 1996,
Penyisihan Grup C, Peringkat 3 Divisi Barat
·
Tahun 1997,
Penyisihan Grup B, Peringkat 1 Divisi Tengah
·
Tahun 1998,
Semifinalis
·
Tahun 1999,
Peringkat 3 Grup B, Wilayah Barat
·
Tahun 2000,
Peringkat 8 Wilayah Barat
·
Tahun 2001,
8 Besar Liga Indonesia,
Peringkat 3 Divisi Barat
·
Tahun 2002,
Peringkat 8 Wilayah Barat
·
Tahun 2003,
Peringkat 16 Liga Bank Mandiri
·
Tahun 2004,
Peringkat 6 Liga Bank Mandiri
·
Tahun 2005,
Peringkat 5 Wilayah Satu
·
Tahun 2006,
Peringkat 12 Wilayah Satu
·
Tahun 2007,
Peringkat 5 Wilayah Barat, Juara Turnamen Paruh Musim "Laga
Bintang" Liga Djarum melawan Peringkat 1 Wilayah
Timur
Prestasi Persib Bandung
Liga Nasional
·
Perserikatan
·
Liga Indonesia
·
Juara
(1): 1995
·
Runner-Up
(0):
Piala Nasional
·
Piala Indonesia
·
Juara
(0):
·
Runner-Up
(0):
Turnamen Nasional
·
Siliwangi Cup
·
Persija Cup
·
Juara
(1): 1991
·
Kang Dada Cup
·
Juara
(1): 2008
·
Celebes Cup
·
Juara
(1): 2012
·
Jusuf Cup
·
Juara
(1): 1979
·
Juara Cup
·
Juara
(1): 1957
Internasional
·
Pesta Sukan (Sultan Brunei Cup)
·
Juara
(1): 1986
·
Liga Champions Asia
·
Perempatfinal
(1): 1995
Supporter
Persib
Bandung memiliki penggemar fanatik yang menyebar di seantero provinsi Jawa
Barat dan Banten,
bahkan hampir di seluruh wilayah Indonesia, mengingat catatan historis sebagai
tim kebanggaan dari ibu kota provinsi Jawa Barat. Penggemar Persib menamakan
diri sebagai Bobotoh.
Pada era Liga
Indonesia, Bobotoh kemudian mengorganisasikan diri dalam
beberapa kelompok pecinta Persib seperti Viking Persib Club, Bomber (Bobotoh Maung Bersatu), Flowers City
Casuals, Ultras Persib.
Suporter
Persib memiliki hubungan yang sangat kelam dengan kelompok suporter Persija
Jakarta,The Jakmania. Sudah banyak peristiwa
maupun insiden-insiden yang terjadi akibat permusuhan abadi dua suporter garis
keras ini. Bahkan pihak kepolisian maupun PSSI dan PT Liga Indonesia pun sudah berulangkali meminta Viking
dan The Jak untuk berdamai. Namun, sama sekali tak ada titik terang untuk
mendamaikan mereka.
Pada
saat Persib dan Persija bertemu, biasanya pihak Polda Metro Jaya (bila
pertandingan akan dilaksanakan di Gelora
Bung Karno) dan pihak Polwiltabes Bandung (bila pertandingan akan
berlangsung di Stadion
Siliwangi atau
di Stadion Si Jalak Harupat)
akan berpikir dua kali untuk mengeluarkan izin pertandingan tersebut karena
begitu besarnya potensi terjadinya kerusuhan antara suporter kedua tim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar