Setiap manusia pasti memiliki harapan-harapan dalam hidupnya. Harapan
tersebut lahir dari alam pikiran yang diingininya supaya terjadi dalam
realitas hidup sesungguhnya. Ia adalah energi potensial yang tersimpan
dalam diri setiap manusia. Energi tersebut sewaktu-waktu akan keluar
dengan sendirinya secara masif. Harapan juga merupakan salah satu nikmat
terbesar dari Tuhan yang telah diberikan kepada kita.
Sang
Pencipta mengajarkan kita agar selalu berharap. Kita disuruh untuk
senantiasa berdoa. Kata doa merupakan perwakilan harapan yang
digantungkan atas kekuasaan Tuhan. Sehingga dalam hidup ini tidak boleh
ada kata kosong harapan atau berhenti berharap. Sesungguhnya manusia
yang paling melarat adalah ia yang tidak memiliki harapan. Segala ide
dan pekerjaannya hanya dipengaruhi oleh persepsi orang lain.
Ketakutan-ketakutan dalam bertindak pun merajai keberaniaannya. Sehingga
ia tidak tampil lagi sesuai dengan dirinya.
Dalam hidup
ini berlaku gaya grafitasi atau gaya tarik-menarik. Sehingga secara
ilmiah di antara sebuah benda dengan benda lainnya yang jika didekatkan
berlaku hukum tarik-menarik tersebut. Begitupun dengan sesuatu yang
didefinisikan bukan benda. Seperti harapan misalnya, di sana pula
berlaku gaya tarik menarik tersebut. Di saat kita berharap, di saat itu
pula harapan itu akan mendekati kita.
Kenapa bisa?
Sesungguhnya nasib kita tidak akan berubah jikalau bukan kita sendiri
yang berubahnya. Di saat ingin merubahnya, pasti di sana ada harapan.
Ketika harapan tersebut telah tertasbihkan secara kuat dalam tekad, maka
kita sudah memberikan stimulun kepada jiwa dan raga untuk berjalan
sesui dengan harapan tersebut.
Harapan adalah niat. Ia yang akan
menentukan motivasi kita dalam bertindak. Dengan motivasi inilah kita
dapat memaksimalkan tujuan-tujuan hidup ini. Bukankah secara fitrah kita
ingin hidup sukses. Sukses yang dimaksud bukan hanya dibatasi oleh
kekayaan, kepopuleran ataupun jabatan semata. Tetapi jauh daripada itu
sukses yang dapat mengantar kita kepada kebahagiaan dalam memaknai
hidup. Maka berharaplah untuk sukses.
Harapan adalah
proses. Kita tidak akan dapat menikmati hidup jika kita tertumpu pada
hasil, bukan proses. Padahal, proeses merupakan bagian besar dari
kesuksesan itu sendiri. Pada saat kita berharap, secara otomatis kiat
juga telah berproses menuju apa yang kita inginkan.
Harapan
adalah cinta. Ia adalah energi kuat, sekuat cinta yang dapat mengubah
apapun. Dengan kelembutannya ia dapat meluluhkan kekuatan yang besar.
Dengan kekuatannya ia dapat menguatkan yang lemah. Dari hidup yang pupus
menjadi hidup yang penuh orientasi. Karena cinta bersifat relatif maka
begitu pula dengan harapan. Mencintai sesuatu seperti halnya kita
memberikan ruang dalam pikiran kita untuk berharap.
Harapan
adalah ciptaan Tuhan. Di saat kita berharap berarti kita telah
menggunakan satu fasilitas hidup lagi dari Tuhan. Apabila fasilitas ini
digunakan, maka kita telah menghadirkan Tuhan dalam hidup kita.
Harapan
adalah jembatan yang menghubungkan antara impian dan kenyataan. Ia
adalah peta jalan yang akan mmengantarkan kita pada realitas hidup yang
lebih bermakna.
Harapan adalah kecerdasan. Setiap kita yang
memaksimalkan harapan berarti kita telah menggunakan satu kecerdasan
kita. Keceradasan yang menghubungkan antara alam tidak nyata dengan alam
yang nyata.
Harapan adalah cita-cita. Tidak memiliki harapan
berarti tidak memiliki cita-cita. Tidak memiliki cita-cita berarti mati.
Mati dalam keadaan masih bernyawa. Dengan nyawanya masih hidup namun di
sisi lain juga mengalami kematian maka inilah yang akan melahirkan
perasaan galau yang berkepanjangan.
Maka saudaraku,
teruslah berharap. Berharaplah dengan kesungguhan hati. Karena saya
yakin dengan harapan itu anda akan merasakan sebuah kenikmatan
tersendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar