mistakes are tuition : no failure = no serious effort in making things happen.
some people would do whatever it takes to avoid mistakes/failure including cheating or simply embrace mediocricity.
Banyak yang berpikir bahwa kegagalan adalah status permanen dan harus dihindari dengan segala cara. Kekhawatiran atas kegagalan sering kali menjadi alasan kuat untuk tidak berbuat apapun. Daripada dipecat, lebih baik ikut saja apa kata boss - Kenapa harus berbisnis? bisa-bisa nanti bangkrut - daripada dapat nilai jelek, menyontek jadi halal. Selain itu berbagai pembenaran diri lainnya.
The most powerful propeller for success is failure. Mana yang lebih banyak memberi pelajaran : keberhasilan atau kegagalan? Siapa pun, dengan prinsip kehati-hatian mutlak sekalipun akan melakukan kesalahan. Tidak ada yang kekal gagal sebagaimana tidak ada yang kekal berhasil. Kegagalan dan keberhasilan PASTI terjadi pada semua orang.
Making use of failures as our weapon for success. Ada beberapa cara memastikan kegagalan sebagai senjata untuk sukses : (a) Tidak menghindarinya, tetapi mempelajarinya, (b) Telaah dan bedah perkara-perkara internal diri sendiri sebelum menyalahkan faktor eksternal, (c) Lose early - pastikan kalau harus gagal, itu terjadi pada tahap awal, dan (d) Senantiasa menjaga harapan dan keceriaan untuk terus melangkah.
Bisa jadi ungkapan terbaik mengenai sukses dan kegagalan disampaikan oleh Mark McCormack dalam bukunya yang kontroversial, What They Don't Teach You at Harvard Business School : "Success my be about luck, or talent, or skill. But most of the time success is about wrestling failure into submission."
Tulisan ini saya tutup dengan sedikit menyitir sebuah ungkapan dalam bahasa Latin :
Fortuna favi fortus .. keberuntungan hanya berpihak pada yang berani ..
by Rene Suhardono - Career Coach, Penulis Buku: "Your Job is NOT Your Career"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar