Ada seorang anak bernama Puji, dari kecil sudah sangat pintar, ketika dia berumur 5-6 tahun sudah pintar memasak, menanam sayur, membuat sajak dan cerita, bernyanyi, menulis, berhitung. Orang di kampung halamannya semua memujinya dan mengatakan bahwa setelah besar dia pasti akan menjadi seorang yang genius, pujian mereka membuat Puji menjadi sombong.
Sehingga mulai saat itu di sudah tidak melakukan apapun dan sama sekali tidak belajar apapun lagi dia berpikir “Saya adalah seorang yang lebih pintar dari dewa, ketika dewasa apa yang tidak bisa saya lakukan?.”
Waktu berlalu dengan cepat, dalam waktu sekejab Puji sudah berumur 16 tahun, badannya tinggi besar dan gagah, tetapi dia tidak bisa melakukan pekerjaan apa saja dan tidak mengerti apa-apa. Teman-teman yang sebaya dengannya semuanya pintar dan dapat melakukan pekerjaan apa saja, membuat dia menjadi minder dan bertanya kepada ayahnya,
“Sewaktu kecil saya sangat pintar, kenapa sekarang saya tidak mengerti apapun dan tidak bisa melakukan pekerjaan apapun?” Ayahnya menjawab. “Sejak berusia enam tahun sampai sekarang engkau bermain terus, dalam waktu puluhan tahun ini engkau sudah kehilangan semua kepintaranmu, jika engkau ingin bisa melakukan semua pekerjaan dengan baik, engkau harus mencari kembali kepintaranmu.”
Keesokan harinyanya, Puji berjalan dari desa ke desa naik turun gunung dan melewati sungai dan kolam mencari selama 49 hari berturut-turut dia sama sekali tidak dapat mencari kembali kepintaran sedangkan bayangan kepintaran juga tak terlihat, lalu dia pulang ke rumah bertanya kepada ayahnya, “Sebenarnya mereka menghilang kemana ya papa?” Ayahnya menjawab, “Mungkin kepintaranmu sudah dihempus angin ke cakrawala, diterjang air bah ke lautan lepas, engkau pergilah ke ujung bumi untuk menemukannya.”
Akhirnya, dia membawa sedikit bekal dan air menempuh perjalanan menempuh gunung dan menyeberangi sungai, bertanya kepada semua orang yang ditemuinya, mereka semua bilang tidak pernah melihat kepintarannya, akhirnya dia bertemu dengan seseorang tua yang rambutnya sudah putih semua sedang membuka lahan di pengunungan.
Lalu Puji bertanya kepada orang tua ini, “ Kakek, dulu saya suka bersenang-senang dan bermain sehingga saya kehilangan kepintaran saya, apakah kakek pernah bertemu dengan kepintaran saya?” Melihat ketulusan hatinya, orang tua ini menjawab, “Anakku, saya tahu kepintaranmu dimana? Tetapi engkau harus bekerja selama 3 tahun untuk saya, supaya bisa mencari kembali kepintaranmu.”
Puji berpikir jika bisa mencari kembali kepintaran saya 5 tahun bekerja saya juga rela, tetapi saya sekarang apapun tidak mengerti, apakah saya masih bisa membantu kakek ini?” Lalu dia berkata kepada kakek ini, “Saya sama sekali tidak bisa melakukan pekerjaan apapun, apakah saya berguna untuk kakek?”
Kakek tua berkata, “Tidak masalah, asalkan engkau mau belajar, saya akan mengajarimu.” Mulai saat itu setiap hari Puji melakukan pekerjaan yang diajarkan kakek tua seperti, membajak sawah, mencangkul, menanam sayur, memasak nasi, mencari kayu dan pekerjaan apa saja.
Tiga tahun telah berlalu, Puji selama mengikuti kakek tua mempelajari banyak hal, seperti bercocok tanam, memasak, belajar membaca ,menulis, bernyanyi dan bersajak. Dia meminta kembali kepada kakek tua ini kepintarannya, kakek tua berkata, “Anakku, sekarang engkau sudah mengerti banyak hal, sekarang engkau sudah boleh kembali ke rumahmu, semua kepintaranmu sudah saya letakkan kedalam otakmu, engkau harus menjaganya baik-baik jangan sampai kehilangan lagi!” Pada saat ini Puji menjadi sadar bahwa kepintarannya hilang karena dia terlalu suka bermain dan bersenang-senang, kepintaran tersebut bisa kembali hanya dengan rajin, bekerja keras dan berusaha semaksimal mungkin.
Rajin adalah sebuah kebajikan, hanya dengan rajin dan gigih yang bisa menutupi semua kekurangan. Jika seseorang hanya karena pintar lalu bersikap berleha-leha tidak ingin belajar dan bekerja keras, akhirnya akan kehilangan semuanya. Sebenarnya kepintaran itu ada dimana yaitu terus menerus belajar dan menambah pengetahuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar