Tidak akan rugi berbuat baik pada tetangga. Makin tetangga merasa nikmat dengan kita, dengan sendirinya mereka akan ikut membela kita. Sehebat apapun kita, tetap butuh tetangga. Misalnya, kita punya saudara dokter, tapi saat anak sakit yang duluan menolong pasti tetangga. Punya saudara anggota pemadam kebakaran, jika kompor di rumah meletus, yang lebih dulu membantu memadamkan pasti tetangga. Punya saudara jendral atau polisi, datang maling ke rumah, lantas kita teriak, yang duluan ngejar juga tetangga.
Maka kalau punya tetangga, terus perhatikan. Setiap kebahagiaannya, kita ikut bahagia. Anaknya lulus, alhamdulillah. Anaknya dapat kerjaan, alhamdulillah. Anak tetangga dapat jodoh, alhamdulillah. Insya Allah, kita akan bahagia terus. Hidup penuh kesyukuran kepada Allah Yang Maha Pemurah.
Makin tetangga sayang kepada kita, makin berbahagia hidup kita. Karena itu, bersilaturahmi dengan tetangga itu jangan cuma sisa waktu. Maksudnya, luangkan waktu, tenaga, fikiran untuk terus bersilaturahmi memperhatikan tetangga. Kalau mereka ingin maju, majulah bersama-sama. Karena, kalau kita maju sendirian dan tetangga tidak ikut maju, bisa jadi muncul kecemburuan sosial. Hal ini tentu akan merusak iklim pergaulan sosial di sekitarnya.
Jika kita jadi orang kaya namun tinggal di lingkungan perumahan sederhana, kemudian bikin rumah lima lantai sendiri tapi di sekelilingnya gubuk, tentu bisa menimbulkan sakit hati. Usahakan kalau kita punya rumah jangan sampai terlalu menyolok, membuat orang lain dengki. Seperti kata Rasul, jangan sampai menutupi cahaya, kecuali kalau mereka ridha. Kalau tidak, berikan kompensasi yang memadai. Pokoknya jangan berbuat yang membuat tetanga tidak suka kepada kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar